DIRTY BABY [Rexford Mackenzie]

By PuspitaRatnawati

21.1M 1.2M 117K

#5 in Romance 05/01/2018 Ketika kau berhadapan dengannya, dia adalah ujian terberat. Aroma tubuh, suara... More

The Mackenzie
Gracias
VERSI DREAME
Stop Plagiarism!
PROLOG
DIRTY BABY-01
DIRTY BABY-02
DIRTY BABY-03
DIRTY BABY-04
DIRTY BABY-05
DIRTY BABY-06
DIRTY BABY-07
DIRTY BABY-08
DIRTY BABY-09
DIRTY BABY-10
DIRTY BABY-11
DIRTY BABY-12
DIRTY BABY-13
DIRTY BABY-14
DIRTY BABY-15
DIRTY BABY-16
DIRTY BABY-17
DIRTY BABY-18
DIRTY BABY-19
INFORMASI
DIRTY BABY-20
DIRTY BABY-21
DIRTY BABY-22
DIRTY BABY-23
DIRTY BABY-24
DIRTY BABY-25
DIRTY BABY-26
DIRTY BABY-27
DIRTY BABY-28
DIRTY BABY-29
DIRTY BABY-30
DIRTY BABY-31
DIRTY BABY-32
DIRTY BABY-33
DIRTY BABY-34
DIRTY BABY-35
DIRTY BABY-36
DIRTY BABY-37
DIRTY BABY-38
DIRTY BABY-39
DIRTY BABY-40
DIRTY BABY-41
DIRTY BABY-42
DIRTY BABY-43
DIRTY BABY-44
DIRTY BABY-45
DIRTY BABY-46
DIRTY BABY-47
DIRTY BABY-48
DIRTY BABY-49
DIRTY BABY-50
DIRTY BABY-51
DIRTY BABY-52
INFORMASI
DIRTY BABY-53
DIRTY BABY-54
DIRTY BABY-55
DIRTY BABY-56
Blabla
DIRTY BABY-57
DIRTY BABY-59
DIRTY BABY-60
DIRTY BABY-61
DIRTY BABY-62
DIRTY BABY-63
DIRTY BABY-64
DIRTY BABY-65
DIRTY BABY-66
DIRTY BABY-67
DIRTY BABY-68
DIRTY BABY-69
DIRTY BABY-70
DIRTY BABY-71
DIRTY BABY-72
DIRTY BABY-73
DIRTY BABY-74
DIRTY BABY-75
EPILOG
SEQUEL DIRTY BABY
EXTRA PART 01
EXTRA PART 02
EXTRA PART 03
READ!
SEQUEL DIRTY BABY
Publish!
New The Mackenzie's!
NEW STORY

DIRTY BABY-58

164K 17.3K 1.5K
By PuspitaRatnawati

      Masih di kota yang sama, Rex menyewa sebuah villa untuk istirahat. Disana dia tentu tidak sendirian, Litzi bersamanya. Santos, Matt, Sergio dan beberapa orang juga disana untuk mengawasi Erick juga Beth. Litzi mengedarkan pandangannya menatap sekeliling tempat yang begitu asing, sebuah kamar yang serba berwarna putih. Litzi terkejut ketika melihat tangan dan kakinya. Gadis itu berbaring dikasur dengan keadaan terikat borgol berantai.

"Dimana aku? Dimana?" Litzi tampak ketakutan.

Litzi mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Bayangan ketika Rex datang dan memaksa ikut pun terlintas di benaknya.

Apa dia yang membawaku kesini? Bagaimana bisa? batin Litzi.

Litzi langsung melirik pintu kamar saat mendengar seseorang menekan handle pintunya. Pintu itu terbuka dan seseorang mendorongnya. Melihat Rex, Litzi langsung meneguk salivanya dan membeku. Rex yang terlihat segar dan penampilan yang santai, dapat dipastikan ia sudah mandi. Pria itu datang dengan membawa nampan berisi menu sarapan.

"Kebetulan kau sudah bangun. Aku bawa sarapan untukmu," kata Rex dengan tersenyum.

Litzi terus memperhatikannya sampai Rex duduk di sisinya dan meletakan nampannya di atas nakas. Rex mengulurkan tangannya untuk membelai wajah Litzi, dengan lembut ia melakukannya.

"Buenos dias, bebe," ucap Rex.

Litzi diam, tapi dalam hati kekesalannya bergejolak. Ia tak mengerti dengan sikap Rex padanya, ia sulit untuk mengambil kesimpulan apa itu benar Rex apa Rex hanya berpura-pura.

"Kau pucat sekali, sayang. Ku dengar.. kau menolak makan sejak kemarin. Nanti kesehatanmu bisa memburuk, sayang." Rex tampak cemas.

Rex tersenyum, "Aku bawa sarapan untukmu. Aku suapi ya?"

Kau tidak boleh luluh, Litzi! Tidak! Pria ini hanya berpura-pura! batin Litzi.

Litzi memang melahap waffle yang Rex suapi, tapi dia tidak semenurut yang Rex pikir. Gadis itu tiba-tiba memuntahkannya tepat mengenai wajah Rex hingga potongan kecil waffle-nya jatuh. Rex diam dan menatap Litzi dengan ekspresi sedih.

"Kebencian dimatamu, menepis dugaanku bila kau bercanda," kata Rex.

Litzi tersenyum miring, "Aku sangat membencimu, iblis!"

Tanpa Litzi duga, bukannya Rex menunjukan respon marah atau semakin sedih, Rex justru tersenyum dengan ringannya dan mengecup kening Litzi. Rex menempelkan keningnya pada kening Litzi, tatapan mereka saling beradu. Rex menangkup sisi wajah Litzi dengan lembut.

"Kebencianmu kalah dengan cintamu padaku, Litzi. Aku tahu kau masih mencintaiku," bisik Rex.

"Aku tidak mencintaimu. Sekarang dan seterusnya aku akan tetap membencimu. Hanya ada benci dalam hatiku," balas Litzi dengan mata tajamnya.

Rex memundurkan kepalanya dan beralih menangkup kedua sisi wajah Litzi seraya mengelus kedua pipi Litzi dengan ibu jari.

"Kebencian bukan berasal dari hati, tapi pikiran. Kebencian itulah yang merusak akal sehatmu. Kau tidak bisa memanipulasi dirimu sendiri bila cinta untukku masih ada dalam hatimu," balas Rex.

"Akalmu lah yang rusak!" balas Litzi dengan tatapan tajamnya. "Dasar pria brengsek!"

Rex menghela nafas, "Aku punya banyak dosa padamu, Litzi. Maafkan aku dan aku akan memperbaikinya. Aku ingin menjelaskan segalanya."

Litzi memalingkan wajahnya. "Kau itu licik! Aku tidak akan lagi tertipu olehmu," ketusnya.

Rex terkejut, "Aku tidak berpura-pura. Aku--"

"Pergilah! Aku tidak mau dengar apapun darimu," sergah Litzi.

"Lit--"

"Pergi!" bentak Litzi dengan menatapnya marah. "Pergi! Pergi! Pergi!" Litzi memberontak hingga terdengar suara rantainya.

"Itulah kenapa aku merantaimu. Kau pasti akan memberontak. Obat yang Erick berikan padamu memang berbahaya. Kau tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah," papar Rex.

Obat? Batin Litzi.

Rex beranjak dan melenggang pergi. Rex ingin menjelaskannya pada Litzi, namun gadis itu melawannya. Saat ini Litzi tidak mau mendengarnya, ditambah kepercayaannya yang hilang. Rex berpikir mungkin Litzi butuh waktu sampai ia benar-benar tenang. Efek obat yang Erick berikan masih melekat dalam tubuh Litzi, masih mempengaruhi emosinya yang mendidih.

"Erick memberiku obat? Tidak, itu tidak mungkin. Pria itu pembohong! Licik!" gumam Litzi sendirian.

