♥Ramon "Chapter 48♥

1.1K 69 12
                                    

Raya berdiri di salah satu sisi brankar Mondy. Dia masih diam saja dan hanya mendengarkan Mondy yang berbicara. Terkadang menyahuti Mondy bila memang diperlukan. Tapi sisanya dia gunakan untuk diam, bertarung sendiri dengan pikirannya.

Seperti saat ini, Mondy bahkan sampai menatapnya dalam lantaran Raya seperti tidak sedang mendengarkannya apalagi menghiraukannya.

"Ray, kamu mikirin apa sih?" tanya Mondy merasa jengah dengan tingkah Raya yang terlihat banyak pikiran itu.

"Aaa apa, kamu bilang apa?" Raya tergagap, mengalihkan kembali perhatiannya pada Mondy.

"Kamu mikirin apa?" ulang Mondy dengan lebih ditekankan lagi.

"Aku? Enggak kok enggak. Aku gak mikirin apa-apa. Bukan sesuatu yang penting kok." jawab Raya dengan sikap yang berusaha terlihat santai dan natural saja.

"Kalau kamu gak lagi mikirin apa-apa, berarti kamu tau dong aku cerita apa dari tadi?" tanya Mondy dengan serius.

Raya termangu sejenak, mengingat-ingat apa saja yang mungkin Mondy ceritakan padanya tadi.

"Kamu cerita kalau kamu ngeras udah baik-baik aja kan? Iya aku tau kamu baik-baik aja kok. Makanya abis ini kamu boleh pulang. Tenang aja." ucap Raya dengan gugup dan berusaha menjawab sebaik mungkin.

"Itu yang aku bilang pertama kali. Pertama kali kamu nanyain kondisi aku. Apa kamu gak tau hal penting yang bikin aku kaya gini?" tanya Mondy mengetes Raya lagi.

"Apa? Yang bikin kondisi kamu kaya gini, maksudnya yang bikin kamu pingsan terus masuk rumah sakit?" tanya Raya memastikan.

"Hem, itu. Apa alasannya?" tanya Mondy balik.

Raya terdiam, berusaha mengingat-ingat sekiranya apa yang tadi membuat Mondy pingsan.

"Eeerrmm, kamu....pingsan karena..... kesakitan kan?" tanya Raya balik, terdengar tidak yakin.

Mondy mengerutkan keningnya. Jawaban Raya terlalu mendasar sekali.

"Iya iyalah karena kesakitan. Tapi kesakitannya itu karena apa? Aku ceritain loh tadi. Kalau kamu dengerin aku pasti kamu tau." ucap Mondy menantang Raya lagi.

Raya kembali diam. Sama Sekali tak mengingat apa yang Mondy ceritakan padanya. Jangankan mengingat, menyimaknya saja hanya yang tidak sengaja ia dengar. Tapi dia ingat sesuatu yang tadinya Mondy ceritakan saat di cafe, sebelum pingsan.

"Kamu kesakitan, kamu bilang kepala kamu sakit. Kamu bilang kamu ingat sesuatu, lalu kepala kamu sakit banget dan pingsan. Gitu kan?" Raya memastikan apa yang ia jawab benar.

Mondy mengernyitkan alisnya, memang benar, tapi apa hanya segitu yang ia katakan tadi?  ㅡ begitulah isi pikiran Mondyㅡ.

"Iya itu garis besarnya. Lalu apa kamu tau apa yang aku inget?" tanya Mondy lagi, masih terus mengetes Raya.

Kali ini Raya tak menemukan jawaban terbaik nya lagi.

"Kamu ceritain itu juga....tadi?" tanya Raya bingung sendiri.

"Iya aku ceritain, Ray. Aku bilang semuanya ke kamu, aku cerita apa yang aku inget tentang kita dulu." jawab Mondy dengan sangat tegas. Terlihat begitu ingin di dengar oleh Raya.

"Maaf, Mon. Tapi aku lupa." jawab Raya pada akhirnya, tak ingin lagi meladeni pertanyaan basa-basi Mondy.

"Tuh kan, bukan lupa. Kamu itu emang gak dengerin aku. Kamu mikirin apa tadi, hah?" tanya Mondy terlihat kesal.

Raya jadi muak. Kenapa Mondy kekanak-kanakan sekali hanya karena hal seperti itu saja dia kesal, ㅡbegitulah yang Raya pikirkanㅡ.

"Ya udah. Kamu tinggal ceritain aja lagi. Kenapa kamu jadi marah gitu ke aku? Orang lupa kan manusiawi kali." balas Raya sewot.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Love Begins With From The Past" (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang