"Love Begins With From The Pa...

By LiiTaRiii

139K 6.1K 875

New Deskripsi Ini sebenarnya cerita ke-2 aku di Wattpad. Tapi aku nobatkan menjadi cerita ke-1 aku di Wat... More

Perkenalan Tokoh
☆ Ramon ☆ "Chapter 1" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 2" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 3" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 4" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 5" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 6" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 7" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 8" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 9" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 10" ☆
☆ •••"Attention please"••• ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 11" ☆
☆ Ramon "Chapter 12" ☆
☆ ..."All Cast"... ☆
☆ Ramon "Chapter 13" ☆
☆ Ramon "Chapter 14" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 15" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 16" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 17" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 18" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 19" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 20" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 21" ☆
☆ Ramon "Chapter 22" ☆
☆Ramon☆"Chapter 23"☆
♥Ramon "Chapter 24"♥
♥Ramon "Chapter 25"♥
♥Ramon "Chapter 26" ♥
♥Ramon "Chapter 27"♥
♥Ramon "Chapter 29"♥
♥Ramon "Chapter 30"♥
♥Ramon "Chapter 31"♥
♥Ramon "Chapter 32"♥
♥Ramon "Chapter 33"♥
♥Ramon "Chapter 34"♥
♥Ramon "Chapter 35"♥
♥Ramon "Chapter 36"♥
♥Ramon "Chapter 37♥
♥ Ramon "Chapter 38"♥
♥ Ramon "Chapter 39" ♥
♥Ramon "Chapter 40"♥
♥Ramon "Chapter 41"♥
♥Ramon "Chapter 42"♥
♥Ramon "Chapter 43"♥
♥Ramon "Chapter 44"♥
♥Ramon "Chapter 45"♥
♥Ramon "Chapter 46"♥
♥Ramon "Chapter 47"♥
♥Ramon "Chapter 48♥

♥Ramon "Chapter 28"♥

734 91 13
By LiiTaRiii

      Alva duduk di meja makan dengan tenang. Menunggu Luna me ghidangkan makan malam untuk dirinya.

"Lo itu punya tangan. Kenapa gak digunain sih." gerutu Luna dengan kesal tapi tetap mengambilkan makanan untuk Alva.

"Suka-suka gue. Selagi ada yang bisa disuruh, kenapa mesti capek-capekin diri sendiri." sahut Alva sinis dan begitu santai.

"Tapi kan nyusahin orang gak bagus kali." ucap Luna

"Gue gak ngerasa nyusahin lo. Karena gue bayar lo." jawab Alva dengan santainya.

"Uang bukan segalanya bukan gue." ucap Luna dengan wajah tidak senang.

"Iya gue tau. Yang segalanya buat lo kan, Mondy. Segalanya lo lakuin untuk dapetin dia." Alva membalas ucapan Luna dengan sinis, setelah itu dia meninggalkan ruang makan.

"Al, makanannya gimana?" tanya Luna menyusul Alfa.

"Lo makan aja sendiri. Liat muka lo bikin gue gak selera makan." jawab Alfa dingin tanpa memperdulikan Luna.

*****

      Mondy hanya mengaduk-aduk makanan di depannya. Tidak berniat memakannya sama sekali.

"Mon, dimakan dong. Kalau lo gak makan, yang ada lo sakit. Kalau lo sakit siapa yang mau nyari Raya?" tanya Kila membujuk Mondy.

"Gue gak selera. Gue mikirin Raya. Dia udah makan atau belum. Gue takut dia kenapa-kenapa." jawab Mondy pelan tanpa menatap Kila.

"Iya gue tau perasaan lo, bro. Tapi gimana pun juga lo harus makan. Lo butuh tenaga buat nemuin Raya. Bener yang Kila bilang, kalau lo sakit, gimana caranya lo cari Raya." ucap Ifan.

