Magic In You

By VVyMeU

32.3K 3.1K 154

Sejak mata ini pertama kali melihatmu, kamu berhasil menyita perhatianku. Kala itu, kalau kamu masih ingat, k... More

Beginning
1. First Sight
2. Ramen Susu Keju
3. Amplop Putih
4. Damn! She's So Stylish
5. I Need You
6. Hanya Kamu
7. Idola
8. Sengatan Itu
9. Don't Touch?
10. Ara Bertanya
11. Aku Bukan Malaikat
12. Unexpected Offer
13. Angel Or Butterfly
14. Malam Tadi
15. Sosok Setengah Dewa
16. Sendu Merindu
17. Aku Ingin Disini
18. Kembali tersenyum
19. Blok Mahakam
20. Just Be Yourself
22. I 💗 U, My Thomas
23. Haters Gonna Hate
24. Anka
25. Mencintai Sangat Dalam
26. Tell Me Everything
27. He'll Be Okay
28. Perhatian Yang Menyenangkan
29. Sakit.. Perih..
30. 12 April 2003
31. Doa yang terjawab
32. Surprise
33. Tempramen
34. Tetapkan Keyakinan
35. Kissing Her
36. Bugs & Panda
37. Don't Ever Leave Me
38. Kembali Berjumpa
39. Weekend
40. No Choice
41. I Won't Give Up / So Do I
42. Clement
43. Anka & Kirana
44. I Love You, Always
Pesan Untuk Kirana
Bio dan Q&A

21. Little Einstein

465 56 0
By VVyMeU

3'RD PERSON POV

Sekitar 2000 orang hari ini berkumpul di salah satu gedung di komplek olahraga Gelora Bung Karno. Senyum-senyum di wajah orang-orang itu tak kunjung berhenti. Kerja keras, motivasi dan semangat yang tak kenal lelah membawa mereka berada di tempat dan waktu ini. Akhir Juli, sebuah tanggal yang mereka nantikan, untuk dapat membawa orang tua mereka ke titik di mana mereka di sebut wisudawan dan mendapat gelar di belakang nama mereka.

“Satu langkah kaki kalian menginjak keluar dari gedung ini dengan toga, kalian akan kembali ke masyarakat. Tugas kalian untuk mulai membangun masyarakat sesungguhnya telah berada di pundak kalian kini.” Pidato rektor universitas berakhir dengan diiringi tepung tangan. Sebuah kelegaan pidato panjang berakhir terasa dalam ruangan itu. Para wisudawan dan wisudawati segera memfokuskan kembali pandangan mereka ke arah panggung yang berada di depan.

Salah satu dari mereka, yang duduk bersama para senior dan beberapa temannya, adalah Kirana Wijaya. Senyum malu menghiasi wajah berkulit putih itu. Kedua tanganya dia tumpuk di atas kaki. Baju kebaya berwarna biru muda dan rok cokelat hingga mata kaki nya tertutupi dengan baju toga berwarna biru muda dengan biru tua pada tengahnya. Di atas kepalanya, topi segi empat dengan tali menjulur berwarna merah betengger.

Acara yang telah jalan dua jam lamanya ini mendekati waktu yang ditunggu oleh pembantu rumah tangga dan supir Kirana. Ya, orang tua Kirana lagi-lagi tak menyempatkan untuk datang pada hari yang sangat ditunggu oleh anak perempuan berumur 18 tahun ini. Walau terdapat sedikit kesedihan di hatinya hari ini tapi Kirana tetap tersenyum dengan manis.

