Little Baby (Tamat)

By Alaita23

8M 331K 4K

Sebuah insiden membuat Clara harus kehilangan masa depannya. Gadis yang memiliki sifat baik hati dan juga tid... More

Part 1🌺
Part 2🌺
Part 4 🌺
Part 5 🌺
Part 6 🌺
Part 7 🌺
Part 8 🌺
Part 9 🌺
Part 10 🌺
Part 11 🌺
Part 12 🌺
Part 13 🌺
Part 14 🌺
Part 15 🌺
Part 16 🌺
Part 17 🌺
Part 18 🌺
Part 19 🌺
Part 20 🌺
Part 21 🌺
Part 22 🌻
Part 23 🌻
Part 24 🌻
Part 25 🌻
Part 26 🌻
Part 27 🌻
Part 28 🌻
Part 29 🌻
Part 30🌻
Part 31🌻
Part 32 🌻
Part 33 🌻
Part 34 🌻
Part 35 🌻
Part 36 The End🌼
Ekstra Part πŸ•Š
Ekstra Part2 πŸ•Š
Info sekuel ~

Part 3 🌺

262K 12.2K 101
By Alaita23


Keesokan harinya, Clara terbangun dari tidur dan menemukan Sebuah lengan yang kuat melingkari pinggangnya. Dalam sekejab Clara mengingat apa yang telah terjadi.

Perlahan wajah Clara memucat, kenangan itu membanjiri otaknya seperti air terjun, gambaran dirinya telah dinodai membuat seluruh tubuh kurusnya gemetar. Clara menyesali apa yang telah menimpa dirinya, sungguh tidak adil hidup ini. Kenapa semua harus terjadi kepadanya, Clara merasa kalau dia tidak pernah melakukan hal buruk tetapi kenapa tuhan membuat dia mengalami hal yang paling menyakitkan.

Keadaan Clara sendiri sangat kacau, rambut yang semula indah kini berantakan, lengannya yang putih  memerah karena cengkraman kuat dari pria itu dan wajah manisnya berubah mengenaskan karena menangis hampir semalaman.

Clara menyingkirkan tangan pria itu dari perutnya. Dia bangkit ingin mengambil pakaian yang berserakan di lantai, tetapi sebelum dia bisa berdiri, rasa sakit pada area pribadinya membuat Clara berhenti sebentar. Setelah merasa cukup baik, Clara memakai pakaiannya dengan cepat dan melangkah pergi meninggalkan pria itu. Tidak peduli lirikan dari orang-orang yang melihatnya, Clara keluar dengan memakai topi serta masker milik pria itu, Clara hanya ingin segera pergi dari tempat terkutuk yang telah menghancurkan hidupnya ini.

Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan, nenek dan Fira pasti sangat kecewa kepadaku karena tidak becus menjaga amanah dari mereka, namun aku percaya kepadamu Tuhan. Engkau memberi cobaan yang sangat besar kepadaku pasti karena suatu alasan.

Clara tidak berani melangkah masuk, apa yang akan mereka pikirkan tentang dirinya yang seperti ini. Mereka pasti memandang Clara dengan tatapan yang aneh.

Suara keras bi Minah mengejutkan Clara yang tengah menangis dibalik pot bunga samping rumah. "Astaga!, Clara, kau kah itu nak??"

Bi Minah mendekat kearah Clara dan merapikan rambutnya yang berantakan, bi Minah menarik Clara kedalam pelukannya dan mengelus punggungnya.

Dengan membalas pelukan itu, Clara menangis dan mengeluh. "Hiks.... hiks bi, Clara sudah tidak suci lagi bi..." Clara tidak kuat menahan rasa sedihnya, ia melampiaskan semua keluh kesah dengan menangis dipundak Bi Minah.

Bi Minah perlahan melepas pelukan dan berkata. "Ayo Ra, kita masuk dulu, kita bicara didalam."

