Little Baby (Tamat)

By Alaita23

8M 332K 4K

Sebuah insiden membuat Clara harus kehilangan masa depannya. Gadis yang memiliki sifat baik hati dan juga tid... More

Part 1🌺
Part 2🌺
Part 3 🌺
Part 4 🌺
Part 5 🌺
Part 7 🌺
Part 8 🌺
Part 9 🌺
Part 10 🌺
Part 11 🌺
Part 12 🌺
Part 13 🌺
Part 14 🌺
Part 15 🌺
Part 16 🌺
Part 17 🌺
Part 18 🌺
Part 19 🌺
Part 20 🌺
Part 21 🌺
Part 22 🌻
Part 23 🌻
Part 24 🌻
Part 25 🌻
Part 26 🌻
Part 27 🌻
Part 28 🌻
Part 29 🌻
Part 30🌻
Part 31🌻
Part 32 🌻
Part 33 🌻
Part 34 🌻
Part 35 🌻
Part 36 The End🌼
Ekstra Part πŸ•Š
Ekstra Part2 πŸ•Š
Info sekuel ~

Part 6 🌺

240K 10.6K 28
By Alaita23

Toko bunga milik keluarga Zidan cukuplah untuk Clara tempati, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sangat sederhana namun nyaman.

Berbagai macam bunga tersedia di toko tersebut. Clara bisa mencium wangi bunga yang berbeda setiap hari, dan dia merawat bunga-bunga itu dengan baik.

Perempuan itu menyirami bunga mawar dengan sangat hati-hati, karena menjaga kesehatan bunga adalah tugasnya, Clara harus bersabar dalam merawatnya agar ketika dia jual bunga itu tidak layu ataupun mati. Dan Clara sudah merawat bunga-bunga itu hampir tiga Minggu lamanya, dia merasa betah tinggal di sana.

Ketika asik menyiram, suara Zidan membuat Clara menghentikan kegiatannya.

"Clara..." Zidan berjalan kearah Clara dengan tergesa-gesa, pria itu terlihat sangat khawatir.

"Ada apa kak??" Clara meletakkan alat siramnya dan menghampiri Zidan. Jarang sekali Clara melihat ekspresi itu di wajah Zidan. Apakah ada sesuatu yang membuatnya gelisah.

Mengatur nafasnya sejenak, Zidan kembali berbicara. "Nenek Ra.... nenek.."

Clara masih tidak mengerti apa yang ingin dikatakan Zidan, ada apa memang dengan nenek sekarang. "Kenapa nenek kak? Bicara yang jelas bisa?"

"Nenek, nenek masuk rumah sakit Ra. Jantungnya kambuh lagi."

Seketika Clara terdiam kaku. Nenek masuk rumah sakit lagi? minggu lalu beliau sudah keluar dari rumah sakit dan sekarang jantungnya kambuh. Clara menyesal tidak bisa menjaga nenek, seharusnya dia merawat sang nenek.

Raut wajah Clara sudah terlihat sangat sedih, dia bertanya kepada Zidan. "Sekarang nenek dimana kak? Sudah kakak antar ke rumah sakit?"

"Sudah Ra, aku sudah membawa nenek ke rumah sakit. Sekarang kamu tutup tokonya, ayo kita temui nenek bersama-sama!"

Sebelum pergi Clara mengunci seluruh pintu dan jendela toko, dia segera memasuki mobil dan mengikuti Zidan. Clara tidak tahu bagaimana cara membalas keluarga Zidan, meskipun mereka tau tentang masa lalu kelam Clara, mereka masih membiarkan Clara untuk bekerja ditoko dan tidak mengusirnya, nenek dan Zidan bahkan sering beerkunjung ke toko. Sekarang melihat nenek keluar masuk rumah sakit membuatnya semakin sedih.

Mereka berlarian menyisiri koridor rumah sakit, Zidan bahkan menabrak beberapa orang yang menghalanginya, untung saja Clara berada di belakang, dia sempat meminta maaf kepada orang yang di tabrak oleh Zidan.