Perjalanan pengerjaan tugas akhirnya tak memiliki masalah berarti dan bisa dikatakan cepat. Setiap hari Jumat malam dia pergi ke rumah Khata diantar oleh Pak Purno, supir pribadinya yang selalu menemani dari dia bayi. Di rumah Khata dia biasa mengerjakan tugas akhir hingga larut malam. Sesekali Kirana meminta masukan dan bantuan dari Khata, walau sesungguhnya beberapa problem tersebut bukan masalah besar bagi dirinya. Kirana sangat senang Khata mau menemaninya mengerjakan tugas akhir. Khata pula lah yang menjadi pendorong ketika motivasinya turun, ketika malas menyerang dan ketika tugas akhir terasa begitu monoton. Selama pengerjaan, Khata yang selalu merawat Kirana. Mengingatkan untuk mandi, membelikan atau memasakkan makanan, bahkan terkadang menyuapinya. Tak heran, pada lembar ucapan terima kasih, nama Khata Metta Sutta tercantum pada poin ke-3, bahkan di atas orang tua nya. Baginya, Khata sudah menjadi keramaian dalam sepi yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Kedatangan Khata hari ini, adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untuk Kirana.

Tibalah waktu yang paling membanggakan untuk 20 orang dengan predikat Summa Cum Laude. Tentu saja dengan index prestasi kumulatif sebesar 3,94 nama Kirana berada di dalam 45 orang tersebut. Nama mereka satu per satu akan disebutkan untuk maju ke atas panggung bersama kedua orang tuanya. Sebuah kebanggaan besar untuk orang tua yang naik diatas panggung dan anaknya diperkenalkan sebagai salah satu mahasiswa berprestasi dengan nilai yang luar biasa mendekati sempurna.

Urutan 41, nama teman Khata disebutkan untuk maju ke atas panggung dengan membawa serta kedua orang tuanya. Sekitar sepuluh menit kemudian, dengan riuh tepuk tangan dari para wisudawan dan wisudawati serta orang tua dan kerabat mereka yang berada di lantai dua, Kirana maju bersama bibi dan Pak Purno.
Bibir Kirana melebar berjalan pelan menjemput bibi dan Pak Purno kemudian menggandeng keduanya ke arah panggung. Menaiki tangga panggung pelan, Kirana menarik rok nya keatas sedikit. Rektor universitas dengan senyum menyambut Kirana. Bagi bapak dengan postur tinggi dan kumis tebal itu, nama Kirana Wijaya sudah tidak asing.

“Kirana Wijaya, salah satu mahasiswi paling membanggakan yang universitas pernah miliki. Lahir di Jakarta pada 1 September, waktu yang cepat ditempuh nona muda yang berumur 18 tahun ini dalam menyelesaikan seluruh pendidikannya. Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dalam lima tahun, sekolah menengah pertama dalam dua tahun dan sekolah menengah atas dalam dua tahun. Kemudian Kirana berhasil menyelesaikan studi sarjana dengan waktu tiga setengah tahun.  Meskipun begitu, Kirana adalah gadis yang aktif ikut dalam organisasi dan terkenal baik diantara teman-temannya. Kirana juga berhasil mengharumkan nama universitas dalam berbagai perlombaan bisnis nasional maupun internasional.” Pembawa acara berbicara sedikit biodata Kirana sembari gadis itu berjalan. Riuh tepuk tangan tak berhenti-berhenti memenuhi udara gedung. Dengan umur yang masih belia, Kirana membuat banyak orang terkejut.

Dengan bangga, setelah menyerahkan ijasah dan memindahkan tali merah topi wisudanya, bapak rektor menitipkan sedikit pesan untuk Kirana. “Selamat ya anakku, setelah ini tetaplah haus ilmu, tetaplah rakus belajar dan menjadi sukses dengan cara yang baik dan jujur. Tuhan selalu membimbingmu.”

Tepukan tangan semakin meriah setelah Kirana menghadap ke depan, ke arah para wisudawan dan wisudawati duduk. Sembari itu, Kirana mencuri pandang pada tempat duduk yang Khata katakan ditempatinya. Tempat duduk itu kosong.
Kirana mencari sedikit lebih lama, menyusuri lautan manusia di lantai dua. Hingga akhirnya Kirana yakin, Khata tidak berada pada tempat duduk di lantai dua. Dia memutar badan, dan berbaris pada barisan para wisudawan dan wisudawati Summa Cum Laude.