Beth menatap tiga orang pria bertubuh tegap dengan senjata itu. Dalam hati Beth merutuki mereka yang betah mengawasinya juga Erick. Beth dan Erick, dua tahanan itu duduk dilantai masih dengan kondisi terantai. Andreas, bocah kecil itu juga ada disana, tepat di dekat Beth sambil membaringkan kepalanya di paha Beth. Santos, Matt, Sergio bahkan Rex sendiri sudah membujuk Andreas untuk tidur di kamar, namun bocah kecil itu tidak mau.

"Selamat pagi, Tuan!"

Mendengar itu, Beth langsung melirik kepada Rex yang datang. Rex tidak datang sendirian, ada Santos di belakangnya.

"Bu, aku lapar," ucap Andreas dengan meremas perutnya.

Ucapan Andreas berhasil menarik perhatian Rex. Trillionaire itu miris melihat Andreas. Rex melangkah mendekat, bertekuk lutut di dekat Andreas.

"Kau lapar? Ayo, ikut aku! Kau akan dapat makanan nanti," kata Rex.

Andreas menatap Rex dengan ekspresi ketakutan, ia bangun dan memeluk tangan ibunya sambil menyembunyikan wajahnya.

"Jangan takut. Aku tidak akan berbuat jahat padamu," kata Rex sambil memegang tangan mungil Andreas.

"Jangan sentuh puteraku!" ucap Beth dengan nada tinggi, "Aku tidak mau kejadian Salvatore terulang lagi!"

Rex terdiam.

"Jangan dekati adikku, bajingan! Apa kau kan membunuhnya juga?" sambung Erick.

Rex lantas menatap Erick dengan tajam. "Aku takkan membunuh seseorang sembarangan. Kalian tahu jelas, tapi kalian bodoh dan punya ego yang besar."

Erick mengepalkan tangannya. Tiba-tiba saja Rex mengangkat paksa Andreas, menggendongnya dan membawanya pergi. Beth berteriak memanggilnya, namun Rex tidak menggubrisnya. Andreas meronta-ronta bahkan tangan lemahnya memukul-mukul pundak sampai kepala Rex, ia ingin Rex menurunkannya. Tetapi itu bukan masalah buat Rex, pria itu tetap membawa si bocah ke ruang makan.

"Hey! Siapkan mental kalian! Tn. Rex akan menyidang kalian nanti! Berdoalah, semoga nasib kalian baik. Ya..  meski harapan kalian tipis," kata Santos dan membuat ketiga orangnya Rex tertawa.

Rex meminta pelayan menyiapkan sarapan untuk Andreas. Bocah itu duduk di kursi makan dengan tegang, sesekali menatap Rex dengan ketakutan. Rex yang memperhatikan Andreas pun tertawa.

"Bisakah kau bersikap santai hem? Aku bukan orang jahat... ya kadangkala aku juga bisa jadi iblis. Kau tahu? Aku pernah melempar seorang wanita sampai mati, menembak orang-orang dengan pistol," kata Rex.

Andreas meneguk salivanya.

"Tapi ku lakukan itu untuk mereka yang punya salah, yang kesalahannya benar-benar fatal," ucap Rex.

Andreas diam.

Rex mengernyit, "Hey, bung! Kau mengerti apa yang ku katakan?"

Andreas tetap diam.

"Tidak?" Rex mengangkat kedua alisnya, "Oh, baiklah! Cepatlah dewasa agar kau mengerti, okay?" Rex tersenyum.

Saat sarapan sudah siap, Rex menyuruh Andreas memakannya. Akan tetapi bocah itu masih diam dan terus menatapnya. Rex menghela nafas dan memutuskan untuk menyuapinya. Rex sudah menyondorkan makanannya pada Andreas, tapi lagi-lagi bocah itu diam.

"Dengar, kalau kau tidak mau makan... kau bisa mati. Kau mau tidak bertemu dengan Ibumu lagi?" kata Rex.

Andreas menggeleng dengan cepat.

"Ayo, buka mulutmu! Kunyah dan telan. Mengerti?" ucap Rex.

