Renjun dan Jeno yang habis bongkar-bongkar tas, mengeluarkan setumpuk cemilan untuk mereka makan bareng-bareng.
Jeno menghampiri teman-temannya yang lain, dan ikut nonton tv bareng mereka berempat.
Jeno : "Jaemin mana?"
Haechan : "Di kamar mandi. Sikat gigi."
Renjun : "Mampus tuh. Hyunjin beli pasta gigi rasanya mint. Pas gue sikat gigi, perih banget anjir di mulut!"
Haechan : "Iya, bener! Gue kumur-kumur aja susah. Mana besok sarapannya sama daging lagi. Sial banget nggak bisa makan daging..."
Seungmin : "Bekel aja, Chan. Masukin ke plastik."
Haechan : "Kurang ajar. Emangnya gue nggak mampu beli daging?"
Seungmin cuma terkekeh geli dan kembali sibuk ngemilin ciki.
"Eh, gue nemu quotes bagus nih!" pekik Jisung antusias sambil nunjukin layar ponselnya.
"Quotes apaan?" tanya Jaemin yang baru keluar dari kamar mandi. Anak itu masih membuka mulutnya karena perih sehabis sikat gigi.
"Cowok itu bisa dibilang sahabat sejati, kalau udah pernah suka sama cewek yang sama. See? Kalian berempat sama-sama suka ke Hina, berarti kalian udah jadi sahabat sejati. Ada bagusnya 'kan?"
Renjun, Jaemin, Haechan dan Jeno kompak terdiam. Omongan Jisung memang ada benarnya. Mereka berempat suka sama Hina, bukan berarti mereka berempat harus merusak persahabatan. Mereka lebih nyaman mengobrol santai bareng Hina, karena mereka adalah teman.
"Eh, pengen nanya." kata Seungmin tiba-tiba. Jeno langsung jawab, "Nanya apaan?"
"Baju kalian tuh emang sengaja couple-an atau gimana sih? Pengen ngakak tau liatnya..." kata Seungmin dengan geli waktu melihat piyama garis-garis yang dipakai anak blok tujuh.
"Iya nih. Oleh-oleh dari papih-nya Haechan. Gemes, ya?" kata Renjun sambil bergaya ala model.
"Iya, gemes. Lucu. Oleh-oleh dari rumah sakit, ya?" tanya Jisung dengan bercanda.
"Sialan!" umpat Haechan dengan kesal. Jisung dan Seungmin malah cengengesan karena berhasil godain mereka.
"Anjir, mampus!"
Seungmin yang lagi diam, tiba-tiba kaget karena Jaemin melempar hapenya ke depan muka dia.
"Lu ngapain sih? Nih hape mahal, main lempar aja!"
"Mampus, gue mampus!"
"Mampus apaan sih, Jaem?"
"Kak Jaehyun nge-video call...!"
Deg!
Kalau video call, kak Jaehyun bisa ngeliat muka mereka yang babak belur dong?
"Anjir, lu berdua aja yang ngangkat! Bahaya kalau kak Jaehyun liat kita babak belur begini!" suruh Jaemin pada mereka berdua.
Jisung dan Seungmin saling pandang-pandangan dengan bingung. Karena takut kak Jaehyun marah, akhirnya diangkat juga sama mereka.
"Loh? Lo salah mencet nomer ya, Win? Kok mereka berdua yang ngangakat?"
"Apaan? Bener kok gue manggil Jaemin!"
Dari layar ponsel, Jaehyun terlihat bingung saat melihat muka Seungmin dan Jisung yang ada di hadapannya.
"Hei, kak Jae!" sapa Seungmin dengan gugup. Keempat anak lainnya lagi sembunyi di balik layar.
"Jaemin-nya kemana? Kenapa kalian berdua yang ngangkat?"
"Hape-nya Jaemin lagi kita colong sebentar, kak! Penting nih buat foto-foto! Kamera hape-nya Jaemin 'kan bagus, kak!" jawab Jisung dengan asal. Jaemin menepok jidatnya dengan kesal.
"Oh... Renjun ada nggak?" tanya Winwin yang ada di samping Jaehyun. Jisung langsung keluar dari frame dan memberi kode ke mereka kalau kak Winwin nanyain Renjun.
"Jisung ngapain?" tanya Jaehyun penasaran.
"Eh? Tadi ada OB nanya ke kita, kak. Kalian maling, ya? Terus aku jawab, bukan, om. Kita cuman bercanda. Hehe~"
Celetukan Jisung sukses membuat Winwin dan Jaehyun ngakak di ujung sana.
"Ya udah. Nanti kita hubungin lagi besok. Hapenya balikin, jangan dijual!" kata Jaehyun ngasih peringatan.
"Hehe~ iya, kak siap!"
Tut!
"Sialan lu! Bikin gue jantungan!" kata Seungmin emosi, sambil melempar handphone Jaemin ke atas sofa.
"Thanks, bro! Kalo nggak ada kalian, kita bisa mati diinterogasi!" kata Jaemin tersenyum lega.
"Kak Jaehyun mau video call lagi besok." ucap Seungmin mengingatkan.
"Gampang lah. Matiin aja hapenya. Kita babak belur begini, gue males ngejelasinnya." jawab Jaemin ngasih alasan.
Setelah insiden video call, Jisung dan Seungmin kembali lagi ke kamar mereka. Untuk malam ini, mereka sepakat tidur bareng teman satu blok aja.
Soalnya kasian, kalau mereka berempat tidurnya nggak nyenyak.
Kebayang 'kan kalau anak blok tujuh yang tengah babak belur ini tidur seranjang sama Seungmin?
Bangun-bangun, mereka bisa lebih babak belur.
Renjun yang tengah memperhatikan layar ponselnya cukup lama, membuat Haechan heran sendiri.
"Lo kenapa?" tanya Haechan dengan bingung. Tumben banget nih anak diem.
"Eh? Enggak, enggak. Gue lagi searching aja..." jawab Renjun dengan bohong.
Sebenarnya, dia lagi galau sambil memperhatikan tombol send di layarponselnya.
Ada kontak Saeron di sana, yang sempat Renjun minta ke Hina, saat mereka di desa Jerman.
Setelah berpikir cukup lama, Renjun akhirnya menekan tombol send dengan gugup dan melempar handphone-nya ke sofa. Anak itu langsung berlari ke kasur dan tidur sambil ditimbun oleh selimut.
.
.
.
"Saeron, ini Renjun. Maafin kita karena belum bisa jaga Hina."
Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^