Dengan setia memeluk Clara, bi Minah menuntunnya memasuki rumah besar. Bi Minah tau apa yang ingin Clara katakan, hatinya sakit melihat perempuan yang sudah dia anggap sebagai putrinya mengalami musibah.

Sesampainya mereka dikamar, bi Minah meminta Clara untuk duduk, dia memberikan segelas air putih padanya dan bertanya selembut mungkin. "Clara, beri tahu bibi apa yang terjadi dengan mu nak. Apakah Clara tau siapa yang melakukan ini hmm?" Sambil bertanya, bi Minah mengelus rambut Clara.

Clara berbicara dengan suara yang serak. "Hiks.... bi, Clara, Clara tidak kuat bi, pria itu telah... Dia telah.."

Bi Minah menggenggam kedua tangan Clara dengan erat seolah mengatakan kalau dia memberinya dukungan. Dibalik sikap ceria Clara, bi Minah tau kalau perempuan itu sangatlah rapuh.

"Iya nak, siapa dia? Clara beri tahu bibi, bibi akan selalu mendukung Clara, apapun itu bibi akan selalu ada."

Clara tidak bisa menahannya lagi, dia mulai menceritakan apa yang telah terjadi padanya. Dia menceritakan bagaimana pria brengsek itu telah menodainya, mengambil harta terbesar seorang wanita dan membuat hidupnya hancur. Setelah mendengar cerita dari Clara, bi Minah tidak tahan, dia ikut meneteskan air mata dan semakin erat mengenggam tangan kurus itu.

Terdengar suara pintu terbuka, Clara bisa melihat kalau Nina yang merupakan sahabatnya berdiri kaku sebari meneteskan air mata. Terlihat dari raut wajahnya kalau dia sangat terkejut mendengar cerita Clara. Nina berlari kearah mereka dan ikut memeluk Clara dengan erat.

"Siapa pria itu Clara, siapa pria yang melakukan hal itu kepada sahabatku?" Dia melepaskan pelukannya dan menatapnya dengan tatapan khawatir.

Clara menggelengkan kepalanya dan berkata. "Aku, aku tidak tau siapa dia Nin, aku tidak mengenalinya."

Bi Minah tiba-tiba terduduk dan mengatakan, "Ini salah bibi, seharusnya bibi tidak mengizinkan mu pergi malam itu. Bibi sudah merasakan firasat buruk tetapi bibi masih membiarkanmu untuk pergi, bibi yang bersalah Ra." Bi Minah menyalakan dirinya sendiri.

"Tidak bi minah." Nina membantah perkataan Minah, wajahnya tertunduk dan ikut menyalahkan diri. "Ini harusnya kesalahanku, jika saja aku tidak menyuruhmu untuk pergi, mungkin saja semuanya tidak akan terjadi."

Mendengar mereka mengatakan itu Clara menggeleng, dia menghampiri mereka dan menyangkalnya dengan cepat. "Tidak! ini bukan kesalahan kalian, ini memang sudah takdir dari tuhan. Kalian adalah keluargaku, bagaimana bisa aku menyalahkan kalian berdua." Ini bukan salah siapapun, ini memang sudah jalannya.

Mereka bertiga berpelukan dengan erat, setidaknya masih ada orang yang mendukung Clara dikala dia merasa sedih. Clara harus tegar menghadapinya, cobaan yang besar pasti ada makna dibaliknya.

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar, seorang pelayan menghampiri mereka dan menyampaikan tujuan kedatangannya. "Permisi bi Minah, tuan mudah sudah sampai di rumah besar dan nyonya menyuruh untuk kalian datang menyambutnya."

Bi Minah menghapus air matanya dan berkata. "Baik, kau boleh keluar. Nina, kamu temani Clara dulu, biarkan bibi yang menyambut tuan muda."

Mau bagaimana lagi, bi Minah adalah kepala pelayan dan dia tidak bisa melalaikan tugasnya, setelah mengelus rambut Clara sejenak, bi Minah segera keluar dari kamar menuju ruang tamu.

