Dumb-Dumb ✓

By Lignenoiree

327K 38.3K 8K

Bermula dari kebencian berubah saling menyayangi.. Awal dua geng yang sering kelahi dengan satu pihak yang me... More

Prolog + Intro
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11 / Wenga Part
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28 / Wenga & Jungri Part
Chapter 29 / Vrene Part
Chapter 30
Chapter 31 / JinRose Part
Chapter 32 / Seulmin Part
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 50 (Last Chapter)
Epilog

Chapter 49

2.4K 431 145
By Lignenoiree

Disarankan cari posisi yang nyaman dan tenang. Hayati setiap adegan.
.
.
.

Setelah mendapat kabar dari Rose kalau kuncinya telah dapat. Namjoon dan yang lain langsung menyerang dengan menggunakan tongkat besi dan kain bius.

Penjaga yang ada 10 orang lebih itu cukup membuat Namjoon dkk kesusahan. Bukan hanya jumlah mereka saja yang tidak seimbang. Namun senjata mereka juga. Beberapa kali penjaga itu melepaskan tembakan ke udara. Hutan yang awalnya tenang kini terasa mencekam saat suara teriakan bahkan tembakan terdengar begitu saja.

Suga terduduk kala salah satu penjaga yang ia hadapin, mencoba untuk menembaknya namun ia berhasil membuat senapan yang mengarah padanya terlempar jauh. Ia mengenggam erat tongkat besi yang ia pegang dan memukulkan tongkat itu ke kepala sang penjaga.

Begitu juga dengan Jin, ia memukul keras senapan yang menjadi pegangan erat sang penjaga. Saat ia ingin menendang penjaga itu. Penjaga lain malah memukulnya menggunakan kayu. Ia terhempas ke tanah dengan sedikit mengeluarkan darah dari mulutnya. Tidak, ia tidak boleh menyerah duluan. Ia bangun dan meraih pot bunga besar yang berada di teras rumah milik Suho. Melemparkan pada penjaga itu.

Jimin menyeka darah yang keluar dari hidungnya.

"Lo gak papa?" tanya Namjoon.

"Gue gak papa" jawab Jimin sambil melihat darah yang sekarang ada di telapak tangannya. Pandangannya beralih melihat Seulgi yang juga berusaha melawan penjaga, dia bekerja sama dengan Lisa untuk melawan penjaga itu

Namjoon menepuk pundak Jimin.

"Jangan cemaskan siapapun, kita akan baik-baik saja" setelah berucap, Namjoon pergi mendatangi musuh yang juga mendatanginya.

Jimin kembali meraih tongkat yang sempat ia lepas dan kembali mencari penjaga yang jumlahnya makin kian sedikit.

.

.

.

Joy menghentikan langkahnya, menoleh kebelakang.

Pintu yang setengahnya kaca tebal itu pecah di pecahkan oleh Suho. Mereka tidak menyangka kaca setebal itu akan dapat di pecahkan hanya dengan tangan kosong.

Suho keluar lewat pepecahan kaca dan menatap mereka.

Joy terdiam tidak percaya.

"Joy lari.." Jhope menarik tangan Joy.

Joy menarik kepalanya kembali dan mengikuti Jhope.

Tanpa terduga sebuah benda pecah, entah itu apa, terlempar didekat Joy dan Jhope berlari. Suho mengejarnya, membuat Joy berkali-kali menatap ke belakang.

"Sini" Jhope menarik Joy untuk menaiki tangga club yang berlantai 3 itu.

Joy tersandung saat berada di pertengahan tangga. Joy meringis saat lututnya luka akibat benturan tangga. Kakinya bergetar

"Kak...."








DDOOORRRRRRRRR















Joy sontak melindungi kepalanya, nyaris saja. Sedikit saja, sedikit saja jika ia bergerak. Ia akan tertembak.

"Ayo" Jhope menarik cepat Joy untuk lari kembali. Intinya menghindari Suho itu lebih baik untuk nyawa mereka.

Jhope membawa Joy bersembunyi disebuah gudang.

Jhope menutup rapat gudang itu bahkan menguncinya. Keduanya merosot dibalik pintu. Terduduk lemas, mengatur nafas dan mencoba mengurangi rasa ketakutan yang mereka rasakan. Ini tidak sesuai dengan yang mereka bayangan. Sangat jauh berbeda. Sangat jauh.

"Kak apa kita bakal terus disini"

Jhope memandang Joy.

"Kita keluar kalau udah aman, dia bawa senjata jadi kita gak bisa sembarangan"

Joy menghela nafasnya lalu menyembunyikan wajahnya diantara lutut.

"Maaf" Ucap Jhope tiba-tiba.