Andreas mengangguk dan akhirnya mau menurut. Rex terus menyuapi Andreas sampai anak itu benar-benar kenyang, sesekali Rex mengajaknya bercanda meski tidak digubris. Rex berusaha menghilangkan pikiran buruk Andreas padanya dengan menceritakan hal-hal seru, menanyakan kesukaannya dan memberi pengertian bila dirinya bukanlah orang jahat. Tampaknya Andreas bisa memahaminya dan melihat perhatian Rex padanya, ia pun akhirnya bisa tersenyum pada Rex. Melihat Andreas, Rex membayangkan bagaimana ia punya anak. Triliyuner itu terus tersenyum membayangkan kebahagiaannya memiliki seorang anak dan tak lupa Litzi sebagai isterinya juga Ibu dari anaknya.

Litzi, gadis itu berdiri di pagar pembatas lantai dua. Ia menyaksikan Rex dan Andreas dari sana. Litzi? Ya, dia! Kalian pasti bertanya-tanya bagaimana bisa Litzi bebas? Matt dan Sergio menangkap basah Litzi yang tadi keluar dari kamar secara terburu-buru. Mereka ingin mencegah Litzi, namun Santos menahan mereka untuk diam. Santos melakukan itu karena melihat bagaimana Litzi yang langsung tertarik melihat Rex juga Andreas di lantai bawah. Santos berpikir mungkin Litzi akan berpikir dua kali untuk kabur.

"Apa kau punya anak?" Rex semakin melebarkan senyumnya mendengar pertanyaan Andreas. Andreas tampak terlihat begitu polos, membuat Rex gemas.

Rex mengangguk, "Ya, aku punya."

"Apa aku boleh berkenalan dengannya?" Andreas tampak begitu semangat.

"Boleh, tapi tidak sekarang." Rex mengacak puncak kepala Andreas.

Andreas tampak kecewa, "Memangnya kenapa?"

"Dia tidak ada di sini."

"Dimana?"

Rex tersenyum, "Dia ada bersama Tuhan. Dia ada diatas sana, di surga. Dia akan datang, bila aku berhasil menikahi seorang wanita."

"Siapa wanita itu?" Andreas mengernyit.

"Litzi Euniciano," jawab Rex.

"Hm... cepatlah nikahi dia! Agar anakmu datang dan aku bisa berkenalan dengannya, kami bisa jadi teman."

Rex tertawa kecil, "Sampai semua masalahku selesai, aku pasti menikahinya! Anak kami akan datang dan kami hidup bahagia selamanya."

Air mata Litzi mengalir mendengar pembicaraan mereka, apalagi kata-kata Rex yang sungguh menyentuh hatinya.

"Oh ya berarti... dulu aku juga bersama Tuhan disurga sebelum Ayah dan Ibuku menikah ya?" gumam Andreas.

Rex tertawa, "Kau itu polos sekali. Bukan begitu maksudku, kau gagal paham. Sudahlah, suatu saat kau pasti tahu yang sebenarnya."

Andreas hanya mengangguk-angguk kecil. Di samping itu Santos, Matt dan Sergio membicarakan soal Litzi dan Rex. Mereka yang melihat Litzi menangis saat mendengar kata-kata Rex, berpendapat mungkin saja Litzi bisa memberi Rex kesempatan.

"Mmm... dimana wanita itu?" tanya Andreas.

"Dia ada. Keberadaannya membuatku merasa lebih hidup," kata Rex dan menghela nafas, "Hanya saja, keberadaanku membuatnya tersiksa."

Andreas diam dengan kening berkerut, ia mencoba mencerna kata-kata Rex. "Lebih hidup? Maksudnya?" tanyanya.

Rex tertawa kecil, "Ini soal cinta dan kau masih anak-anak, jadi kau dengarkan saja apa kataku."

Andreas menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Dia tersiksa, kau menyakitinya?" tanyanya lagi.

Rex tersenyum, "Ya, aku menyakitinya. Dosaku padanya banyak sekali."

"Kau jahat," ucap Andreas dengan ekspresi takut.

"Ya aku jahat!" balas Rex, "Tapi aku mau memperbaiki. Selagi ada kesempatan, kenapa aku tidak usaha? Selagi kita berusaha, pasti hasilnya kan setara dengan perjuangan kita."