Nina menuntun Clara menuju kamar mandi, dia membantu Clara melepaskan pakaiannya dan bertanya. "Clara, apakah kamu membutuhkan bantuan ku?"

Dan dijawab gelengan oleh Clara.

"Baiklah, aku akan menyiapkan bubur dan obatnya, kamu bersihkan diri saja dengan tenang."

"Terimakasih Nin," ucap lirih Clara.

"Tidak apa, kita adalah keluarga ingat, aku akan pergi kalau begitu."

Clara membasahi seluruh tubuhnya, dia ingin menghilangkan semua jejak yang diberikan oleh pria itu. Merasakan air itu mengalir dari atas sampai ujung kakinya, Clara merasa lebih tenang.

*****

Setelah menerapkan obat dan memakan bubur yang diberi oleh Nina, Clara merasa lebih baik, ya walaupun masih ada rasa nyeri di suatu tempat tapi itu tidak menghalanginya untuk bergerak.

Melihat dia sudah selesai, Nina langsung berdiri dan bertanya. "Ra, apa kamu benar-benar ingin ikut menyambut tuan muda? Apa tubuhmu baik-baik saja?"

"Tentu saja." Clara berkata sambil menganggukkan kepala. Ini adalah permintaan dari nyonya besar, dia tidak ingin mereka menunggu. Percuma saja jika nyonya besar memberi dia gaji yang begitu besar jika dia tidak menjalankan tugasnya.

"Tapi, apakah kamu baik-baik saja?" Raut wajah Nina terlihat masih sangat khawatir. Beruntung sekali dia bertemu sahabat yang sebaik Nina.

"Aku baik-baik saja Nina, tenang saja okee."

Melihat sikap keras kepalanya, Nina hanya bisa mengikuti dari belakang. Ketika mereka ingin keluar dari dapur dengan membawa beberapa minum dan cemilan, terdengar gelak tawa dari arah ruang tamu. Samar-samar mereka juga mendengar percakapan dari arah sana.

"Valdo, kamu semakin dewasa sayang." Itu terdengar suara dari nyonya besar.

"Kak Valdo, mana kado yang kakak janjikan, Chantika sudah menunggunya lama tau." Yang itu pasti Chantika, adiknya.

"Ya"

"Valdo, bagaimana bisnis papa di Amric?" Tentu saja itu suara tuan besar.

"Baik."

Suara yang terdengar tidak asing ditelinga Clara. Jantung Clara mulai berdetak lebih cepat. Tidak mungkin, itu tidak mungkin suara pria yang telah menodainya kan.

"Ya Tuhan, Valdo, kami berbicara panjang lebar denganmu tetapi kamu hanya menjawab kami 'ya' 'baik' itu saja?" Dan yang itu suara Fitri, anak pertama dari nyonya besar.

"Lalu aku harus mengatakan apa lagi kak?"

Nina dan Clara membawa nampan itu kemeja, mereka membawanya dengan sangat berhati-hati. Namun saat Clara ingin pergi, kedua matanya menangkap sosok pria yang membuat hidupnya hancur. Tanpa sadar dia membeku. Apa yang dia khawatirkan ternyata memanglah benar.

Jantung Clara seolah ingin berhenti saat mata mereka bertemu. Mata biru itu menatap Clara dengan tatapan yang mengingatkannya akan malam gelap yang dia hadapi.

Clara berlari meninggalkan ruang tamu dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. Dia duduk di samping ranjang, memeluk kakinya dengan erat dan membenamkan kepalanya sedalam mungkin.

Nina yang melihat keanehan sahabatnya pergi mengikuti. "Clara kamu kenapa?" Wajahnya yang penuh khawatir membuat Clara semakin ingin menangis.

"Dia, pria itu.... Pria itu yang telah membuat hidupku hancur Nin..."