Joy diam. Ia mendengar namun tidak berniat untuk menjawab.

"Maaf untuk... "

Tap.... Tap... Tap....

Ucapan Jhope terhenti karena mendengar langkah kaki yang begitu jelas.

Dan langkah kakinya semakin jelas saat langkah itu berhenti dibalik pintu yang ada di belakang mereka.

Keduanya menutup rapat mulut sambil saling memandang.

Kenop pintu itu tergerak untuk membuat pintu gudang itu terbuka. Joy mengenggam erat baju Jhope takut.

Seketika semua hening.

BUGHH

Sebuah pisau tertancak di pintu hingga menembus ke dalam. Jhope dan Joy mendongak ke atas. Berkali-kali pisau itu menusuk pintu hingga membuat sebuah lubang.

Joy ingin berteriak saat sebuah tangan masuk ke dalam lubang itu. Menggapai-gapai di udara. Tangan yang berlumuran darah itu membuat darahnya jatuh tepat di pipi Joy.

Tiba-tiba keadaan hening kembali. Dan tangan yang masuk itu juga sudah tidak ada. Langkah kaki menjauh pun terdengar.

Joy mengusap pipinya. Terlihat darah segar yang teralih di telapak tangannya.

"Kita mesti pergi dari sini" bisik Jhope.

Ia mengajak Joy bangun dan keluar dari gudang itu.

Joy dan Jhope berlari cepat menuruni tangga club. Menerobos keramaian club, bahkan Jhope beberpa kali tertabrak pengunjung club.

Kini mereka telah keluar dari club itu. Jhope melambaikan tangan untuk memberhentikan taksi namun tidak ada yang berhenti. Ia sudah mencoba berkali-kali.




















DDOOORRRRRRRRR















suara tembakan kembali terdengar. Entah di mana asal tembakan itu.

Joy dan Jhope melihat sekelilingnya.

Tembakan kedua kalinya terdengar.

Jhope kembali mengajak Joy untuk lari. Tidak ada cara lain selain lari. Mereka berlari menelusuri sebuah jalan. Tidak tau harus kemana, sekarang satu-satunya pikiran mereka adalah menghindar dari kejaran Suho. Jalanan yang ramai sangat menyenangkan bagi sebagian orang tanpa tau ada dua manusia yang bisa terancam mati bahkan ditempat ramai sekalipun.

.

.

.

"Sial kenapa pakai macet sih!" kesal Taehyung.

Rose hanya diam sambil sesekali melirik ke arah Taehyung yang sedang kesal.

"Kalo kaya gini bakal lama kita sampainya" ucap Taehyung lagi.

Rose mengigit jarinya. Tidak lama, ia melihat Jhope dan Joy lewat sambil berlari ketakutan.

"Bukannya itu Jhope sama Joy!" tunjuk Rose pada dua orang itu.

Taehyung juga mengikuti arah tunjuk Rose. Ia langsung keluar dari mobilnya.

"Hope... " panggil Taehyung.

Joy dan Jhope menoleh pada panggilan Taehyung. Taehyung mendatangi mereka, diikuti oleh Rose dibelakangnya.

"Kalian kenapa?"  tanya Taehyung.

"Ayo cepat ke hutan, sebelum Suho duluan"

"Suho sudah bangun?" tanya Taehyung tidak percaya.

"Apa! Suho bangun" Rose pun sama tidak percaya, obat bius yang mereka gunakan memakan waktu sejam sampai Suho bisa sadar. Bukankah, belum sampai sejam setelah mereka membius Suho.

"Iya, sekarang ayo kita pergi ke hutan. Kita harus menyelamatkan Yeri dulu"

Tiiiittttttttt ttiiiiittttttt








Suara klakson saling bersahutan sepanjang jalan hannya karena satu mobil yang tidak kunjung bergerak. Iya, itu mobil Suho yang dibawa kabur oleh Taehyung.

Mereka berempat menoleh pada mobil tersebut.

Teriakan demi teriakan terdengar dari pengendara yang lain. Meminta agar segera jalan.

Tanpa membuang waktu untuk mengurus itu, mereka pergi meninggalkan mobil yang masih terdiam ditengah jalan. Mereka tidak butuh mobil itu sekarang.

.

.

.

"Eonnie lo gak papa?" tanya Wendy .

"Gue gak papa" Irene berucap seraya menutupi lukanya dengan kain. Ia terdiam, terduduk, bersembunyi di belakang pohon.

Wendy melihat sekitarnya. Lalu ia melihat sebuah spanduk yang sudah tidak terpakai tergeletak begitu saja. Ia berjalan mengambil spanduk itu dan kembali mendatangi Irene.

