Verin (vernon & inge)

By dedesWhite

12.1K 927 156

Menceritakan tentang hubungan dini yang terjalin antara inge dan vernon yang harus menyembunyikan status mere... More

❄ Satu
❄ Dua
❄ Tiga
❄ Empat
❄ lima
❄ Enam
❄Tujuh
❄ Delapan
❄ Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh belas
Delapan belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh tiga
Dua puluh empat
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh tujuh
Dua puluh delapan
Dua puluh sembilan
Tiga puluh
Tiga puluh satu
Tiga puluh dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh empat
Tiga puluh lima(End?)

Empat belas

392 25 0
By dedesWhite

Brama dan dokter bima berjalan tergesa-gesa menuju ruangan inge dengan seorang penghulu. Ya keduanya sepakat untuk melaksanakan akad nikah malam itu juga meskipun malam semakin larut dengan mahar seadanya. Belum sempat keduanya masuk ke ruangan inge. Diva muncul dari balik pintu dengan berlinang air mata. "Yah inge pergi, dia ninggalin kita".

"Maksud bunda apa?". Tanya brama shock sekaligus terkejut mendengarnya. Sementara dokter bima terlihat sedikit kecewa. "Jadi bagaimana pak, dimana mempelai wanitanya?". Tanya pak penghulu itu kebingungan. Menyadarkan brama akan situasi yang mereka hadapi karena kepergian inge.

"Mempelai wanita?". Diva menatap brama meminta penjelasan. Lalu beralih menatap dokter bima.

"Iya bun, ayah berniat menikahkan inge seperti keinginan bunda". Diva memejamkan matanya membuat air matanya kembali menetes. Memikirkan harapannya yang tidak mungkin bisa terjadi karena inge menghilang begitu saja.

"Itu memang keinginan bunda, tapi itu gak mungkin terjadi yah, inge ninggalin kita, dia pergi yah". Lirih diva terus menangis.

"Inge pasti dengar semuanya yah". Ucap diva semakin terisak. Brama hanya bisa terpaku di tempatnya sekali lagi ia merasa telah gagal menjadi seorang ayah. Bagaimanapun sebagai seorang ayah ia menginginkan yang terbaik untuk inge namun seakan tuhan tak menyetujui semua itu brama justru menciptakan masalah baru yaitu kehilangan putri satu-satunya.

"Jika mempelai wanitanya tidak ada, maaf saya harus pergi". Tegas pak penghulu merasa kedatangannya sia-sia.

"Maaf pak kami tidak bermaksud menyusahkan bapak, sekali lagi kami minta maaf". Ucap dokter bima merasa tak enak.

"Yasudah, assalamu allaikum".

"Wa allaikum sallam". Ucap brama dan dokter bima bersamaan dengan rasa bersalah terhadap sang penghulu yang telah datang di jam selarut itu hanya untuk menikahkan inge dan dokter bima. Namun ternyata tuhan memiliki rencana lain untuk inge.

"Maaf nak bima, semuanya terjadi begitu saja". Ucap brama dengan sorot mata kesedihan yang begitu mendalam.

Dokter bima tersenyum menyembunyikan kekecewaannya. "Tidak apa-apa pak, saya mengerti".

Brama segera menghampiri diva yang terlihat sangat rapuh karena kehilangan inge. Naluri seorang ibu selalu merasakan apa yang dianggapnya buruk terhadap kondisi anaknya. Apalagi kondisi inge yang tengah hamil muda membuat diva terlalu berat menerima jika inge memilih meninggalkan mereka daripada harus dinikahkan dengan dokter bima.

Dokter bima menghela nafas kasar harus menelan kekecewaan dengan situasi yang dialaminya. Gagal menjadi suami sekaligus penyelamat bagi keluarga inge. Siap berkorban nyatanya tak bisa menentukan kebahagian berada di depan mata karena yang di atas telah mengaturnya dengan skenario yang begitu apik dan sulit untuk ditebak manusia.

Sementara sosok gadis yang menjadi kekhawatiran bagi brama dan diva terlihat berjalan tanpa tahu arah terus mengarahkan pandangannya ke depan terlihat ketakutan dan masih mengenakan pakaian pasien rumah sakit dengan bertelanjang kaki. Inge terus menyusuri jalan yang sudah terlihat sepi karena malam semakin larut. Angin malam yang terasa menusuk kulitnya membuat inge memeluk tubuhnya erat  merasa kedinginan. 