Seketika Nina di buat terkejut oleh perkataan Clara, dia tidak percaya lelaki yang membuat sahabatnya itu hancur ternyata tuan muda, anak dari majikan mereka. Sungguh dunia ini memang sempit.

"Dasar pria brengsek, berani-beraninya dia membuat sahabatku hancur. Tenang saja Ra, aku akan membuat dia di jebloskan kedalam penjara."

Nina dengan penuh amarah ingin beranjak tetapi terhenti karena cengkraman Clara. Nina tidak mengerti apa yang coba Clara lakukan.

"Tidak perlu Nin, aku tau kalau dia melakukan itu karena tidak sadarkan diri. Semua ini sudah terjadi, dan aku tidak ingin mempermalukan keluarga nyonya. satu hal yang ku tahu adalah mereka orang kaya, dengan aku mengatakan kebenarannya apakah dia akan mengembalikan kesucian ku? Mungkin dia akan mencemooh diriku dan memberi uang tutup mulut. Aku tidak ingin semua itu Nin."

Dia juga tidak ingin ada keributan di rumah tuan besar, bagaimanapun juga selama setengah tahun lebih mereka sangatlah baik padanya.

"Tidak bisa Ra! kalau dia tidak ingin bertanggung jawab aku akan membuat perhitungan kepadanya." Nina mencoba untuk kembali berjalan tetapi kembali dihentikan.

"Tidak perlu Nin, aku sudah memutuskan untuk pergi dari sini." Ucap Clara.

Nina terkejut dan menatap Clara dengan tidak percaya. "Kamu ingin pergi dari sini?"

Clara mengangguk, "emm, aku akan pergi untuk memulai kehidupan baruku. Berada ditempat ini membuatku sesak napas Nin dan kamu tenang saja, aku memiliki tabungan yang cukup untuk menyewa sebuah kontrakan dan menghidupiku di sana." Mencoba untuk tegar dengan senyuman.

Clara sudah memutuskan ini dengan sungguh-sungguh, rasa malu untuk bertemu dengan orang lain dan hancurnya hidup ini membuatnya ingin segera pergi dari kota secepatnya. Meninggalkan kenangan buruk juga pandangan orang lain tentang seorang Clara.

"Kamu akan tinggal di mana?" Nina masih tidak tega bila sahabatnya akan pergi jauh dengan keadaan seperti ini.

"Aku mungkin akan tinggal di Bali, aku hanya ingin menyendiri dan akan mencari pekerjaan di sana"

Nina menggenggam kedua tangan Clara dengan erat dan berkata. "Jika itu keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu Ra." Nina mencoba untuk menerima keputusan dari sahabatnya. Dia tau betapa hancur perasaan Clara.

"Terima kasih Nin, kamu yang paling mengerti diriku. Tetapi aku menginginkan satu permohonan untukmu, yaitu jangan pernah katakan kepada siapa pun tentang keberadaan ku, entah itu pada bi Minah atau orang lain." Clara menatap Nina dengan tatapan memohon.

"Baiklah..."

Terkadang hidup tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tetapi apapun bentuk kehidupan itu, kita sebagai penghuninya harus bersyukur dan memanfaatkannya dengan baik.




🌺🌺🌺

Lanjutt........

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 76K 50
[Don't Forget to FOLLOW] IG : dwlqfkszky Berawal dari sebuah kesalahpahaman dan tuduhan, membuat seorang wanita bernama Aleisha Mirabelle Anders...
1.2M 38.7K 51
Dewanta Pancaloka adalah seorang Duda anak satu, yang memiliki putri bernama Nayanda Anastasia. Dewa memilih untuk menduda selama 5 tahun karena ia...
2.8M 200K 36
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
45.6K 4.5K 31
Alenza Maharani, menemukan seorang bayi perempuan di dalam rumahnya. Terkejut bukan main. Lenza berusaha mencari siapa yang membawa bayi itu ke rumah...