Setelah berfoto, Kirana kemudian kembali pada tempat duduknya. Kirana langsung mengetik chat untuk Khata menanyakan keberadaan dirinya. Hingga wisuda hampir berakhir, tiga baris chat Kirana tak juga berbalas. Hanya tanda bahwa Khata telah membaca chat, tapi itu malah membuat Kirana semakin geram. Pikirnya, kemana saja Khata sampai tidak bisa membalas. Tadi pagi sebelum masuk ke dalam gedung, Khata bilang akan datang. Waktu pertengahan acara juga Khata memberitahukan lokasi dia duduk.

Ketukan palu menandakan selesainya acara wisuda sekaligus resminya Kirana menjadi sarjana manajemen. Kerumunan wisudawan segera memenuhi pintu keluar gedung. Kirana masih berdiam diri beberapa saat, lebih memilih untuk duduk menunggu kerumunan sedikit mengecil.
Sesampainya di luar gedung, panas matahari sudah mulai menghangat. Pukul tiga sore, dengan toga dan baju formal yang Kirana kenakan, tak heran bila tubuhnya berkeringat. Kirana kemudian mencari bibi dan Pak Purno. Bibinya langsung memeluk Kirana lama begitu mereka bertiga bertatap muka.

“Selamat ya non, udah jadi sarjana sekarang. Non udah besar, udah mau kerja. Rasanya bibi baru aja kemarin ganti popoknya non Kirana.”

“Bibi apa sih, tetep Kirananya Bibi kok! Bibi jangan nangis, kayak Kirana mau pergi jauh aja nih.”

“Tapi waktu nggak kerasa cepet banget berlalu non, Habis ini non Kirana udah kerja, terus ketemu pendamping, setelah itu menikah. Non cepet banget sudah besar!”

“Ah bibi kenapa omongannya udah nikah aja, kan aku baru lulus.”

Stefan dan beberapa teman kemudian menghampiri Kirana, memberikan beberapa tangkai bunga dan boneka. Mereka kemudian berfoto bersama. Dalam hati, Kirana masih mencari dimana keberadaan Khata. Entah bagaimana, keberadaan teman-temannya di sini tak sepenting Khata. Hanya Khata yang dia ingin berfoto bersama ketika mengenakan toga. Hanya Khata saja yang dia inginkan bunga dan hadiah kelulusannya.

Para wisudawan yang masih memakai toga berjalan ke sana kemari, sembari membawa berbagai macam bunga dan hadiah. Ada yang membawa bunga sampai terlalu banyak hingga mukanya tertutupi, ada pula yang membawa satu rangkaian bunga saja, tapi jelas bunga tersebut terlihat mahal dari keindahannya.
Kirana sedikit kecewa pada Khata, bagaimana mungkin dia tidak ada di sini. Sampai pukul setengah empat sore, satu setengah jam setelah wisuda selesai, Khata masih tak juga terlihat, tak juga membalas beberapa chat Kirana.

“Mungkin Khata ada keperluan BEM mendadak, yang nggak bisa bales dan nggak sempat kabarin.” Pikir Kirana positif dalam hati.

Bibinya yang melihat tekuk wajah Kirana, mengajak Kirana untuk segera pulang dan beristirahat. Tidak seperti biasanya, Kirana harus berjalan kaki ke arah mobil. Pak Purno harus ke ijin ke toilet dahulu.
Kirana sampai di depan mobilnya, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan mobil berkaca hitam gelap itu hanya dengan arahan Pak Purno lurus belok lurus belok. Kirana mengambil nafas di depan mobil, menunggu Pak Purno kembali dari toilet. Tak lama menunggu, Pak Purno datang dan memencet alarm mobil.