"Mondy, makan dulu, nak. Jangan sia-siain makanan kaya gitu. Mama yakin, Raya itu cewek kuat. Pasti dia akan baik-baik aja. Yang penting kamu gak berhenti doain dia dan usaha cari dia." mama Mondy ikut membujuk anaknya.

"Iya, ma. Kalau itu udah pasti. Mondy pasti berdoa supaya Raya baik-baik aja. Mondy gak akan nyerah nyari Raya. Tapi Mondy gak selera makan sama sekali, pikiran Mondy cuma tertuju ke Raya." ujar Mondy sedih.

"Mama tau. Makan sedikit aja. Yang penting kamu makan dan ngisi tenaga. Mama gak mau kamu sakit." ucap mamanya lagi.

"Makan, Mondy." ucap sang papa dengan tegas.

      Mondy menatap papanya sekejap, lalu mengalihkan tatapannya pada piring berisi makanan.

"Makan, Mon. Kita semua gak mau lo kenapa-kenapa. Kita juga kepikiran Raya. Besok, gue sama Ifan janji bakal bantuin lo cari Raya." ucap Kila menguatkan Mondy.

      Perlahan Mondy mulai makan, walaupun dengan ogah-ogahan.

*****

      Tony masuk ke dalam kamar Raya. Di tangannya sudah berisi makanan untuk Raya.

"Waktunya makan malam." ucapnya saat membuka pintu.

"Gue mau keluar!!" seru Raya langsung menyosor keluar begitu melihat pintu dibelakang Tony terbuka.

Bruk

Prang

      Nampan berisi makanan itu dijatuhkan oleh Tony, dan memilih menahan Raya.

"Raya berhenti lo.." Tony mencekal tangan Raya saat gadis itu akan melangkah keluar.

"Lepasin!!" Raya mendorong tubuh Tony sekuat tenaga.

Dugh

"Awwhh..." ringis Tony saat Raya menendangnya.

"Rasain lo." ejek Raya puas.

      Setelah itu dia keluar dan mengunci pintu itu dari luar.

"Woy!! Buka!!" teriak Tony sambil menggedor pintu itu.

"Woy sialan. Buka woy!!"

"Arrhhggh, sial!" maki Tony kesal sendiri.

*****

      Alva melajukan mobilnya dengan santai. Dia meninggalkan appartemennya dan memilih makan di restoran.

"Mending gue makan di luar aja. Males banget liat mukanya yang nyebelin." gumam Alva dengan wajah sinis.

Drrt...

Drrtt...

Drrtt..

     Alva menyambungkan earphone pada hpnya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Halo." sapa Alva mengawali pembicaraan.

"Al, lo kemana sih? Ini tuh udah malem tau gak. Masa lo ninggalin gue sendirian di appartemen lo ini." ucap orang di telepon.

"Hhgghh..." geram Alva saat menyadari kalau itu suara Luna. Kalau tau itu telepon dari Luna, dia tidak akan mengangkatnya.

"Alva lo denger gue kan??!!" seru Luna kesal sendiri.

"Berisik. Apaan sih lo??" tanya Alva juga kesal.

"Lo kemana sih? Pulang dong. Gue takut sendirian." jawab Luna.

"Appartement gue itu mewah dan ramai. Kecuali gue punya appartement di tengah hutan baru lo takut sendirian." ucap Alva malas.

"Iihh tapi tetep aja. Kalau ini appartement gue, gue pasti gak takut. Tapi kan ini appartement lo. Gue takut kalau ditinggal sendirian di tempat orang lain." adu Luna dengan suara merengek.

"Berisik. Gak usah manja. Gak akan ada yang mau nyulik lo di appartement gue."

Tuuutt

     Alva memutus sambungan telepon sepihak. Dia terlalu malas mendengar ocehan Luna.

      Alva kembali fokus ke jalanan. Sampai akhirnya, matanya melihat sesuatu yang aneh. Lebih tepatnya seseorang. Seseorang yang sedang ditahan dan diseret oleh beberapa orang.