Saat menyebrangi jalan sebuah mobil sedan berwarna silver melaju dari arah kanan inge. Inge yang tak sadar akan hal itu terus berjalan karena mobil itu terlihat terburu-buru dan tak sempat membunyikan klakson. Ketika mobil sedan itu mulai mendekati inge sang supir segera merem mobilnya tepat di hadapan inge. Inge membulatkan matanya shock tak bisa bergerak dari posisinya, ia bagaikan patung yang sebentar lagi ambruk jika terhempas sesuatu. Silauan cahaya lampu mobil yang menyorotinya membuat gadis berambut pendek itu memejamkan matanya menangis dalam diam seakan baru menyadari posisinya, keringat mulai membasahi pelipisnya. Wajah dan bibirnya yang begitu pucat membuatnya semakin terlihat menyedihkan. Inge yang semakin ketakutan ambruk begitu saja merasakan keras dan dinginnya aspal di malam hari.

"Bunda... Ayah....hiks hiks ". Inge terbangun dari tidurnya dengan posisi terduduk dengan nafas memburu seperti habis berlari berjam-jam. Ia segera menyeka air matanya yang tak tahu kapan telah membasahi pipinya. Inge sadar jika ia baru saja bermimpi dan mimpi itu kembali membawanya ke masa lalu, masa yang telah ditinggalkannya tiga tahun lalu dengan rasa bersalah yang amat besar terhadap kedua orangtuanya hingga saat ini.

Tanpa sadar air matanya kembali menetes masih menyisakkan rasa bersalah yang begitu besar terhadap kedua orang tuanya. Inge memejamkan matanya membuat tetesan demi tetesan air matanya kembali mengalir.

Pagi jam 06:00

"Mam....  ellen mau susu". Ucap ellen seraya menarik rok sekolah inge dengan ekspresi bingung memperhatikan inge yang terlihat resah akan sesuatu.
Inge sudah siap-siap ke sekolah, namun ellen terus saja menarik rok sekolahnya meminta susu. "Bentar sayang". Inge terus menatap pantulan dirinya pada cermin, bukan melihat penampilannya melainkan melihat penampakan wajahnya yang begitu aneh dengan mata sedikit bengkak.

Inge mengambil riasan wajah sedikit menutupi area matanya yang sedikit bengkak. "Mam ellen mau susu".

"Siap my princess, saatnya minum susu". Inge menunduk mencolek hidung mungil ellen membuat gadis mungil itu tersenyum mengerutkan hidungnya. Melihat ekspresi ellen yang terlihat lucu inge gemas sendiri dan langsung menggendong ellen tak lupa mencium pipi tembem ellen.

Lain halnya dengan el, bocah lelaki yang terlihat pendiam itu sudah menyantap sarapannya dibantu bude irna. Sementara oma warsa dan mbak ida sedang menyiapkan roti lapis untuk sarapan inge.

"Selamat pagi oma, kak el, mbak ida dan bude". Ucap inge meniru suara ellen.

"Pagi". Ucap semuanya tersenyum melihat kedatangan keduanya.

"Good boy". Inge menghampiri el lalu mengelus pucuk kepala el yang sedang lahap menyantap sarapannya tanpa menghiraukan inge. Inge mengerutkan kening heran melihat respon el padanya. "Merasa sudah biasa dengan respon el yang seperti itu inge tidak terlalu memikirkannya.

"Sekarang princess ellen duduk". Menarik kursi untuk ellen.

"Mmm... Gak mau, maunya sama mam".

"Loh cucu oma kenapa jadi manja gini". Oma warsa mengerutkan kening sedikit bingung melihat ellen yang sejak tadi terus menempel dan mengikuti kemana pun inge pergi.

"Yaudah, ellen makan sama mam".

Inge duduk di samping el dengan ellen yang berada dipangkuannya.

"Ini susu dan loti coklat ellen". Mbak ida menaruh susu putih kesukaan ellen tak lupa memegang pipi ellen karena gemas". Gadis mungil itu tersenyum dengan mata berbinar duduk dipangkuan inge. Padahal di meja makan itu sudah tersedia kursi khusus untuknya seperti yang dipakai el. Namun gadis mungil itu ingin makan dipangkuan inge. Bude irna dan oma warsa tersenyum melihat kedua anak kembar itu terlihat sangat lahap menikmati sarapan mereka.

Oma warsa beralih menatap inge yang hanya diam saja terus menyuapi ellen.

"Inge?".

"Hm, I-ya oma?".

