Little Baby (Tamat)

By Alaita23

8M 331K 4K

Sebuah insiden membuat Clara harus kehilangan masa depannya. Gadis yang memiliki sifat baik hati dan juga tid... More

Part 2🌺
Part 3 🌺
Part 4 🌺
Part 5 🌺
Part 6 🌺
Part 7 🌺
Part 8 🌺
Part 9 🌺
Part 10 🌺
Part 11 🌺
Part 12 🌺
Part 13 🌺
Part 14 🌺
Part 15 🌺
Part 16 🌺
Part 17 🌺
Part 18 🌺
Part 19 🌺
Part 20 🌺
Part 21 🌺
Part 22 🌻
Part 23 🌻
Part 24 🌻
Part 25 🌻
Part 26 🌻
Part 27 🌻
Part 28 🌻
Part 29 🌻
Part 30🌻
Part 31🌻
Part 32 🌻
Part 33 🌻
Part 34 🌻
Part 35 🌻
Part 36 The End🌼
Ekstra Part πŸ•Š
Ekstra Part2 πŸ•Š
Info sekuel ~

Part 1🌺

526K 16K 101
By Alaita23

[Cerita menggunakan bahasa formal]





Clara Cahyaningtiyas....

Clara Cahyaningtyas adalah perempuan yatim piatu yang tinggal bersama dengan nenek dan adiknya di desa bernama desa Wita. Sebuah desa yang terpencil dan jauh dari era zaman sekarang. Keluarga dengan tiga orang itu hidup di sebuah rumah sederhana, rumah berlantai satu dengan beratapkan genteng yang mulai menua serta cagak-cagak yang juga mulai keropos karena dimakan rayap. Walaupun rumah itu terlihat tua namun rumah ini yang telah melindungi mereka dari panasnya matahari dan tingginya curah hujan.

Selain mendapatkan uang pensiun, neneknya yang hanya memiliki kebun tak seberapa besar di belakang rumah dapat memberi kehidupan bagi Clara dan juga adiknya. Setiap hari mereka harus bekerja sama untuk menanam juga memanen semua hasil kerja di kebun.

Keluarganya memang sederhana, tetapi Clara diajarkan oleh neneknya untuk selalu berbuat baik di manapun ia berada.

Suatu hari, tetangganya yang berkerja di kota menawarkan Clara beasiswa di sana. Jarang sekali perempuan desa sepertinya mendapatkan beasiswa tersebut, maka dari itu dia akan berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkan impian dengan menerima tawaran tersebut.

Clara harus rela pergi dari desa meninggalkan keluarganya ke kota untuk melanjutkan studinya. Cita-cita Clara adalah dia ingin menjadi orang sukses dan keinginan tersebut adalah keinginan terbesar dari seorang Clara.

"Nek, Clara pamit, doakan Clara agar menjadi orang yang sukses dan dapat membuat nenek dan Fira bahagia." Clara memeluk nenek dan adiknya dengan erat. Ini adalah pertama kalinya dia harus berpisah dengan kedua orang yang sangat penting dalam hidupnya. Clara adalah putri tertua maka dia harus segera menggapai cita-citanya.

"Tentu saja Clara, nenek dan Fira akan selalu mendoakan kamu. Yang terpenting adalah kamu harus hidup dengan baik di sana nak." Nenek terdiam sejenak dan mengelus rambut lembut cucunya, "Nenek sangat bangga dengan kamu Clara, walaupun kita terlahir dari keluar sederhana, tapi nenek percaya Kalau kamu akan menjadi orang yang sukses."

"Benar kak kami akan selalu ada untuk kakak," tambah Fira dengan suara cemprengnya.

Clara tak tega meninggalkan keluarganya. Mereka sangat menyayangi Clara tetapi mau bagaimana lagi, ini semua demi menggapai cita-citanya..

"Nenek dan Fira jaga kesehatan ya, Clara pamit dulu." Clara mengecup punggung tangan neneknya.