"Eonnie, sorry" Wendy menutupi Irene dengan spanduk itu. Hingga tidak ada celah sedikit pun.

Begini lebih aman untu meninggalkan Irene yang terluka. Dan Irene yang mengerti hanya menurut. Ia meraba lukanya yang cukup panjang dikakinya. Ia meringis merasakan perih, ia pun menghela nafas. Sungguh ia merasa tidak berguna untuk saat ini.

Wendy berjalan kembali untuk menghabisi penjaga rumah Suho. Terlihat bahwa penampilan Wendy sudah tidak serapi awal ia berangkat. Rambutnya yang terikat namun beberapa helai rambutnya jatuh terlepas bebas dari ikatannya. Wajahnya yang tercoreng debu. Bajunya yang sedikit robek di bagian lengan. Sebenarnya tidak hanya dia, semuanya mengalami hal yang sama sepertinya.





















DDOOORRRRRRRRR























Wendy merasa ia jatuh bersama dengan seseorang yang memeluknya. Siapa lagi kalo bukan Suga. Suga dengan sigap memeluk Wendy hingga mereka jatuh ke tanah.

Penjaga itu menembak mereka sekali lagi hingga mereka terguling untuk menghindari tembakan itu.

Suga bangun dan mengambil tongkat yang sempat terlempar.

AAAHHHHHHHHHHHHHKKK


Wendy tertegun saat melihat Suga menghabisi penjaga itu, bukan membuat mereka mati namun membuat mereka pingsan. Dengan sekali pukulan saja penjaga itu jatuh lalu Suga membius nya.

"Lo gak papa?" Suga berjongkok, mengelus surai rambut Wendy.

"Gue gak papa" Wendy bangun.

"Mana Irene?"

"Dia luka, jadi gue suruh sembunyi"

"Lo ikut Irene, lo gak bisa sendiri"

"Tapi...." Wendy berusaha menolak.

"Penjaganya makin dikit biar yang lain yang urus"

Wendy menatap Suga cukup lama namun pada akhirnya Ia pun berbalik menuruti ucapan Suga.

.

.

.

Joy lagi-lagi terjatuh, tenaganya benar-benar terkuras habis. Apalagi lututnya terluka membuatnya tidak bisa menyimbangi kecepatan yang lain.

"JOY" Teriak Rose saat mendapati Joy yang jatuh.

Rose membantu Joy untuk bangun.

"Sabar Joy bentar lagi. Ayo!"

Sekarang mereka hampir sampai di dekat hutan. Sedikit lagi mereka akan sampai. Dengan keteguhan mereka berlari, kini sampailah mereka di hutan yang penuh dengan kemisterian. Sebenarnya jika mereka mau, bisa saja mereka pergi ke mana pun, tanpa harus kehutan. Karena jika ke hutan, itu sama saja mencebloskan diri mereka sendiri ke dalam perangkap terkutuk suho. Tapi mereka tidak akan lari dari hutan itu karena teman-temannya disana lagi berjuang untuk Yeri.

Taehyung mengatur nafasnya seiring dengan melambatnya ia melangkah. Dalam hitungan ketiga, ia telah berbaring di atas dedaunan kering.

Tidak hanya Taehyung, Jhope pun langsung berjongkok di samping Taehyung.

"Gue ragu, apa usaha kita bakal ada hasilnya" Ucap Jhope pelan hampir seperti orang berbisik.

"Kalo pun gak ada, setidaknya kita sudah berjuang"

Tidak lama Joy dan Rose datang, menghampiri mereka.

"Joy lutut lo" ucap Taehyung sambil bangun dari tidurnya.

Joy tidak menjawab. Ia terduduk di depan Taehyung, melihat lututnya yang sudah berlumuran darah.

"Itu harus di balut biar gak infeksi" ucap Rose.

"Pakai ini" Rose melepas cardigan yang ia pakai. Ia merobek sendiri cardigannya menjadi potongan yang lebih kecil. Rose memberikan kepada Joy.

Joy ingin mengambilnya namun Jhope lebih dulu merebutnya.

"Sini, lurusin kaki lo" perintah Jhope.

Joy terdiam saat Jhope membalut lututnya.

DDOOORRRRRRRRRRRR

Refleks Joy memeluk Jhope dan Rose bersimpuh ditanah dengan melindungi kepalanya sendiri. Hanya Taehyung yang langsung berdiri, mencari sumber tembakan.

"Asalnya disana" tunjuk Taehyung menunjuk ke dalam hutan.

"Ayo susul"

Joy, Jhope dan Rose bangun. Mereka berencana untuk mendatangi suara tembakan itu namun seseorang menghentikan langkah mereka.