"Kamu gak sarapan?". Oma warsa menyipitkan matanya memperhatikan sikap inge yang aneh tak seperti biasanya. "Inge sarapan di kantin sekolah aja oma udah mau telat". Inge segera meminum susunya mulai memikirkan cara untuk menghindar dari ellen. Seakan tahu pikiran inge oma warsa bertindak terlebih dahulu.

"Ellen makan sama oma yuk". Ajak oma warsa ingin membantu inge agar berangkat ke sekolah.

Ellen menggelengkan kepalanya.  "ellen mau sama mama". Mbak ida, bude irna dan oma warsa kebingungan harus melakukan apa untuk membantu inge.

Biasanya jika inge akan berangkat ke sekolah oma warsa selalu mengambil alih ellen dan gadis kecil itu menurut namun kali ini ellen seperti tak bisa melepas ibge begitu saja.

"Ellen mam mau pis, maukan makan sama oma?". Bujuk inge.

Ellen mengerucutkan bibirnya terlihat enggan. El turun dari kursinya dibantu bude irna lalu mendekati inge dan ellen. "Ellen ayo main sama kak el". Ajak bocah lelaki itu membuat inge tertegun bahkan oma warsa, mbak ida dan bude irna terkesan akan tindakannya.

Ellen masih terdiam melihat tangan el yang mengajaknya lalu beralih menatap sarapannya. Dan ternyata dewi fortuna memihak pada inge. Ellen menganggung menerima ajakan el.

Inge menurunkan ellen dari pangkuannya. Dua anak kembar itu berjalan menuju ruang bermain sambil bergandengan tangan.

Mereka anak lo ver, anak kita.

_________

Dalam perjalanan ke sekolah, nasib sial justru menimpa inge. Ban mobilnya kempes, sementara jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit.

"Aduh, bisa telat gue kalau kayak gini". Ucap inge kebingungan melirik ban mobilnya yang tak pengertian.

"Mana gak ada taksi lagi".

Inge berdiri menyadar pada mobilnya. Mencoba memikirkan sesuatu yang mungkin bisa membantunya. Seakan menyadari sesuatu inge segera membuka pintu mobilnya lalu mengambil ponselnya.

"Taxi online".
Inge segera membuka aplikasi grab untuk memesan taxi.

"Mogok ya?". Tanya seseorang. Inge menoleh menatap sosok itu ragu-ragu.

Deg

"Vernon?".

Ternyata keraguan dan detak jantung inge seakan menjawab siapa sosok yang baru saja menghampirinya.

Vernon a.k.a Karel.
(Author pake nama karel ya).

"Lo?". Inge meneguk salivanya saat bertemu pandang dengan karel yang masih mengenakan helm dengan kaca terbuka. "Oh iya, lo kan cewek yang kemarin".

Inge tersenyum getir, memikirkan seharusnya bagaimana vernon menyapanya.

Inge? Aku kangen sama kamu. Memeluk inge dengan erat. Inge menangis dalam pelukan vernon.

Namun semua itu hanya sebuah hayalan semata. Saat ini keduanya seperti orang asing yang saling memandang tak bisa memahami satu sama lain. Disatu sisi seseorang mengetahui segalanya, namun di sisi lain seseorang membutuhkan waktu untuk mengetahui segalanya.

Sanjaya dan maria berada dalam perjalanan menuju kantor. Namun Maria tak sengaja melihat karel sedang bertatapan dengan seorang gadis yang terlihat tak asing di matanya. "Pi berhenti!". Ucap maria seperti mengenali inge. Sanjaya mengerutkan keningnya langsung menghentikan mobilnya seperti keinginan maria.

"Ada apa mi?". Tanya sanjaya kebingungan.

"Itu karel lagi sama... ".
Maria membulatkan matanya lalu memekap mulutnya saat melihat jelas wajah gadis yang bersama karel yang tak lain adalah inge. "Pi...gawat Itu vernon lagi sama inge".

To be continue

Jgn lupa vote and comment ya 🤗
Jujur author ngggak tau ceritanya msh nyambung atw gak 😓
Semoga part kali ini kalian suka. Untuk ceritax author akan banyak memberikan sedikit kejadian untuk 3 tahun lalu. Apa sj yg dialamin verin. Utk part kali ini melalui mimpi untuk next.... Tunggu aj

See next chapter.

Desi. S

Continue Reading

You'll Also Like

483K 51.3K 21
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
488K 37.2K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
861K 64.8K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...