WARNING : i'm sorry for the crackship T_T
"Sorry, Jen. Hari ini gue ada matkul tambahan. Latihannya sama temen gue aja. Dia anak softball, tapi bisa jadi catcher. Namanya Heejin"
***
Dua minggu yang lalu, Jeno sempat cedera bahu dan berhenti ikut kegiatan baseball. Karena hari ini dia pulang cepat, Jeno sengaja minta bantuan Han Jisung untuk menemani dia latihan. Tapi bocah itu malah ingkar janji, karena doi sibuk remedial.
Jisung bilang, dia mau kirim teman sekelasnya ke sini untuk bantuin Jeno latihan di lapang. Dan Jeno setuju.
Tapi Jeno malah jadi bingung sendiri saat seorang gadis cantik dengan penampilan yang sangat feminim, berjalan menghampirinya.
"Jeno, ya?"
"Iya. Kamu siapa?"
"Temen sekelasnya Han. Aku yang bakal jadi catcher." jawabnya dengan ramah. Jeno tambah bingung.
"Hah?"
"Aku ganti baju dulu ya sebentar. Kamu tunggu di sini."
Setelah obrolan singkat itu, Heejin berlari ke arah ruang ganti. Jeno hanya bisa melamun dengan pikiran yang tiba-tiba blank dan menatap kepergian 'Heejin' dengan heran.
Bentar.
Jadi, Heejin tuh cewek?
"Lempar!" teriak Heejin dari kejauhan.
Jeno masih diam dan mengamati Heejin dengan mata menyipit. Gadis itu sudah mengganti pakaiannya dengan t-shirt dan juga topi agar terlihat santai.
Walau pun Heejin ini anak softball, Jeno masih nggak tega untuk melempar bola ke arah gadis manis itu.
"Kenapa diem aja? Lempar!" teriaknya lagi. Dengan perlahan Jeno mulai menggerakan tubuhnya. Bahunya yang cedera, sedikit kaku saat Jeno mau melempar.
Wush!
Bola terlempar cukup keras ke arah Heejin. Jeno berdoa dalam hati supaya Heejin bisa menangkap bolanya.
Tap!
Dari ujung sana, Heejin memekik kegirangan. Gadis itu melompat-lompat sambil menunjukan bola baseball-nya. Heejin berhasil menangkap bola baseball yang dilempar Jeno.
"Bagus! Kata Han, kamu lagi cedera? Tapi lemparan kamu bagus banget!"
Jeno tersenyum lega setelah mendengar pujian dari Heejin. Jeno menerima bola yang dilempar Heejin ke arahnya.
Selama lima belas menit, keduanya sibuk bermain. Jeno sangat puas karena Heejin cukup mahir menerima lemparan-nya yang keras.
Memang benar kata Renjun. Liat orang tuh jangan dari luarnya aja. Karena penampilan luar ternyata bisa menipu.
"Thanks udah bantuin latihan! By the way, posisi di klub softball apa?"
"Aku? Batter! Mau coba lempar lagi nggak? Udah lama aku nggak latihan mukul."
"Wah, boleh tuh!"
Jeno berlari ke arah gundukan tanah di tengah lapangan. Karena Jeno antusias melihat Heejin dan pemukulnya, Jeno mau coba melempar dengan sekuat tenaga.
"Serius, ya! Aku lemparnya profesional!"
"Oke!"
Dalam hitungan ketiga, Jeno sudah bersiap melempar bolanya dengan keras. Dari ujung sana, Heejin juga bersiap mengayunkan tongkat pemukulnya.
Satu detik sebelum bola dipukul, cahaya silau dari kaca spion mobil lewat membuat Heejin memalingkan wajahnya.
Bugh!
Dan bola yang terlanjur dilempar, tepat sasaran mengenai pelipis Heejin.
"Makanya hati-hati! Kalau mau olahraga, lawannya yang seimbang! Masa main bola sama cewek?! Sekarang jadi repot 'kan! Untung nenek kenal sama kakenya Heejin!"
Jeno yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, hanya manggut-manggut pasrah saat nenek Gong memarahinya. Karena para orang tua sedang ada arisan di hotel, terpaksa nenek Gong menjadi wali untuk Jeno.
Jeno benar-benar nggak sengaja membuat gadis itu cedera. Kening yang lebam dan Heejin yang tiba-tiba pingsan, membuat gadis itu dibawa ke rumah sakit olehJeno.
