Magic In You

By VVyMeU

32.3K 3.1K 154

Sejak mata ini pertama kali melihatmu, kamu berhasil menyita perhatianku. Kala itu, kalau kamu masih ingat, k... More

Beginning
1. First Sight
2. Ramen Susu Keju
3. Amplop Putih
4. Damn! She's So Stylish
5. I Need You
6. Hanya Kamu
7. Idola
8. Sengatan Itu
9. Don't Touch?
10. Ara Bertanya
11. Aku Bukan Malaikat
12. Unexpected Offer
13. Angel Or Butterfly
14. Malam Tadi
15. Sosok Setengah Dewa
16. Sendu Merindu
17. Aku Ingin Disini
18. Kembali tersenyum
19. Blok Mahakam
20. Just Be Yourself
21. Little Einstein
22. I šŸ’— U, My Thomas
23. Haters Gonna Hate
24. Anka
25. Mencintai Sangat Dalam
26. Tell Me Everything
27. He'll Be Okay
28. Perhatian Yang Menyenangkan
29. Sakit.. Perih..
30. 12 April 2003
31. Doa yang terjawab
33. Tempramen
34. Tetapkan Keyakinan
35. Kissing Her
36. Bugs & Panda
37. Don't Ever Leave Me
38. Kembali Berjumpa
39. Weekend
40. No Choice
41. I Won't Give Up / So Do I
42. Clement
43. Anka & Kirana
44. I Love You, Always
Pesan Untuk Kirana
Bio dan Q&A

32. Surprise

445 59 0
By VVyMeU

KIRANA'S POV

“Hayo Kirana! Masih pagi udah senyum-senyum sendiri, lagi jatuh cinta ya?”

“Eeeee, eee,nggak, temen kirimin foto lucu aja, Tan. Lo kok tumben dateng pagi?”

“Dianter sama yayang terus sekalian dia mau ke bandara. Dia ada penerbangan pagi.”

“Pantes, tumben banget.”

“Pagi cewek-cewek, udah rumpi aja nih”

“Eh Badril, udah dateng aja lo.”

“Gue dateng tiap hari jam segini kali, lo aja yang dateng telat mulu.”

“Hahaha. Rumah gue kan jauh. Eh, lo udah sarapan belum?”

“Belum. Tapi gue bawa bekal nih. Lo dateng pagi gini pasti belum sarapan deh, ya kan? Pantry yuk.”

Badril menaruh tas selempang warna hitam dan menaruh di kursi sebelah tempatku. Bilik kerja miliknya memang terletak persis berada di sebelah kananku. Dia kemudian mengambil kotak makan warna putih transparan dan kotak biru muda dengan merk Tupperware. Kakinya berjalan ke arah pantry dengan Tantra dan aku mengikuti di belakangnya.

Pemandangan dari kaca pantry ke luar masih menjadi sesuatu yang indah dan memukau bahkan setelah hampir satu tahun bekerja di sini.

“Lo ga bawa bekal Kir?” Tantra bertanya setelah aku selesai mengambil susu yang ada di dalam lemari es dan menuangkannya ke dalam gelas.

“Enggak, gue kesiangan bangun tadi.”

“Ohhh. Lo mau omelet nggak? Bagi dua ama ague nih.” Sebelum aku berhasil menolak, Badril sudah mengambil piring dan sendok garpu untuk aku makan. Meski sungkan, namun akhirnya aku memakannya juga.

“Enak, Ril. Ini lo masak sendiri”

“Iya, sedih kan belum ada yang masakin.”

“Hahaha! Kabar lo gimana ama siapa tuh anak HRD?”

“Amel?”

“Iya, Amel! Kan lo udah deket banget tuh bulan lalu gue liat, udah sampe berangkat bareng gitu.”

“Dia udah mau nikah masa! Di suruh cepet nikah sama orang tuanya”

“Hahaha. Kasian banget ditinggal married. Kok marriednya terus nggak sama lo? Lo kan udah mateng juga kali, udah waktunya.”

“Udah di siapin calon sama nyokapnya. Lagi pula dia pasti gamau soalnya kita beda agama. Udah ih, itu udah lama ya, gausah diungkit lagi. Gue udah  move on”

“Wiiih cepet banget lo udah move on.”

“Kan gue bilang udah lama, monyet.”

“Ih, marah dia! Terus terus siapa nih yang baru? Anak sini?”

“Ada deh. Udah ah lo kepo aja deh. Udah ah ayo balik.”

Setelah membereskan perlengkapan makan kemudian kami beritga kembali ke dalam ruangan. Jarak pantry dengan bilik kerja kami tak jauh, hanya sekitar lima meter. Sebelum aku sempat duduk, Pak Eko memanggilku dari ruangannya. Aku mengetuk pintu kaca yang telah terbuka dan duduk di seberang meja Pak Eko.

“Saya sudah lihat hasil perhitungan yang kamu buat untuk bulan depan.” Pak Eko yang semula menghadap layar computer kemudian melihat ke arahku.