Delapan orang suruhan Suho yang memegang senapan sedang menghadang mereka.

Semuanya terdiam seakan terkunci oleh situasi. Delapan suruhan itu mulai mengangkat senapannya.

Taehyung, Jhope, Joy dan Rose refleks mengangkat kedua tangan.

"Rose, lo yang bawa kunci kan?" bisik Taehyung. Rose mengangguk.

"Lo lari, kasih kuncinya ke Namjoon, biar yang ini kita yang urus" lagi-lagi Rose mengangguk.

Saat Rose ingin pergi, saat itu juga tembakan di udara terdengar begitu saja. Seolah tuli, Rose tetap pergi dari sana memasuki lebih dalam ke dalam hutan.

Tanpa yang lain sadari tiga suruhan Suho itu mengikuti Rose.

Rose lari sekencang mungkin saat menyadari dirinya sedang dikejar oleh tiga suruhan suho. Tangannya melirik kunci yang ada di tangan kirinya. Resikonya begitu besar karena membawa barang yang menjadi tujuan utama mereka. Apalagi mereka sudah melakukan sampai sejauh ini. Sulit dipercaya hanya karena benda kecil ini, nyawa mereka semua terancam.



















DDOOORRRRRRRRR























Rose berhenti karena dahan pohon yang cukup besar patah di depannya akibat tembakan itu. Rose menolehkan kepalanya kebelakang, melihat tiga suruhan itu masih berlari mengejarnya.

Rose loncat melewati dahan besar yang sempat menghalangi jalannya. Nafasnya memburu karena terus berlari, ia tidak mungkin berhenti sebelum bertemu dengan Namjoon. Menghadapi suruhan Suho juga tidak mungkin, mereka bertiga dan Rose sendiri.

Rose melirik belakangnya untuk kesekian kalinya, apakah ia masih dikejar. Namun saat ia sedang menoleh kebelakang, kakinya malah kesandung batu dan membuat nya jatuh.

Rose meringis, karena kepalanya terbentur tanah. Ia mencoba bangun sambil memegang dahinya. Lalu ia melihat tangannya.

"Kunciii" seketika Rose gelisah karena kunci yang ia pegang sedari tadi terlempar entah kemana.

Rose panik, ia merangkak mencari kunci itu di dedaunan kering yang berserakan di tanah tempatnya tersandung.

Ia menghambur dedaunan itu, merangkak mencari kunci yang amat penting bagi mereka.

Badan Rose makin bergetar saat melihat suruhan Suho semakin dekat mendatanginya. Ia mengigit bibirnya dan tangannya terus menghambur daunan kering. Keringatnya mengalir deras membasahi pelipisnya. Matanya memanas, kala suruhan Suho itu sudah berada tepat dibelakangnya.

Air mata Rose keluar saat tau ketiga suruhan Suho itu menodongkan senapan mereka tepat di kepala Rose. Bahkan Rose dapat merasakan ujung senapan yang siap menembaknya.

Percayalah, Rose bukan menangis karena takut ditembak tapi ia merasa ia tidak berguna. Tugasnya sangat kecil, ia hanya perlu membawa lari kunci itu namun apa. Ia malah menghilangkannya. Bayangkan bagaimana teman-temannya berjuang keras untuk mendapatkan kunci namun hanya karena ia terjatuh lalu kunci itu hilang.

Rose menangis menyesali perbuatannya. Ia terlutut, menangis tersedu-sedu. Ia benar-benar bodoh, sangat bodoh.

Rose menatap ketiga suruhan Suho itu dengan tajam.

"Tembak gue

.

.

.

Seketika Jin refleks memandang hutan yang sempat terdengar suara tembakan yang membuatnya tergerak untuk mendatanginya.

"HYUNG AWAS" teriak Jungkook.

Jin dengan sigap menunduk dan meninju perut sang penjaga. Penjaga itu terjatuh sambil memegangi perutnya.

Jin lalu pergi meninggalkan penjaga itu dan masuk ke dalam hutan. Ia berlari, entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Hatinya mengatakan bahwa ia harus pergi mendatangi suara tembakan itu.

Jin terus berlari sampai ia menemukan tiga orang bersenapan menodongkan senapan mereka ke kepala Rose dan dibelakang punggung tiga orang yang tidak Jin ketahui siapa itu, terdapat Joy, Jhope dan Taehyung yang juga masing-masing menodongkan senapang ke tiga orang suruhan Suho.

"Lo tembak dia, lo juga mati" ancam Taehyung.