"Siapa tuh??" gumam Alva melambatkan laju mobilnya dengan mata yang fokus pada orang itu.

     Alva seperti melihat kalau orang yang diseret itu adalah perempuan dan sepertinya sedang meminta tolong.

"Kenapa itu orang diseret-seret gitu??" tanya Alva pada dirinya sendiri.

     Tiba-tiba terlintas sesuatu di benak Alva.

"Jangan-jangan dia mau diculik." ucap Alva kaget dan langsung menghentikan mobilnya dan membuka seatbeltnya.

      Tapi, begitu dia keluar dari mobil, orang itu sudah dibawa masuk ke dalam mobil oleh beberapa orang. Dan mobil yang membawanya itu keburu melaju cepat meninggalkan lokasi semula.

"Aahh sial! Itu mobil cepet banget perginya. Kayanya emang bener kalau itu penculik." ucap Alva.

"Tapi itu cewek siapa ya? Perasaan gue  familiar. Tapi siapa ya? Gak sempet lihat mukanya." lanjut Alva.

      Tiba-tiba Alva kepikiran sesuatu. Dengan cepat dia masuk kembali ke dalam mobil dan mengambil ponselnya untuk menghubungi orang yang tepat.

*****

         Mondy langsung menegakkan tubuhnya begitu mendengar apa yang dikatakan oleh Alva.

"Maksud lo, lo liat cewek dibawa paksa sama orang gitu?" tanya Mondy dari telefon.

"Iya. Gue emang gak liat mukanya, Mon. Tapi perasaan gue kaya familiar. Sorry gue gak sempet ngejar karena itu mobil keburu pergi." sesal Alva karena tak dapat banyak membantu Mondy.

"Oke oke gak papa, Al. Lo kasih tau gue dimana lokasi terakhir lo liat mobil yang bawa cewek itu. Gue bisa telusuri dari sana." ujar Mondy menghela nafas sedikit lega.

"Oke. Gue kirim alamatnya. Perlu lo inget, Mon. Bukan lo yang bakal telusuri jejak penculik itu. Tapi kita. Gue yakin semua bakal bantuin lo." ucap Alva mengoreksi kata-kata Mondy.

"Haha, thanks banget, Al. Gue gak tau lagi mesti bilang apa sama lo. Lo udah banyak bantu gue." ujar Mondy.

"Santai aja kali. Gue tutup ya, gue langsung kirim alamat ke lo. Tapi lo gak perlu telusuri malam ini, gue udah kasih tau pihak polisi juga. Ya walaupun belum genap 2×24jam. Tapi polisi udah bersedia gerak nyari Raya." ucap Alva membuat Mondy mendesah lega.

"Thanks banget, Al. Sumpah gue sama sekali belum kepikiran lapor polisi." ucap Mondy mengusap wajahnya.

"Tenang aja. Besok kita cari lagi Raya. Biar malam ini jadi urusan pihak kepolisian. Gue udah nyampe appartement gue, kayanya besok kita lanjut diskusinya. Gue gak mau ada yang curiga kalau sampai dia tau gue telfonan sama lo. Lo tau pasti siapa orang yang gue maksud." kata Alva sedikit berbisik.

"Ya gue paham. Sekali lagi makasih banyak, Al." ucap Mondy

"Santai aja, Mon. Ya udah ya. Assalamualaikum." ucap Alva mengakhiri telefon itu.

"Waalaikumsalam." Mondy meletakkan hpnya di atas kasur tepat disebelahnya.

"Alhamdulillah. Setidaknya ada petunjuk tentang kamu sayang." ucap Mondy dengan senyuman yang tak luntur.

      Mondy merebahkan tubuhnya di kasur. Setidaknya sekarang ia lebih tenang.

*****

      Pagi ini Mondy beserta teman-temannya semua datang ke lokasi yang dimaksud Alva. Disana mereka bertemu Alva.