“Kamu pakai data dari gudang yang paling baru?” Beliau kemudian melihat ke arahku dengan tatapan yang sangat mengintimidasi.

“Iya pak.”

“Saya sudah cocokkan data yang kamu pakai dengan data yang saya dapat, satu pun tidak ada yang cocok. Perhitungan yang kamu buat di sini juga banyak yang salah. Perbaiki semuanya, mulai dari awal.”

“Baik pak.”

“Kirana, kamu sudah tujuh bulan di sini, kamu pasti sudah tahu perhitungan seperti ini sangat krusial, saya harap kamu tidak mengulangi kesalahan seperti ini lagi. Ingat Kirana, data seperti ini sangat krusial”

“Baik pak, maaf pak.”

Pak Eko memberikan flash disk yang baru saja di cabut dari komputernya. Segera setelah aku menerima flash disk itu aku keluar dari ruangan. Aku langsung menaruh flashdisk itu di meja kemudian mengambil kartu akses dan pergi ke luar ruangan menuju toilet. Aku langsung masuk ke dalam bilik paling pojok. Sesaat kemudian suara pintu toilet terbuka.

“Na, si bapak ngomong apa?” Suara Tantra terdengar di balik pintu bilik tempatku berada.

“Perhitungan yang gue kemarin serahin salah semua.”

“Hah? Kok bisa?”

“Data nya nggak cocok, perhitungannya salah.”

“Lo dapet data dari mana emangnya?”

“Pertamanya dari orang warehouse, terus waktu mau kasi ke si bapak, Bu Dara kemarin kasih data baru katanya dari orang warehouse ada yang ketinggalan.”

“Na, keluar dong nggak enak ngomong gini.”

Aku keluar dari bilik toilet itu dan langsung di peluk oleh Tantra. Kami berdua kemudian duduk di atas meja wastafel.

“Lanjutin cerita lo.”

“Iya, katanya tuh tu dia dapet data dari orang warehouse, nah gue gak cek lagi karena udah buru-buru juga. Yaudah gue langsung masukin. Terus tadi kata si bapak gak cocok sama data yang didapet sama itungannya juga salah. Ya datanya kan udah beda jauh dari yang awal, yaudah gue pake cara yang lain dong, kan gabisa tetep pake itungan yang sama.” Suaraku yang semakin lama semakin meninggi karena emosi itu kemudian lenyap dalam bisu Tantra.

“Tan, ngomong kek. Gue salah banget ya?”

“Nggak, nggak. Lo nggak salah. Hmm, benernya gue pernah digituin juga sama Bu Dara waktu gue masih baru sama kayak lo. Tapi untungnya terus gue tanya dulu ke Pak Reza. Gue nggak berani ngomong apa-apa gue kan juga baru sama kayak lo sekarang. Abis itu gue ati-ati aja ama tuh orang. Tiap orang itu kasi data gue double check. Lo pernah disuruh-suruh benerin data atau kerjain kerjaan dia gitu gak?”

“Iya pernah”

“Abis ini jangan mau, Na. Bilang aja lo ada kerjaan dari Pak Eko. Gue dulu bego banget mau aja kerjain kerjaan dia. Terus gue baru sadar abis Badril masuk, kok kerjaan gue malah lebih banyak dari anak-anak di tim ya. Itu tuh bukan bagian kerjaan kita yang kerjain. Gaada sangkut pautnya malah.”

“Terus gue gimana dong sama data ini?”

“Lo dibilangin apa sama Pak Eko tadi?”

“Suruh buat dari awal”

“Tapi lo save kan yang kerjaan awal lo sebelum tuh iblis betina kasi data?”

“Hahaha iblis betina. Ada kok gue simpen, tapi belum kelar itu.”

“Bener tau, tuh orang kalo ama Badril aja nempel mulu, sok-sok an banget dah buatin makan, beliin oleh-oleh apa lah.”

“Kok lo sewot banget sih Tan? Kan lo dah punya suami hahaha”

“Ehhh Badril itu aset tim kita ya, ga rela gue kalo sampe dia sama tuh iblis. Kalo dia sama lo sih gue gapapa.”

“Apa deh Tan, ngaco amat.”

“Hahaha, yaudah ayo balik sebelum tuh cowok-cowok pada masuk toilet cewek.”

Beberapa jam setelah percakapanku dengan Tantra berakhir aku masih terus berkutat dengan data yang harus aku benarkan. Aku bahkan menghabiskan waktu makan siangku untuk duduk di sini. Beruntungnya aku punya teman-teman tim yang sangat pengertian. Mereka membelikanku ayam bakar yang akhirnya aku habiskan karena kelaparan. Ponselku berdering tepat setelah aku mencuci tanganku di pantry. Khata menelponku untuk bertanya apa aku ada acara selama weekend, aku menjawab seadanya kemudian beerkata sangat sibuk dan tidak bisa lama-lama karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.