Suara tembakan sebelumnya adalah hasil dari Taehyung yang melepaskan tembakan ke udara saat melihat Rose yang terkepung oleh tiga suruhan Suho. Senapan didapatnya dari suruhan yang ia habisi bersama Joy dan Jhope. Dan sekarang mereka masing-masing membawa senapan untuk sekedar mengancam.

"Rose" panggil pelan Jin. Ia ikut bersimpuh melihat Rose yang masih menangis.

"Rose" panggil pelan Jin lagi. Ia langsung memeluk Rose erat.

Senapan yang tadinya menodong kepala Rose kini beralih ke kepala Jin.

Melihat itu Joy, Jhope dan Taehyung serempak mengangkat senapan mereka menodongkan ke kepala tiga suruhan suho itu.

"Serahin diri atau mati" kini Joy yang mengancam.

Ketiga suruhan Suho itu langsung menarik senjata mereka dan mengangkat tangan.

Joy langsung merebut senapan mereka.

"Ikut" perintah Taehyung. Taehyung memberikan instruksi dan diikuti oleh ketiga suruhan itu dengan Jhope yang masih menodongkan senapan pada mereka.

"Rose, lo kenapa?" Joy berjongkok bertanya pada Rose.

"Kunci" jawab Rose pelan dipelukan Jin.

Joy menaikan alisnya. "Kenapa kuncinya?"

"Hilang"

Joy terdiam membeku. Ia lalu memandang Jin yang juga memandangnya.

Tiba-tiba Jimin, Namjoon, Jungkook, Lisa dan Seulgi datang.

"ROSE" Panggil Namjoon.

"Kuncinya mana, disana udah beres?"

Rose langsung menangis saat mendengar pertanyaan Namjoon. Dan Jin maupun Joy saling memandang untuk kesekian kalinya.

Jin menghela nafas "Kuncinya hilang" 

"APA"

Joy melotot pada Lisa yang berteriak.

"Jangan ada yang salahin Rose. Gak ada yang perlu disalahin disini. Semua kejadian diluar prediksi kita, kita berempat dikejar dari club sampai sini" ucap Jhope yang baru saja datang setelah mengurus tiga suruhan Suho.

Joy membenarkan.

"Gue hampir mati karena dicekik Suho"

"Kita masih bisa cari, kuncinya jatuh di sekitar sini" Rose menghapus air matanya dan ia berdiri diikuti Jin.

Dan pada akhirnya pun mereka semua mencari kunci di antara tumpukan dedaunan kering.

"Btw istri gue mana ya?" tiba-tiba Taehyung berceletuk.

"Dia luka, dijagain Wendy sama Suga disana" jawab Seulgi.

"Kenapa baru ngomong" Taehyung buru-buru lari mendatangi Irene.

Seulgi mencibir "Dia aja yang baru ingat istri" 

Tiba-tiba punggung Seulgi menabrak punggung seseorang. Ia mencelos saat tau siapa yang ia tabrak. Buru-buru ia pergi menghindar.

Jimin masih menatap Seulgi dengan seksama. Kenapa bisa selama ini, padahal mereka bertengkar hanya karena masalah kecil.

Saat sedang sibuk mencari kunci, Mereka dikejutkan dengan Suho yang datang dengan membawa pasukan yang lebih banyak.

"Kalian mencari ini?"

Suho memperlihatkan kunci yang ia pegang dan tersenyum dengan licik.

Blackvelvet dan Bts terdiam.

"Ayo lah jangan ikut campur urusan gue"

"Kami hanya ingin tau keadaan Yeri" jawab Namjoon.

Suho menatap Namjoon tajam.

"Yeri urusan gue"

"Jika lo kasih liat keadaan Yeri sekali aja, kita bakal pergi dari sini"

Semuanya setuju dengan ucapan Namjoon.

Suho tertawa meremehkan.

"Lo kira gue bisa di ajak kompromi"

Dan tawa Suho semakin menjadi saat melihat lawannya hanya diam dengan memasang wajah konyol mereka.

"Kalian bikin gue geli. Maaf, tapi karena kalian sudah tau Yeri disini maka kalian semua akan mati"

Suho memberi isyarat pada anak buahnya untuk menyerang Blackvelvet dan Bts.

Blackvelvet dan Bts refleks mundur melihat anak buah Suho maju.

Namjoon makin mengeratkan tongkat besinya. Mereka tidak bisa apa-apa selain menghadapi. Yang lain pun sama, mereka bersiap dengan tongkatnya. Kecuali Lisa dan Seulgi.

Dalam hitungan detik pertempuran pun terjadi.

Lisa tercengang saat melihat teman-temannya berkelahi, begitu juga dengan Seulgi. Seulgi menelan ludahnya dan bergerak ingin bergabung namun Lisa menariknya dan mengajak Seulgi pergi, Lari dari sana.

"Kita mau kemana?" tanya Seulgi bingung.

"Udah ikut aja, saat kaya gini kita mesti cari celah"

Lisa dan Seulgi lari menuju rumah megahnya Suho yang sudah tidak ada penjaga nya lagi.

"Eonnie" panggil Lisa saat melihat Irene dan Taehyung. Dan juga ada Wendy dan Suga dibelakang keduanya.

"Kalian ngapain?" tanya Taehyung.

"Kaki lo gimana?" Seulgi mengabaikan Taehyung.

"Udah agak baikan, yang lain mana?"

Seulgi melirik Lisa.

"Suho bawa anak buah lagi, mereka lagi ribut disana. Dari pada buang waktu mending gue ngajak Seulgi. Buat ngeluarin Yeri" jawab Lisa.

"Kuncinya udah ketemu?" tanya Taehyung bingung.

Lisa menggeleng. Mereka terdiam untuk sesaat.

"Kita gak butuh kunci sekarang, ayo masuk!" ajak Suga masuk ke dalam rumah kayu milik Suho.

Tidak lama mereka masuk, tiba-tiba saja beberapa tembakan mengarah ke rumah tersebut hingga mampu memecahkan dinding kaca yang memang mendominan rumah itu.

Mereka yang ada didalam refleks berjongkok dan melindungi kepala mereka dari Serpihan-serpihan kaca yang melayang diudara. Tembakan terus terjadi ke rumah itu bahkan suara tembakan sangat nyaring terdengar.

"Rene" Taehyung membawa Irene bersembunyi ke sebuah ruangan yang tidak terurus. Begitu juga dengan Wendy dan Suga mereka pergi ke halaman belakang dan keluar dari rumah itu.

Seulgi dan Lisa naik ke lantai atas, berlari entah kemana. Mencari tempat untuk  bersembunyi.

Lisa terhenti saat melewati pintu yang berteralis. Ia menatap pintu itu entah kenapa, ia merasa terpanggil untuk membuka pintu tersebut. Baru saja ingin menyentuh gagang pintu.

Sebuah tembakan terdengar dan mengenai pada pintu yang ada didepannya, Lisa teralih mencari sumber tembakan tersebut. Matanya terbelalak saat melihat Suho yang berdiri di ambang tangga dengan mengacukan Revolver nya yang berwarna hitam.

Lisa panik saat mencari keberadaan Seulgi, yang tadinya bersamanya kini entah pergi kemana.












DDOOORRRRRRRRR
















Lisa menunduk menghindari tembakan Suho yang kedua kalinya. Kemudian ia lari, entah ia harus bagaimana. Hanya dengan melihat Suho saja, rasa takut telah menguasai dirinya.

Lisa masuk ke dalam sebuah ruangan, tidak,  lebihnya tepatnya kamar. Lisa bersandar dibalik pintu sambil nengatur nafas, matanya menelusuri setiap sudut kamar. Ia lalu berjalan ke sebuah lemari dan memasukkan dirinya disana.

.

.

.

Seulgi mengigit jarinya, melawan rasa takut. Beberapa kali ia menenangkan hatinya, mencoba menetralkan jantungnya yang berdetak kencang. Ia takut bersembunyi di bawah ranjang ini sendirian.

Ia takut, jika Suho tau ia ada disini. Suho begitu menyeramkan saat kedua tangannya memegang sesuatu yang membahayakan, pisau dan Revolver. Dan ia juga sedikit menyesal, andai ia menarik Lisa bersamanya.

Seulgi sebenarnya sangat bingung, mengapa didalam rumah ini banyak sekali terdapat ruang kamar. Ia bahkan sekarang menempatin kamar yang paling ujung yang ada dirumah ini.

Pikiran Seulgi seakan terhenti dan membeku saat mendengar seseorang membuka kamar yang ia tempati sekarang. Langkah kaki yang pelan dengan suara benda yang sengaja diseret, membuat Seulgi sedikit merinding.

Seulgi mengintip sedikit dari celah seprei yang mengantung di ranjang.

Seulgi semakin merinding saat ia melihat darah yang berceceran dilantai hasil dari benda yang terseret itu. Seulgi tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang sedang diseret seseorang itu.

Langkah kaki penuh darah mengelilingi ranjang tempat Seulgi bersembunyi. Seulgi tidak dapat berpikir, apa yang sedang terjadi. Jantungnya terus berdetak kencang. Nafas Seulgi tercekat saat langkah itu berhenti tepat di depan Seulgi. Seulgi mengigit bibirnya, menahan rasa takut, mencoba menenangkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja.

Seolah keburuntungan berpihak padanya, langkah itu berlalu berjalan ke keluar kamar.

Tubuh Seulgi melemas, melepas rasa takutnya. Ia mengelap keringat yang menemaninya saat ia takut.

Seulgi mencoba keluar dari bawah ranjang itu dengan pelan. Saat ia melihat sekeliling kamar, ia menutup mulutnya. Bayangkan saja, sepanjang lantai penuh dengan darah segar. Ia juga melihat sepatunya yang menginjak darah. Seulgi berusaha menghindar namun ia tidak bisa menghindari darah itu karena ada dimana-mana.

Seulgi berlari ke arah pintu mencoba untuk keluar namun saat ia membuka pintu. Tampak Suho berdiri disana sambil menyeringai memegang sebuah pisau berdarah. Suho melangkah maju, menatap tajam dan tetap menyeringai ke arah Seulgi.

Seulgi refleks mundur dengan perlahan. Kakinya bahkan bergetar, berharap ini hanya mimpi. Bahkan ia telah terpojok menyentuh dinding.

"Stop.. Suho, ini sudah terlalu jauh" Seulgi mencoba berbicara pada Suho.

"Kalian yang memulai, kalian juga yang menerima akibatnya" Ucap Suho seraya mengangkat pisau seakan ingin menusuk matanya Seulgi.

Seulgi memejamkan matanya, terdengar suara keras Suho yang tertawa.

Seulgi membuka matanya dan melihat Suho yang tertawa keras sambil memegangi perutnya. Dengan ini, Seulgi punya kesempatan untuk lari.

Baru saja ia ingin lari, kakinya malah ditarik oleh Suho membuat Seulgi terjatuh terhempas ke lantai yang penuh darah.

"Mau kemana? Lo pikir bisa lari" Suho makin tersenyum lebar dan menyeret Seulgi keluar dari kamar.

Seulgi berteriak histeris saat Suho membawanya. Bayangkan saja bagaimana ia diseret di lantai yang penuh darah.

Teriak Seulgi bahkan terdengar sampai ditempat Taehyung dan Irene bersembunyi.

"Seulgi..." gumam Irene pelan.

"Lo bisa jalan?" tanya Taehyung.

Irene mengangguk "Tapi gue gak bisa lari" 

"Kalo gitu tunggu disini!" ucap Taehyung lalu bangun namun Irene menahan baju Taehyung.

"Gue ikut"

"Gak, lo disini aja" Taehyung melepas tangan Irene dan pergi. Bukan Irene namanya jika hanya menurut dan diam saat teman butuh pertolongan.

Ia pun bangun dengan pelan tanpa sepengetahuan Taehyung.

Begitu juga dengan Lisa, ia keluar dari lemari karena mendengar teriakan Seulgi. Ia keluar mencari keberadaan Seulgi tanpa memikirkan apapun. Ia bahkan tidak takut lagi pada Suho hanya mendengar suara Seulgi saja rasa takut yang Lisa rasakan seketika hilang.

Seulgi meringis saat tubuhnya dibenturkan ke sebuah dinding. Bahkan setelah dibentur, tangannya di ikat dan kakinya dipasung. Sungguh ini mengerikan dari apapun. Ia ingin menangis tapi ia tidak boleh menangis.

Suho menjambak rambutnya dan tersenyum menyeringai didepannya.

"Tunggu disini, gue bakal bawa teman-teman lo"

Wendy dan Suga kembali masuk kedalam setelah membawa senapan yang sempat Suga simpan.

Mereka melihat sekeliling rumah namun terlihat sepi dan sunyi.

"Gue ke atas, lo disini aja" perintah Suga. Wendy menurut dan selalu mengawasi setiap sudut ruangan.

Saat Suga menghilang dari hadapan Wendy, tepat setelah itu Taehyung datang menghampirinya.

"Wen" panggil Taehyung.

"Tae"

"Lo......... "





















AAAHHHHHHHHKKKKKKKKKKKKK






















Refleks Taehyung dan Wendy keluar untuk mencari tau asalnya.

Senapan Wendy terlepas dari tangannya saat melihat Suga yang tergantung di pembatas balkon dengan Suho yang menginjak kedua tangannya. Suga berusaha bertahan sekuat tenaga agar ia tidak melepas genggamannya. Sungguh, Suga akan mati jika ia melepaskan tangannya. Namun akankah keberuntungan berpihak padanya? Injakan suho pada tangannya begitu kuat. Ia menatap Suho yang juga menatapnya. Suho menyeringai dengan bangganya.

"HYUNGGGG" teriak Jungkook saat baru sampai pada halaman rumah kayu Suho. Tidak hanya Jungkook yang lain pun juga datang setelah berhasil melawan anak buah Suho.

Wendy menggigit bibir, ingin menangis. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Jika tangan Suga terlepas dari genggamannya sendiri.

Jimin, Jhope dan Jin sibuk mencari sesuatu untuk menyelamatkan Suga.

Suho makin menyeringai saat melihat semuanya berkumpul dibawah sana. Yang akan menjadi saksi, bahwa teman mereka akan mati di depan mereka.








BBUUGGHHHHHHH


















Suho tersentak saat berbalik, mendapati Lisa yang memukulnya menggunakan vas bunga. Darah segar mengalir disekitar pelipisnya, rambutnya yang semula berwarna hitam pekat kini telah tercampur dengan darah-darah hasil hantaman Lisa.

Lisa mundur perlahan melihat Suho yang mendekat sambil menatapnya dengan tajam. Suho mengeluarkan sesuatu dari balik Jasnya.

"Berani main-main sama gue" ucap Suho penuh penekanan.

Suho menodongkan pisau nya pada Lisa. Lisa tidak dapat berbuat apa-apa selain berjalan mundur dengan pelan. Ia bahkan tidak sanggup memalingkan wajahnya, ia takut jika ia memalingkan wajahnya pisau yang ada di tangan Suho itu akan menusuk tubuhnya.

Lisa terus mundur hingga ia menabrak sebuah pintu berteralis besi. Ia yakin, ia sekarang berada di depan pintu yang mengunci Yeri didalamnya. Iya, dibalik pintu ini ada Yeri yang sedang menunggu mereka. Tubuhnya bergetar membayangkan bagaimana tersiksanya Yeri didalam sana. Apalagi ia punya seorang kakak yang hampir mirip seperti psikopat. Apa gunanya, menyembunyikan Yeri didalam sebuah ruang yang belum tentu akan membuat Yeri bahagia. Apa akan terjamin kalau Yeri dikurung akan menghilangkan trauma yang Yeri derita. Sebenarnya di mana pikiran Suho tentang itu.

"S-suho k-kita cuma mau liat Yeri" ucap Lisa bergetar dengan tangannya yang mengisyaratkan untuk berhenti pada Suho.

Bukan jawaban yang Lisa dapat, ia malah mendapat sebuah tawa keras dari Suho. Bahkan pisau yang menodongnya tadi terlepas begitu saja dari tangan Suho.

Suho tertawa terbahak-bahak hingga ia mengeluarkan air matanya.

"Kau lucu sekali" Suho masih mentertawakan Lisa. Lisa terheran-heran melihat Suho. Saat Lisa ingin membuka suaranya kembali saat itu juga mimik wajah Suho berubah drastis menjadi tajam dan menakutkan, matanya terpancar aura gelap yang bahkan Lisa tidak dapat menembak apa yang sedang ia pikirkan. Apalagi sebuah Revolver kini bertengger manis didahi Lisa, bahkan ujungnya Revolver tersebut sampai menyentuh permukaan kulit.

Lisa mencengkram baju nya sendiri, menggigit bibir menahan rasa takut saat ia melihat Suho mulai menarik pelatuknya.

Tiba-tiba Suho menghela nafas, memasang wajah sedih. Terlihat dari matanya yang begitu kelam, mengisyaratkan kesedihan yang mendalam. Lisa tidak mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada Suho. Ia bisa dengan tiba-tiba tertawa, lalu begitu menyeramkan dan sekarang wajahnya begitu suram.

"Aku sebenernya lelah dengan semua ini" ucap Suho pelan.

"Mari kita akhiri"

Suho menarik pelatuknya kembali....





Dan





















DDOOORRRRRRRRR










Tbc

Terus terang ini cerita terlalu sadis untuk anak sekolahan. But.. Ini yang membedakan dgn cerita lain.
#edisimembanggakanceritasendiri.

Oke oke gue bukan mau bangga cuma meluruskan, jika ada yang ngomong...
"anak sekolahan kok gitu bgt thor"

Yaa kalo kata gua mah, nikmati aja lah.

Gak suka.. Tinggalin aja.

Continue Reading

You'll Also Like

32.8K 1.2K 52
Singapore - Yogyakarta. 3 tahun LDR Singapura - Yogyakarta,itu bukan jarak yang deket. "Bagaimana bisa bertahan sampai nikah?sedangkan LDRnya aja jau...
3.5K 342 14
Drama-Comedy || Blackvelvet "Kak Seulgi, Jennie mau pesantren aja." Tentang kehidupan sembilan manusia berjenis kelamin perempuan yang sedang mencari...
463K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
7.6K 259 34
menceritakan tentang ,kehidupan sehari hari keluarga Kim🥰