"Woi, bro. Gak ngantor lo?" tanya Iyan sambil bertos dengan Alva.

"Libur sehari gak masalah kali. Gue ini bosnya." jawab Alva sedikit menyombongkan diri.

"Iya juga. Segan gue sama pak Bos." ledek Iyan.

"Sa ae lo remahan rengginang." Alva merangkul leher Iyan kuat-kuat.

"Al, sorry banget gue ganggu waktu kerja lo." ucap Mondy juga bertos dengan Alva.

"Santai aja, Mon. Gue emang lagi pengen libur juga sih." jawab Alva santai.

"Terus si Luna gak curiga kenapa lo gak ngantor?" tanya Cindy heran.

"Nah iya tuh. Dia kan kepo banget orangnya. Jangan-jangan dia ngikutin lo lagi." Megan melirik kesana kemari memastikan tak ada yang mencurigakan.

"Dia masih tidur. Gue udah siapin semuanya. Tadi malem, minuman dia gue kasih obat tidur." ucap Alva dengan santai.

"Waah pinter banget sih lo. Pasti belajar dari gue kan.." Iyan membanggakan dirinya sendiri.

"Yang ada kalau dia belajar dari lo bukannya jadi pinter malah jadi bloon." ejek Haikal

"Yeee lo gak ada seneng-senengnya liat gue bahagia." Iyan memukul bahu Haikal kesal.

"Iya. Gue juga udah siapin sarapan khusus buat dia dan udah gue kasih obat tidur lagi makanannya. Biarin aja lah mau over dosis atau apa kek. Gak perduli gue." ucap Alva jengah jika membahas Luna.

"Waah kejam sih lo. Cocok jadi pshycopath." ucap Oky tidak habis pikir.

"Lo sampai segitunya buat bantuin gue cari Raya. Sumpah gue terharu banget sih, Al." ujar Mondy.

"Santai aja. Kalian semua temen gue. Pasti kalau gue mampu, gue bantu lah." jawab Alva sambil merangkul Mondy akrab.

"Kalau gitu kita cari dari mana nih?" tanya Boy.

"Kita tunggu dari polisi yang udah nelusuri jejak penculik itu." jawab Alva dan mereka semua mengangguk setuju.

     Tiba-tiba terdengar dering telefon dari handphone Alva.

"Siapa, Al?" tanya Iyan kepo.

"Polisi." jawab Alva singkat dan langsung mengangkat panggilan itu.

"Hallo, selamat pagi, Pak." jawab Alva mengawali pembicaraan.

"......."

"Iya saya Alva. Yang semalam melaporkan ke bapak. Jadi apa ada informasi terbaru, pak?" tanya Alva to the point.

"......."

"Apa??!!"

      Seketika wajah semua orang yang ada disitu kaget bercampur ingin tahu dan juga ada rasa cemas.

*****

Terima kasih,
Penulis

* * * * * * * * * *

Haai hai haii!!

Kembali lagi bersama saya dicerita abal-abal ini. Sumpah aku ngerasa makin gaje dengan cerita ini. Tapi ya sudahlah. Hidup itu dinikmati aja. Jangan dibikin susah, saayy!

Sumpah nulis tiap part dari LBWFTP itu pengejaran banget. No revisi revisi lagi. Siap ketik satu part langsung publish. Begitu terus, jadi kalau ada Typo atau sebangsanya tolong dimaklumi saja. Maafkan aku dengan segala ke-gajean dan ke-typoan itu.

Semoga kalian gak kecewa sama part ini, part kemarin atau part berikutnya nanti. Feelnya semoga masih kerasa. Semoga kalian menikmati cerita ini. Selamat membaca dan aku selalu menunggu respon positif kalian.

V&C Please

* * * * * * * * * *

Continue Reading

You'll Also Like

366K 30.3K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
171K 15.7K 29
[Update: Senin-Selasa] "I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian...
1.3M 118K 62
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
681K 31.6K 21
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...