***

KIRANA’S POV

“Non di tengah aja ya, biar bisa istirahat.” Aku mengangguk pelan, mengiyakan saja karena telah mengantuk dan lelah pada kaki karena mengenakan high heels.
Sembari mengucek mata aku membuka pelan pintu mobil bagian tengah.

Aku membuka mata selebar-lebarnya. Puluhan, bukan, RATUSAN bunga memenuhi mobil bagian tengah. Berbagai macam bunga dengan warna dan ukuran yang berbeda tertata indah dalam mobilku. Aku mundur beberapa langkah, menutupi senyum yang mengembang di bibirku.

Happy graduation, little einstein!” Suara Khata terdengar dari samping kiriku. Aku menoleh ke arah suara itu. Khata berjalan mendekatiku. Dia tersenyum bangga ketika berhenti tepat di depanku. Beberapa lama aku hanya terdiam, menutupi mulutku yang tersenyum.

Are you...?” Aku berkata pelan, sepotong karena masih terkesima dengan bunga-bunga indah di depanku.

Yes, I am!” Diiringi dengan anggukan masih dengan senyum.

Matanya tersenyum bahagia melihatku tak dapat berkata-kata. Aku sendiri benar-benar gembira, benar-benar speechless dengan apa yang dia lakukan. Dadaku berdetak hebat dan cepat, suhu badanku rasanya memanas, dan pipiku aku yakin sudah memerah.

Dengan masih tersenyum dia mengelus kepalaku pelan. Aku langsung berhambur memeluknya erat.

You’re crazy!”

Tawanya pecah, yang kemudian diikuti tawa bibi dan Pak Purno. Sial, jadi mereka berdua juga ikut ambil andil dalam rencana ini?

Tangannya memeluk balik, membalas pelukanku. Aku sembunyikan wajahku pada pelukannya. Dadaku bergemuruh, rasanya ini sungguh membahagiakan.

“Aku cari kamu tadi waktu di panggil ke depan. Kamu nggak lihat dong waktu penyerahan ijasah?”

“Aku lihat kok dari samping.”

and what about all this flower?”

Your graduation gift from me!”

“Ehmmmmm. Thank you.”

Your welcome, einstein! Naik mobilku aja yuk.” Khata menggandeng tanganku erat sembari berjalan ke mobilnya yang ternyata diparkir tidak jauh dari mobilku. Pak Purno dan bibi akan pulang naik mobilku, sedangkan aku dan Khata menuju salah satu restaurant daerah sini.

“Jadi, kenapa panggil aku 'einstein'?” Setelah mengenakan sabuk pengaman aku bertanya pada Khata.

“Yeah, you’re einstein! IPK hampir sempurna, lulus 3,5 tahun, belum lagi umur masih muda banget. Cerdas banget lah pokoknya!”

“Ih apaan sih!”

“That’s a fact!”

“Then, you’re Thomas!”

“Thomas from Thomas and Friend or Thomas from Thomas Alfa Edison?”

“Thomas Alfa Edison lah! Penemu lampu, inget?”

“Iya, inget. Emang kenapa aku Thomas? Nggak ada nama lain apa?”

“Soalnya cocok buat kamu.”

“Kok bisa?”

“Iya, Thomas bantu banyak manusia di bumi keluar dari kegelapan, belum lagi penemuan dia sekarang dipakai hampir di seluruh daratan. Penemuan dia berdampak pada dunia. Memberi banyak manfaat secara langsung. Cocok kan sama kamu?”

Continue Reading

You'll Also Like

74.5K 3.5K 28
Harapanku adalah dirinya. she is my hope Tidak ada lagi hal di dunia ini yang aku inginkan selain dirinya. Poros hidupku terus-terusan berpusat pad...
86.5K 1.3K 3
Hanya chapter yang tidak di publis dengan beberapa alasan. Di buang sayang jadi simpan sini aja
549K 7.1K 29
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
34.4K 1.6K 20
mengungkap fakta isi album terbaru Taylor Swift