♥Ramon "Chapter 30"♥

758 90 27
                                    

"Aaaaa...!!"

Dugh

Dugh

Dugh

"RAYA!!!!!"

    Teriakan dari orang-orang yang akan menyelamatkan Raya mengiringi jatuhnya Raya dari tangga lantai 2.

     Mondy yang sedang melawan 3 sekaligus dari anak buah Tony hanya bisa menatap kekasihnya yang jatuh dari tangga.

Dor

"Diam di tempat semua!!" seru para polisi disitu dan langsung menembakkan pistol mereka ke atas sebagai tembakan peringatan.

    Seketika semua anak buah Tony dan Tony sendiri pun diam di tempat dan tidak berkutik.

"Raya!!" Mondy langsung berlari menghampiri Raya yang sudah terkapar di ujung tangga dengan tubuh tak berdaya.

"Sayang... Sayang bangun.." bisik Mondy sambil memangku kepala Raya.

     Raya sudah tidak sadarkan diri dengan kondisi kepala yang mengeluarkan darah.

"Mon, cepet bawa Raya ke rumah sakit!" teriak Alva mengingatkan.

      Alva langsung berlari ke arah Mondy dan membantu Mondy. Mondy yang menggendong Raya langsung berlari keluar dari rumah tersebut.

"Bawa mereka semua." kata-kata itulah yang mampu Mondy dengar saat mereka mulai meninggalkan rumah itu.

*****

        Ternyata tempat penculikan Raya masih di daerah Jakarta. Alhasil, Raya dibawa ke rumah sakit terdekat dari lokasi penculikan.

"Rumah sakitnya ke arah mana sih??" tanya Cindy yang tengah menyetir sambil panik.

     Kemampuan menyetir Cindy benar-benar diuji disini. Dia harus membawa Raya ke rumah sakit menggunakan mobilnya dan sebisa mungkin dia harus tancap gas sekuat-kuatnya.

"Cin, santai. Lo harus tetap fokus. Nyawa anak orang banyak disini." ucap Reva yang duduk di kursi penumpang di sebelah Cindy.

"Gimana gue bisa santai. Itu Raya udah sekarat begitu. Kenapa gak pake mobil Alva aja sih. Kan gue jadi gemeter gini nyetirnya." gerutu Cindy dengan panik.

"Iya lo tau sendiri kan. Anak warrior serigala juga banyak yang luka gara-gara berantem sama anak buah Tony. Beberapa ada yang pake senjata tajam. Mobil Alva udah penuh sama mereka juga." ucap Melly dengan suara serak karena sudah menangis.

"Tenang, Mel. Kalau lo nangis, yang ada Cindy makin panik nih nyetirnya." ucap Megan yang posisi duduknya di belakang Cindy.

"Gimana gue gak nangis. Iyan kena tusuk pisau. Gue gak tau gimana keadaan dia sekarang." Melly mengusap air mata yang terus mengalir.

"Ya gue tau. Setidaknya Iyan masih sadar. Raya udah gak sadar lagi. Sekarang kondisi Raya lebih darurat." ucap Megan mendebat Melly.

"Iyan juga darurat. Megan, lo gak ngerasain. Gimana kalau Oky yang ketusuk. Lo gak ngerti perasaan gue." Melly terus terisak sambil memangku kepala Raya.

"Gue ngerti. Tapi kalau lo nangis terus, gak akan ngubah keadaan. Gak akan ngebalikin waktu." balas Megan belum mau kalah.

"Udah stop!" seru Cindy kesal.

"Gak ada gunanya kalian berantem. Gue lagi fokus bawa nyawa orang di dalam mobil gue. Jadi pliss gak usah ngelakuin hal yang gak penting. Cukup berdoa aja masing-masing." lanjut Cindy dengan jengkel melihat kelakuan Megan dan Melly.

"Bener, Girls. Gak ada gunanya debatin siapa yang lebih darurat. Yang bisa kita lakuin cuma berdoa." ucap Reva yang langsung diangguki oleh yang lain.

"Love Begins With From The Past" (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang