Haechan lalu mengajak Saeron untuk keluar rumah. Gadis itu lebih banyak diam karena sedang tidak mood untuk berantem.
Saat keluar pagar, kebetulan mereka bertemu Renjun yang sedang berjalan ke arah rumah Haechan. Waktu melihat Saeron yang berada di depannya, Renjun langsung memasang wajah kaget yang menggemaskan.
"Loh? Kok Saeron keluar dari rumah Haechan?!" tanya Renjun dengan histeris, Jangan-jangan...?!"
"Jangan-jangan apa, Njun?" tanya Haechan dengan bingung.
"Jangan-jangan kalian...?!" Renjun masih bertanya dengan ekspresi sok kaget.
"Jangan-jangan apa...?! Kenapa sih, Njun?! Nggak jelas lo!" kata Haechan dengan kesal, membuat Renjun cengengesan.
"Males, ah, lanjutinnya. Saeron ke rumah Haechan 'kan cuman mau minjem buku. Iya 'kan?"
Saeron mengangguk ringan sebagai jawaban.
"Sekarang mau kemana? Pulang? Sini aku anter..."
"Enggak. Aku mau ngembaliin ini dulu ke rumah Jeno. Dianter sama Haechan."
"Ke rumah Jeno ngapain dianter Haechan? Rumah Jeno 'kan ada di sini." kata Renjun dengan polos sambil menunjuk rumah Jeno yang ada di depan mereka.
Saeron langsung terdiam, dan berpikir lama untuk mencerna ucapan Renjun. Saeron lalu menggeramkan giginya kesal saat sadar kalau Haechan sudah berniat mengerjainya.
Gadis itu langsung melirik Haechan dengan tajam.
"Hehe~"
Haechan malah ketawa.
Cowok itu langsung berlari masuk ke rumah Jeno, sesaat sebelum Saeron menggebuknya dengan tas jinjing yang dia pegang.
Saeron lalu berjalan malas ke arah rumah Jeno, diikuti Renjun di belakangnya.
"Jeno...! Jeno...! Nih ada Saeron...! Mau ngembaliin kotak makan...!" Renjun berteriak memanggil-manggil nama Jeno, tapi nggak ada yang jawab. Haechan mengintip dari pintu rumah Jeno dengan wajah yang takut.
"Jeno-nya lagi main game sama Jaemin. Dia lagi pake headset. Masuk aja sini...!" kata Haechan ikut berteriak membalas ucapan Renjun. Renjun langsung melirik Saeron yang ada di sampingnya.
"Masuk nggak?"
"Enggak. aku mau pulang aja–"
"Eh... ada Injun? Mau ketemu Jeno?"
Ucapan Saeron langsung terhenti saat seorang wanita cantik menyapa mereka dari belakang. Saeron langsung tersenyum kikuk sambil membungkukan badannya.
"Eh, ada Yoong mom~ Enggak kok. Tadi kebetulan lewat aja, sekalian nganterin temen..." jawab Renjun sambil tersenyum. Mommy Yoona ikut tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya pada Saeron.
"Ini siapa? temen sekelasnya Injun?"
"Bukan, tante. Saya Saeron, yang tinggal di asrama nenek Gong. Saya mau kembaliin kotak makanan yang tadi. Makasih udah repot-repot ngirim makanan. Puddingnya enak..." kata Saeron dengan ramah sambil memberikan kotak makannya.
"Oh, iya. Sama-sama. Kamu mau masuk dulu nggak?"
"Enggak apa-apa, tante. Saya udah mau pulang kok..."
"Ya udah, kapan-kapan main ke sini lagi, ya. Nanti tante bikinin makanan..."
"Iya, tante. Makasih..."
Mommy Yoona langsung masuk ke dalam rumah, meninggalkan Saeron dan juga Renjun. Saeron yang masih terpesona dengan kecantikan mommy-nya Jeno masih tetap tersenyum.
"Sok manis." sindir Renjun pada Saeron di sampingnya.
"Biarin. Emang aku manis kok." balas Saeron dengan wajah datar. Gadis itu lalu berjalan pulang sendirian.
Sebelum Saeron benar-benar pergi, dari dalam rumah, Haechan, Jeno dan Jaemin langsung berlari menghampiri mereka berdua,
"SAERON...!" teriak mereka bertiga berbarengan.
"Apa?" tanya Saeron dengan bingung. Ia membalikan badannya dengan malas.
"Eumm... Kamu sama Hina masih berantem?" tanya Jaemin dengan ragu.
"Masih." balas Saeron dengan singkat. Jaemin langsung mati kutu, bingung mau nanya apa lagi.
"Kalau boleh tau, Hina ada masalah apa?" tanya Jeno dengan takut. Saeron memasang wajah datar dan menjawab dengan pelan.
"Aku nggak punya hak buat ceritain masalah Hina ke kalian. Kalau kalian mau tau, biar Hina atau nenek Gong sendiri yang cerita. Aku nggak mau nambah masalah buat Hina."
Keempat anak itu langsung terdiam saat mendengar jawaban Saeron.
Mereka pikir, Hina sudah nggak punya masalah lagi sejak punya banyak teman. Tapi ternyata, Hina masih menyimpan masalah sendirian tanpa mau cerita pada mereka berempat.
"Kalau nggak ada yang mau diomongin lagi, aku mau pulang."
"Eh, tunggu!" kata Jaemin menahan Saeron pergi.
"Apa lagi...?!" tanya Saeron dengan kesal.
"Kita bertiga mau pake sandal dulu!" jawab Jaemin dengan polos.
"Ya udah sana pake sandal! Hubungannya sama aku apa?!"
"Mau nganter kamu pulang lah. Takut ada yang nyulik..." jawab Renjun menimpali. Saeron mengerutkan keningnya bingung.
"Nganter aku pulang?"
"Kita berempat' 'kan f4-nya. Hina Geum Jandi-nya. Saeron jadi Gaeul-nya. Mau, nggak?"
"Hah? Gaul!?" tanya Renjun dengan bingung sambil memasang wajah kaget.
"Ga-Eul, elah...! Itu kuping atau aksesoris sih, Njun..?! Bikin emosi aja!"
"Lo ngomong yang bener dong! Gue 'kan nggak jelas dengernya!"
Mendengar ocehan Haechan dan Renjun, Saeron hanya diam. Seumur-umur, ini kali pertama Saeron diantar pulang sama anak cowok.
Mana rombongan lagi.
Walau pun bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta, diperlakukan seperti ini membuat Saeron jadi tersentuh. Mereka berempat ada baiknya juga. Pantes aja Hina akrab sama mereka.
"Aku masuk dulu, ya. Makasih udah repot-repot nganterin..."
"Kita nggak repot kok. Apa sih yang enggak buat Gaeul~" kata Jeno sambil tersenyum genit.
"Aku bukan Gaeul. Aku Saeron." balas Saeron dengan sebal, sambil berjalan masuk ke dalam asrama.
"Eh, Saeron!" panggil Jaemin.
Saeron langsung berhenti jalan dan memutar badannya.
"Apa?"
"Mmm... kalau kalian udah baikan, kita berempat titip salam ya buat Hina..." kata Jaemin dengan gugup. Saeron menganggukan kepalanya.
"Hm."
Saeron kembali berjalan masuk ke dalam asrama, dan kembali terhenti saat Renjun memanggilnya. "Saeron!"
"Apa lagi...?!" tanya Saeron dengan kesal. Walau mereka baik, tetep aja mereka ngeselin.
Renjun hanya diam di tempat sambil memasang wajah bingung. Anak itu lalu mengangkat jari kelingkingnya dan membuat Saeron ikutan bingung.
"Kita berempat mau bikin janji. Kalau kamu nggak bisa jagain Hina, kita berempat bakal jagain Hina buat kamu. Boleh 'kan?" tanya Renjun dengan ragu. Saeron kembali diam dan menatap keempat anak itu dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Saeron selalu berburuk sangka pada mereka berempat dan menganggap mereka bukan teman yang baik untuk Hina. Saeron selalu nggak suka pada mereka, karena mereka berempat menyebalkan.
Saeron memang bisa menjaga Hina saat ada ia di rumah. Tapi di sekolah, Saeron nggak pernah tahu apa yang Hina lakukan.
Untuk kali ini, Saeron mau berbaik sangka. Saeron mau mencoba percaya pada mereka.
Saeron lalu mengangkat jari kelingkingnya dan menautkannya pada jari kelingking Renjun.
"Aku percaya sama kalian. Tolong jaga Hina..."
Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^