Jeno bahkan sampai ketakutan saat tahu kalau Heejin cucunya bapak rektor.
Untung ada nenek Gong.
Kalau enggak, Jeno bisa aja dikeluarin dari kampus.
"Iya, Nek. Jeno minta maaf... Tadi tuh nggak sengaja..." kata Jeno dengan tampang memelas. Nenek Gong menarik nafas berat, dan membiarkan Jeno merenungkan kesalahannya sendiri.
One week later...
Jeno berdiri di depan gedung kuliah astronomi dengan kikuk. Cowok itu memegang sebuket bunga dan satu plastik obat herbal untuk Heejin. Setelah insiden bola baseball, Heejin tidak masuk kuliah selama seminggu.
Karena Jeno masih merasa bersalah, dia minta bantuan nenek Gong untuk minta maaf pada Heejin. Nenek Gong menyuruh Jeno memberikan obat herbal dan sebuket bunga untuk gadis itu.
Sudah sepuluh menit berlalu, tapi Heejin belum keluar juga. Jeno yang mulai panik, berjalan di sekitar lorong untuk mencari kelas Jisung.
Heejin dan Jisung 'kan satu kelas.
10.10 am
Kelas Jisung mulai bubar. Jeno tersenyum kikuk saat melihat Jisung nyamperin dia.
"Loh, Jen? Ngapain di sini?" tanya Jisung keheranan. Setelah melihat bunga di tangan Jeno, Jisung tiba-tiba tersenyum jahil.
"Dih! Mau nembak cewek, ya...?!" pekik Jisung dengan volume yang keras.
"Bu-bukan, woy!" elak Jeno dengan risih.
Teman sekelas Jisung langsung memperhatikan Jeno dengan seksama.
Mereka jadi kepo karena tiba-tiba ada cowok ganteng yang datang sambil membawa bunga ke depan kelas mereka.
Mati.
Jeno malu setengah mati, saat melihat Heejin juga keluar kelas. Gadis itu terlihat manis dengan kemeja biru polos dan juga rok putih di bawah lututnya.
"Heejin...!" panggil Jeno dengan pelan. Cowok itu berjalan menghampiri Heejin dan menyerahkan buket bunganya.
"Buat yang tempo hari, maaf..." kata Jeno dengan menyesal.
Heejin langsung menundukan wajahnya malu, membuat Jeno keheranan. Gadis itu hanya diam karena telinganya tiba-tiba memanas. Wajah Heejin mulai berubah menjadi merah saat menerima bunga dari Jeno.
Melihat Heejin yang blushing, Jeno juga ikutan blushing.
Bentar.
Kenapa adegannya malah begini?!
"Te-ri-ma...! Te-ri-ma...! Te-ri-ma...!"
Jisung dan teman sekelasnya langsung berteriak heboh pada Heejin.
Jeno meremas rambutnya dengan frustasi.
Sumpah.
Ini malu-maluin.
Kenapa Jeno jadi kayak nembak Heejin?!
"Orbit atau Garis edar adalah jalur yang dilalui oleh objek, di sekitar objek lainnya, di dalam pengaruh dari gaya gravitasi. Gravitasi melengkungkan ruang layaknya bola melengkungkan karet dan membuat benda di sekitarnya bergerak lurus di area lingkaran..."
"Ngapain...?" tanya Heejin sambil menyimpan dua teh hangat di atas meja. Jeno tersenyum dan meminum teh buatan Heejin. Mereka berdua sedang ada di cafe milik ibunya Heejin.
"Baca buku catatan kamu. Hehe~" jawab Jeno dengan tersenyum manis. Heejin ikut tersenyum.
"Jeno. Aku boleh nanya sesuatu nggak?"
"Boleh. Nanya apa?"
"Kamu pernah pacaran?" tanya Heejin penasaran. Jeno tampak berpikir sambil menghitung dengan jari tangannya.
"Pernah. Hmm... tiga kali. Kalau kamu?"
"Aku... baru pertama kali pacaran..." jawab Heejin dengan tersenyum malu. Jeno yang gemas, ikut tersenyum dan mengelus rambut Heejin-nya dengan sayang.
Karena kesalahpahaman hari itu, Jeno dan Heejin berakhir sebagai pasangan.
Iya.
Jeno pacaran dengan cucu rektor di kampusnya.
Gadis polos itu belum pernah pacaran. Dan Jeno bahagia karena jadi yang pertama untuk seorang gadis cantik nan polos bernama Jeon Heejin.
============= END =============
Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^