Tak jauh dari koridor, mereka akhirnya sampai di depan kamar rawat sang nenek. Mereka menunggu di depan karena dokter masih belum selesai memeriksa keadaan nenek. Tetapi mereka tidak menunggu lama, pintu terbuka dari depan dan keluar seorang dokter.

Zidan segera menghampiri dokter itu dan bertanya. "Dok, bagaimana keadaan nenek saya dok??"

"Tenang saja tuan, pasien hanya mengalami kelelahan sehingga membuat jantungnya berdetak cepat. Tidak ada masalah serius, mohon untuk mengawasi kegiatan sehari-hari pasien agar tidak membuat jantungnya kambuh. Besok pasien sudah diperbolehkan untuk pulang dan tolong jangan lupa memberikan obat yang telah suster catat dengan teratur."

Saat mendengar tuturan dari dokter, Clara tiba-tiba merasa kepalanya sangat berat, kepala yang begitu pusing membuat tubuhnya limbung, dia hampir saja terjatuh kalau saja tidak ada Zidan yang melihatnya. Pria itu dengan spontan menangkap tubuhnya.

"Ra, Clara.... Apakah kamu baik-baik saja?" Zidan menepuk pelan pipi Clara, raut wajah Zidan terlihat sangat khawatir. "Dokter tolong periksa Clara dok." Tanpa disuruh, sang dokter meminta beberapa suster untuk membantu Clara memasuki ruangan.

.
.
.

Ketika Clara terbangun, cahaya terang ruangan itu membuat kedua matanya sulit terbuka, dia mencoba untuk menyesuaikan cahaya. Langit-langit ruangan yang berwarna putih dan bau desinfektan adalah yang pertama Clara rasakan.

"Ra, kamu sudah bangun." Melihat Clara ingin bangun, Zidan berdiri dari duduknya dan membantu meletakkan bantal di belakang punggung Clara.

"Akhh!"

Kenapa rasa kurang nyaman masih ada di kepalanya, apakah Clara sakit, tetapi dia tidak merasa kalau tubuhnya panas, dia baik-baik saja pagi ini, lalu apa yang sedang terjadi.

"Ra, hati-hati!" Zidan membantu Clara untuk bersandar.

Merasa jauh lebih baik, Clara menatap Zidan dan bertanya apa yang sedang terjadi. "Aku kenapa kak, kenapa aku merasa pusing?"

Clara bisa melihat kalau Zidan sedikit ragu untuk menjawab, pria itu seolah takut mengatakan yang sebenarnya. "Ra, kamu, kamu harus lebih berhati-hati di masa depan, kamu harus menjaga tubuhmu agar anak yang ada di kandunganmu sehat."

Clara masih mencerna apa yang dikatakan oleh Zidan. Apa? Anak?? Yang dimaksud Zidan adalah dia hamil seorang anak? Didalam perutnya?

"Maksud, maksud kamu aku, aku, aku sedang hamil kak Zi?"

Clara memohon agar Zidan menjawab tidak, dia berharap kalau apa yang dikatakan Zidan tidaklah benar.

"Iya Ra, kamu sedang hamil sekarang."

Begitu suara Zidan terdengar, Clara merasa semua yang ada di dunia ini terhenti. Pikirannya benar-benar kosong, dia masih tidak percaya kalau dirinya sedang hamil. Kenapa tuhan tidak henti-hentinya memberi Clara cobaan, kesalahan apa yang telah dia perbuat sehingga tuhan memberikan hidup yang cukup sulit. Tidak puaskan dia membiarkan pria itu mengambil kesuciannya, dan sekarang, sekarang dia harus menerima kalau ada janin didalam perutnya. Bagaimana Clara bisa merawat anak itu dimasa depan, apakah masih ada orang yang menerima dirinya.

Tangan Clara tanpa sadar menyentuh perut ratanya, dia tidak menyangka kalau kejadian dimalam itu membuat seorang anak hidup didalam perutnya.