"Kak..." Fira langsung memeluk Clara dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Fira jaga nenek ya, kakak pergi dulu, selamat tinggal.... nek, Fira"

Clara segera menaiki bus, ia melihat ke belakang di mana nenek dan adiknya berpelukan sambil melambaikan tangan ke arahnya. Tetes demi tetesan air mata terus membanjiri pipi mulus Clara. Mulai sekarang Clara akan bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri, dia tidak akan mengecewakan keluarganya.

******

Selama hampir 6 jam perjalanan Clara akhirnya sampai di kota. Selama di sana, Clara akan tinggal bersama Minah, yaitu tetangga Clara yang dulu tinggal di desa.

Bi Minah tinggal di tempat majikannya, kebetulan majikannya membutuhkan tambahan pelayan untuk membersihkan rumah. Dan kesempatan itu dapat membuat Clara bertahan tinggal di kota. Ya walaupun menjadi seorang pelayan bukanlah pekerjaan yang bergaji besar namun itu sudah cukup untuk hidup Clara.

Bus berhenti di depan halte dan dia harus menaiki sebuah ojek untuk sampai di tujuan. Setelah lima belas menit perjalanan menaiki ojek, Clara bisa melihat sebuah rumah yang sangat besar, bukan rumah tetapi terlihat seperti istana dimata Clara. Clara sangat mengagumi rumah majikan bi Minah yang juga akan menjadi rumah majikannya itu. Bangunan yang terlihat kokoh dan menjulang sangat tinggi adalah impian semua orang yang ingin memilikinya.

Ini rumah apa istana ya besar sekali, pasti didalamnya memiliki banyak barang mewah dan berharga, aku harus menjadi orang yang sukses agar memiliki rumah seperti itu dan menunjukan kepada dunia kalau gadis desa juga bisa.

"Maaf, nyari siapa ya?"

Pintu gerbang yang semula tertutup kini terbuka dan keluar satpam dari balik gerbang, Sang satpam yang semula berjaga di posnya melihat dilayar monitor ada seorang perempuan didepan pagar dan dia segera menghampirinya.

"Saya tetangga bi minah pak yang akan bekerja di sini." Clara menampilkan senyum ramahnya dan menjawab sang satpam dengan sopan. Itu adalah ajaran dari keluarganya untuk selalu sopan kepada semua orang.

Sang satpam sedikit mengingat-ingat dan berseru. "Ohh Clara Cahyaningtyas ya?"

"Benar pak." Jawab Clara.

"Kalau begitu ayo masuk, bi minah sudah memberitahu saya kalau kamu akan datang." Satpam itu mempersilahkan Clara untuk memasuki rumah.

"Terima kasih pak."

Clara harus menelusuri halaman yang luas untuk pergi ke pintu belakang rumah ini. Banyak sekali tumbuhan rindang menghiasi sepanjang jalan. Tumbuhan yang sangat jarang Clara temui di desanya, terlihat sangat indah dan mewah. Mungkin hanya orang kaya saja yang memilikinya.

Waktu di desa, orang terkaya yang ditemui oleh Clara adalah kepala desa mereka. Kepala desa memiliki TV dirumahnya, ada lemari pendingin, AC dan juga sebuah mobil boks. Jarang sekali orang di desa mereka memiliki barang-barang tersebut. Dan sekarang Clara melihat betapa besar rumah majikannya, bahkan lebih besar dari rumah kepala desa.

Clara asik melamun sampai suara pak satpam mengingatkannya.

"Maaf ya mbak lewat pintu belakang, soalnya saya tidak enak dengan nyonya dan tuan." Pak satpam menoleh kearah Clara dengan menunjukkan pintu belakang.

"Tidak apa-apa pak." Jawab Clara.

Setelah mereka sampai di pintu belakang, tak lama keluarlah seorang perempuan paruh baya sekitar umur 45 tahun dari balik pintu tersebut.

"Bi Minah, ini Clara yang bi Minah katakan." Ucap satpam itu kepada bi Minah yang baru saja keluar.

Minah sangat terkejut melihat perempuan didepannya ini, wajahnya seperti almarhum mendiang ibu Clara. "Ya Tuhan, Clara, kamu sudah besar ya nak, sangat cantik seperti waktu ibumu masih muda."