Hingga jam kerja berakhir aku masih tetap berkutat dengan pekerjaan sialan itu. Hingga pukul lima kurang dua puluh aku baru berhasil menyelesaikan semuanya. Aku baru menyadari saat itu, Pak Eko belum pulang dan masih berada di dalam ruangannya. Tiba-tiba Pak Eko kemudian memanggilku.

“Kirana.”

“Ya pak?”

“Sudah selesai perhitungannya?”

“Sudah pak.”

“E-mail ke saya.”

“Baik pak.”

Beberapa saat kemudian setelah aku berkemas dan mengirim SMS pada Pak Purno memberi kabar aku telah selesai. Semoga saja jalanan tidak macet terlalu parah hari ini, rasanya hari ini sangat melelahkan.

“Kirana? Tolong ke sini sebentar” Jantungku rasanya mau copot dipanggil oleh Pak Eko. Kesalahan macam apa lagi yang aku perbuat.

“Iya pak.” Jawabku sambil berlari kecil ke ruangan kaca itu. Pak Eko sedang melihat keluar jendela, yang dapat aku intip kemacetan masih parah di bawah sana.

“Kamu sudah mau pulang?”

“Sudah, pak.”

“Yasudah ayo kita kebawah sama-sama.”

Aku kemudian keluar dari ruangan tersebut dan mengambil kartu akses yang tergeletak di meja. Pak Eko sudah menungguku di depan pintu dan tersenyum padaku. Aku kemudian mengikuti Pak Eko dari belakang menuju ke lift. Karena sudah sore, kami tak lagi perlu menunggu lama. Sesampainya di dalam lift Pak Eko kemmudian mulai berbicara kembali.

“Saya mengapresiasi kamu memperbaiki kesalahanmu secepatnya. Saya harap besok-besok nggak seperti ini lagi ya, Na.”

“Eh, ehm iya pak.”

“Kamu pulang naik apa?”

“Dijemput pak. Ibu gimana kabarnya pak?”

“Baik, baik, makin sibuk dia. Kemarin dia baru jadi kepala cabang.”

“Wah, selamat ya pak.” Bersamaan dengan ucapan selamat, lift itu sampai di lantai yang aku tuju, sedangkan Pak Eko masih ke basement tempat parkir mobil beliau.

“Happy weekend ya, Kirana.”

“Happy weekend juga pak. Saya duluan pak.”

Aku berjalan sebentar kemudian menempelkan akses pada pintu otomatis. Aku berjalan ke depan, merogoh ponsel di saku rok pensilku. Aku menelpon Pak Purno dan sesaat kemudian mobilku sudah di hadapanku. Apa yang aku temukan di dalam mobil benar-benar mengagetkan. Ini lebih baik daripada bunga yang memenuhi mobil.

“Khata? Kok disini?”

“Naik dulu ditunggu sama mobil belakang tuh.” Aku segera naik dan menutup pintu meletakkan tas kerja ku di samping kemudian menghadapnya.

“Jadi? Kenapa di sini?”

“Well, kamu bilang ga ada acara apa apa buat weekend kan? Nih. Temenin aku.” Dia kemudian memberikanku tiket kereta api dari Gambir menuju Bandung kota.

“Ke Bandung? Tapi aku ga bawa baju ganti.”

“Udah semua di belakang non, tadi bibi sudah masukkan keperluan non di dalam tas. Baju ganti non ada di depan ini.

“Kok mendadak sih? “

“Supaya surprise kan hahaha.”

“Bohong banget, kan lagi sibuk-sibuknya kamu. Ada acara ya di bandung?”

“Hahaha sial aku gabisa bohong sama kamu. Iya, ada undangan buat dateng acara anti korupsi gitu deh. Jadi mau kan ikut ke Bandung?”

“Hmm. Kayak ga tau jawabannya aja. Lagi pula kamu curang banget, kan sekarang mau gamau aku juga tetep harus ikut orang udah beli tiket.”

“Yah, dari pada kamu di depan laptop kerja mulu. Tuh muka jadi cepet tua tuh. Abis ini kamu dipanggil tante aku dipanggil kakak. Hahaha.”

“Enak aja! Ih nyebelin! Aku capek!”

“Hahaha sini sini.” Tangan Khata berujung di pundak kanan ku dan memelukku.
Tubuh dia yang lebih besar dariku sangat terasa nyaman. Aku melepaskan penatku dalam nyaman dari dirinya, lelahku pun menguap seiring tertutupnya mataku. Hari ini melelahkan, namun paling tidak ada dia di penghujung hariku.

Continue Reading

You'll Also Like

646K 8.2K 30
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
13.8K 1K 65
Kalau aku bukan jodoh mu, setidaknya biarkan aku terus berada di dekatmu.
9.2K 646 20
berawal dari Haechan yang ngecrushin Na jaemin dari lama, hingga akhirnya cintanya terbalaskan. tetapi haechan harus melewati penghalang - penghalang...
34.4K 1.6K 20
mengungkap fakta isi album terbaru Taylor Swift