"Kandungan mu hampir menginjak tiga minggu, kamu harus extra hati-hati menjaganya Ra, dia masih sangat lemah."

Kenapa kamu hadir dalam keadaan yang seperti ini sayang, mama tau kalau tuhan membuatmu hadir dengan tujuan lain, mungkin Tuhan memberikanmu kepadaku agar aku tidak merasa sendiri. Aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu, merawat mu sampai kamu dewasa, walaupun tidak bersama dengan pria itu. Aku berjanji akan selalu menyayangimu.

Clara mengingat apa yang dikatakan oleh neneknya, beliau mengatakan kalau sebuah kehidupan adalah amanah dari tuhan. Amanah yang diberikan haruslah dijaga dengan lapang dada dan keikhlasan, Clara perlahan akan mencoba untuk menerimanya.

Zidan menatap Clara dengan serius dan bertanya. "Apakah kamu akan tetap mempertahankan anak ini?"

Mendengar pernyataan Zidan, Clara berseru, "Pertanyaan bodoh apa ini kak? Kenapa aku tidak mempertahankannya? Dia adalah anakku, darah daging ku sendiri, tentu saja aku akan mempertahankannya. Aku mencoba untuk menerima semua ini dan aku akan selalu menyayanginya, walaupun dia hadir tanpa rencana, tetapi dia tidak bersalah. Dia hanya anak malang yang hidup dalam waktu yang belum tepat, itu saja." Clara mengatakannya dengan segenap jiwa.

Zidan tentu saja menghormati keputusan dari Clara, bagaimanapun mereka berdua tidak bersalah, yang seharusnya disalahkan adalah pria bejat itu.

*****

Usia kandungan Clara kini menginjak satu bulan lamanya, Clara tidak pernah bosan menunggu kedatangan sang buah hati. Kini dia sudah menerima anak itu dan akan melupakan masa lalu.

Clara menyentuh perut ratanya dengan hangat, bagaimana jika perutnya membesar, apakah itu terlihat sangat lucu, Clara tidak sabar menantinya.

"Ra, kamu sedang apa?" Tanya nenek yang berjalan menghampiri Clara.

"Tidak ada nek, hanya tidak sabar menunggunya besar hehe.." Clara menunjukan senyuman konyol.

Mendengar perkataan Clara, nenek ikut tersenyum. Nenek tidak mengerti, kenapa tuhan memberi cobaan yang begitu berat kepada perempuan yang lugu dan baik hati seperti Clara. Nenek ingin menjodohkan dia dengan cucunya, Zidan, tetapi Clara menolak. Perempuan itu mengatakan kalau dia ingin membesarkan anaknya tanpa belas kasih dari orang lain, Clara diterima untuk tinggal di rumah meraka saja sudah membuatnya bahagia, dan menikah dengan Zidan bukanlah keinginan Clara.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita sarapan bersama! Kamu tidak boleh telat makan kalau ingin cepat melihatnya besar."

"Iya nek."

Sejak mereka tau kalau Clara sedang hamil, nenek dan Zidan memintanya untuk tinggal di rumah mereka. Mereka tidak ingin terjadi apa-apa pada Clara dan sebagai gantinya, Clara akan lebih teliti dalam merawat toko. Clara percaya kalau dimana ada cobaan, disitu pasti ada jalan.

[Alvaldo Putra Dirmawan, seorang pengusaha muda yang sukses dalam menjalankan perusahaannya yang bernama D'Grup di Indonesia. Dia adalah putra dari seorang pebisnis yaitu Dirmawan.

Setelah berhasil menjalankan bisnis milik sang ayah di Amerika, kini dia mampu membuat perusahaan yang ada di Indonesia semakin dikenal. Tidak butuh waktu lama untuk seorang Alvado mengembangkan bisnisnya, hanya sekitar satu bulan saja perusahan itu perlahan semakin dikenal. Banyak para pemilik saham yang percaya kalau D'Grup akan menjadi perusahaan nomor satu di Indonesia.]