Bi Minah memeluk Clara dengan erat. Gadis yang dulu dia gendong dengan kedua tangannya kini sudah menjadi perempuan yang sangat cantik dan mandiri. Minah memang bukan siapa-siapa Clara tapi dia sangat menyayangi perempuan itu seperti anaknya sendiri.

Clara juga membalas pelukan itu dengan berkata. "Iya bi, bagaimana kabar bi minah selama ini?"

"Bibi baik-baik saja nak. Ayok kita masuk! Makasih ya Karman."

Karman mengangguk dan berkata, "iya bi, kalau begitu saya pamit dulu ya permisi."

"Iya pak, saya juga ingin mengucapkan terimakasih." Ucap Clara.

Pak satpam itu perlahan pamit untuk kembali mengerjakan tugasnya setelah melihat keduanya pergi.

Clara dan bi Minah memasuki rumah besar itu. Mereka menuju ke kamar yang telah di siapkan oleh bi Minah untuk Clara tempati. Clara melihat kalau rumah itu tidak hanya luarnya saja yang terlihat besar dan indah, tetapi didalamnya terlihat lebih mewah.

"Ini kamar kamu nak, maaf jika ruangannya kecil." Ucap bi Minah dengan membuka pintu kamar.

Clara melihat-lihat kamar yang akan dia jadikan kamarnya itu dan berseru. "Bi Minah, kamar sebesar ini di bilang kecil, jika dibandingkan dengan kamar disini, kamar saya yang di desa jelas lebih kecil bi."

Minah hanya tersenyum dan berkata. "Kalau begitu kamu istirahat dulu, kamu pasti lelah karena perjalanan yang lumayan jauh, besok bibi akan memberitahu apa saja yang harus Clara lakukan."

Clara menganggukkan kepala dan menjawab. "Emm, terimakasih bi."

Clara segera memasuki kamar itu setelah Minah pergi, dirinya dibuat kaget akan luasnya kamar. Pelayan saja kamarnya segede ini apalagi pemilik rumah, pasti ukuran kamarnya berkali-kali lipat.

Tanpa membuang waktu lagi, Clara mengeluarkan isi koper dan menata barang-barangnya dengan rapi. Dia mengeluarkan barang-barang itu dan dia letakkan kedalam lemari, namun pergerakan Clara berhenti setelah ia melihat sebuah foto, foto dimana ada gambar dirinya bersama dengan Fira dan juga nenek.

Tanpa dia sadari, air mata kembali membanjiri pipi mulusnya. Clara menguatkan diri dan menghapus air mata itu. "Ayo Clara, kamu harus kuat demi mereka," katanya percaya diri.

Setelah puas merapikan pakaian, Clara pergi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket. Untung saja kamar mandinya ada disebelah kamar, jadi Clara tidak perlu mencari dimana letak kamar mandinya.

Tubuh lelah itu ia hempasan pada kasur yang ada didepan, kasur yang sangat nyaman, seprai lembut dan wangi membuatnya tertidur seketika. Mungkin dia akan betah tinggal di sana.

🌺🌺🌺

[Cerita masih dalam masa revisi, jika kalian melihat ada ketidak cocokan dalam cerita mohon dimaklumi karena author masih memperbaiki beberapa bagian didalam cerita, terimakasih]

Continue Reading

You'll Also Like

REGRET (End) By Lyra

Teen Fiction

1M 38.6K 38
Bertahun-tahun hidup diselimuti oleh rasa penyesalan. Mimpi buruk turut hadir dalam setiap malamnya tanpa henti. Akan kah ia menemukan jalan keluar u...
1.1M 91.7K 56
"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas. "Kakak gelandangan ya?" ceplos bocah itu dengan tampang watados. ...
726K 46.6K 48
#1 in Boss [15 Juni 2021-...] [Boss projects 2] Gara-gara Bebek yang melintas ke tengah jalan dengan nggak nyantainya,Renata harus rela menjadi Asist...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...