Andreas diam masih dengan kening berkerut.

Rex menghela nafas dan
tersenyum, "Aku begitu menyakitinya, wajar dia muak denganku. Sungguh, aku sangat menyesal. Rasanya.. aku mau menceritakan segalanya padanya, tapi aku perlu menunggu waktu yang tepat."

Andreas tampak menyimak, tapi sebenarnya ia kurang mengerti dengan penuturan Rex yang bahasanya terlalu dewasa. Ingatan Rex terlempar pada Allard dan Harsha, kematian mereka masih sangat berbekas di hatinya.

"Aku... tidak mau kehilangan orang yang ku cintai lagi. Rasanya sangat sakit," gumam Rex seraya menatap langit-langit ruang makan.

"Sakit? Seperti jatuh dari sepeda?" tanya Andreas.

Rex menatapnya dan tersenyum, "Lebih sakit dari itu."

"Jadi.. kau jatuh darimana?" tanya Andreas lagi.

"Jurang," jawab Rex.

Andreas terkejut dan menatap seluruh tubuh Rex, "Wow! Tapi kau terlihat baik-baik saja, hanya ada luka di tanganmu."

"Apa yang kau lihat kadang tidak seperti yang kau pikirkan. Kau tidak tahu bagaimana jiwaku yang berkecamuk. Rasanya nyawaku seperti tercabut dari raga, tapi takdir belum menyuruhku mati. Beberapa hari terakhir seperti itu yang ku rasa. Seandainya bisa, aku ingin aku selalu hidup, aku tidak mau meninggalkan dia. Dia, Litziku. Jika aku mati, maka Litziku sendirian. Aku satu-satunya orang yang benar-benar dia miliki di dunia ini, andaikan dia tahu itu." Papar Rex dengan pandangan kosong.

Litzi memegang erat pagar lantai dua dan air matanya kembali jatuh setelah mendengar perkataan Rex sejak tadi. Gadis itu merasa tersiksa melihat kesakitan Rex. Andreas tidak menyimaknya, ia sibuk menyolek cream dalam mangkuk kecil disisi waffle yang tersisa lalu mengemutnya.

"Kau ini apa, Rex? Bicara dengan seorang bocah?" Rex menertawai dirinya sendiri sambil melihat Andreas.

Rex mendesah, "Seandainya saja kau dengar semua kata-kataku tadi, Litzi."

*****

Tadinya mau update besok or minggu biar sekalian banyak, tapi banyak yang minta cepetin di update. Aku kasian sama kalian yang udah gregetan. So, maklumin kalo dikit, emang ini cuma 1892 kata. Biasanya 1 part aku update lebih dari 3000 kata.

Yang mau lihat video The Most Charming Man [Stories of PuspitaRatwati] bisa cek di IG @puspita_ratnawati & @mkzie_series. Mereka di pilih berdasarkan hasil voting. Yuk, lihat siapa aja tokoh cowo dari semua ceritaku mulai urutan 16 sampai 01.

.
.
.

👉 Please, give me vote and comment 👈

PuspitaRatnawati

16.Maret.2018

(21:05)

*_ _NEXT TO PART 59_ _*

Continue Reading

You'll Also Like

MEANDRA By quemichen

Teen Fiction

207K 8.3K 99
Diiincar oleh para lelaki the geng Badboys berkelas untuk dijadikan pacar 'istimewa' oleh mereka yang begitu menginginkannya. Dia adalah Mea Alestara...
5.9M 220K 61
Nerd? Pasti identik dengan yang lemah, penakut tapi tidak untuk nerd yang satu ini.... Kisah seorang troublemaker yang berubah menjadi nerd Kisah se...
6.5M 221K 29
SUDAH TERSEDIA DI PLATFORM KUBACA. (Mature Romance) Gilbert Jerr Alessio, pemilik agensi modeling terbesar di daratan Amerika dan Eropa. Bastard, bia...
315K 5.7K 11
SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOKS. Alexander James Winstone Aku mengenalnya. Gadis yang hilang bagaikan ditelan bumi saat memutuskan belajar di Pa...