Suara tv membuat Clara menghentikan kegiatan sarapan paginya. Clara menoleh kearah suara itu, dia melihat wajah pria yang menghamilinya sedang tersenyum didepan layar. Clara mengakui kalau pria itu sangatlah tampan, tetapi rasa marah dan kecewa juga tidak bisa Clara hindari. Jika saja dia bisa menyadarkan perbuatan yang akan dilakukan Valdo padanya, mungkin sekarang dia tidak akan seperti ini. Sudah cukup! Clara harus berhenti mengungkit masa lalu.

Clara menghabiskan sarapan pagi dan berpamitan kepada nenek dan Zidan.

Nenek menoleh dan berkata. "Ingat untuk hati-hati ya Ra. Kamu jangan terlalu lelah saat mengurus toko, mintalah bantuan Dinda kalau ada yang kamu butuhkan."

Clara menganggukkan kepala mengerti. "Iya nek, Clara pamit dulu"

Toko milik Zidan tidak terlalu jauh dari rumah, hanya berjalan selama tujuh menit dia sudah sampai. Udara pagi hari juga sangat menyegarkan, cuaca yang sangat cerah menambah semangat Clara.

Tempat tinggal Clara yang dulu ada di toko sekarang ditempati oleh Dinda, salah satu kenalan Clara. Mereka saling mengenal ketika dia melihat Dinda sedang berjalan ditepi trotoar dengan membawa koper. Clara bertanya kepada Dinda apa yang terjadi dan anak itu bercerita kalau dia telah diusir oleh ibu kos nya karena tidak bisa membayar cicilan.

Dinda terlihat masih sangat muda, sekitar umur lima belas tahun, tetapi bocah itu harus memutuskan sekolah karena tidak bisa membayar uang SPP. Dinda adalah anak yatim-piatu yang tidak memiliki keluarga. Clara yang merasa tidak tega akhirnya membawa Dinda ke toko bunga. Untung saja nenek dan Zidan menyetujuinya tinggal.

"Pagi mbak Clara." Dinda yang sedang bersiap-siap untuk membuka toko tersenyum dan menyambut Clara.

"Pagi, apakah kamu sudah makan Din?"

Dinda menjawab dengan cepat. "Sudah mbak, barusan beli nasi pecel di warung sebelah."

Clara mengangguk dan berjalan untuk melihat beberapa bunga yang sudah ditata pada oleh Dinda, melihat ada yang kurang Clara langsung bertanya padanya. "Stok bunga anggreknya sudah habis ya Din?"

"Iya mbak, kemarin ada yang memborong ya." Jawab Dinda.

"Kapan stoknya datang lagi?"

Dinda mencoba untuk mengingat dan berseru. "Kalau tidak salah minggu depan sudah datang mbak."

"Oh baiklah."

Suara lonceng pintu menandakan bahwa ada seseorang di depan toko. Mereka keluar bersama untuk mengecek siapa orang yang datang begitu pagi.

Dinda dan Clara bisa melihat seorang pria paruh baya yang sedang melihat-lihat bunga. "Apakah bunga anggreknya tidak ada?

Dengan menyesal Clara menjawab. "Maaf sekali tuan, stok bunga anggreknya sudah tidak ada. Tetapi tuan bisa kembali lagi Minggu depan."

Pria itu mengeluarkan kartu dari sakunya dan memberikannya kepada Clara. "Baiklah, saya akan meninggalkan kartu nama saya, jika stoknya sudah ada mohon kabari saya."

Clara menerimanya dengan senang hati dan menjawab. "Baik pak, saya akan segera mengabari anda."

"Kalau begitu saya permisi."





🌺🌺🌺

Lanjut.....

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 58.2K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
115K 9.7K 39
[PROSES REVISI] Kembali ke masa lampau dengan menjadi seorang sampah yang terasingkan? Siapa yang akan mau? Dia mungkin mengalaminya tapi dibalik itu...
1.4M 110K 35
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
2.3M 105K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...