Verin (vernon & inge)

By dedesWhite

12.1K 927 156

Menceritakan tentang hubungan dini yang terjalin antara inge dan vernon yang harus menyembunyikan status mere... More

❄ Satu
❄ Dua
❄ Tiga
❄ Empat
❄ lima
❄ Enam
❄Tujuh
❄ Delapan
❄ Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Empat belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh belas
Delapan belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh tiga
Dua puluh empat
Dua puluh lima
Dua puluh enam
Dua puluh tujuh
Dua puluh delapan
Dua puluh sembilan
Tiga puluh
Tiga puluh satu
Tiga puluh dua
Tiga puluh tiga
Tiga puluh empat
Tiga puluh lima(End?)

Tiga belas

261 24 6
By dedesWhite

Oke, author lanjutin....

Ini buat pada yang penasaran sama kelanjutan cerita verin, tapi berhubung si vernon gak tau knp ganti nama so author bakal ganti jadi karel ya guys....
Di part kali ini author bakal jelasin ke kalian bgmn hidup vernon as karel. Okey...

Chek it out!


Saat ini karel berdiri menghadap cermin besar yang berada dalam kamarnya. Menatapi pantulan dirinya sendiri, meneliti seluruh lekuk wajahnya. Lagi-lagi pikirannya kembali mengingat pertemuan singkatnya dengan kedua bocah kembar yang terlihat mirip dengannya.

Sesekali ia memasang muka datar dan tersenyum menyerupai ellen dan el. Merasa dirinya menjadi aneh semenjak pulang dari mall, karel geli sendiri. "Gue kenapa coba jadi aneh kayak gini". Mengaruk lehernya yang tak gatal. Lalu berjalan keluar dari kamarnya.

"Hey... Sayang, gabung yuk". Ucap seseorang membuat karel tersenyum mendekati dua orang yang tengah asik menonton televisi di temani secangkir teh hangat.

"Mi, pi, karel mau cerita sesuatu". Maria dan sanjaya saling melirik lalu beralih pada putra mereka yang terlihat semangat tak seperti biasanya. "Sayang.... Kamu baik-baik aja kan?". Maria terlihat khawatir. "Emang karel kenapa mi?, perasaan karel oke-oke aja. Balik menatap kedua orang tuanya bingung. "Gak apa-apa sayang, mami hanya khawatir kamu pusing kayak kemarin". Maria tersenyum masam. "Emang kamu mau cerita apa sama mami dan papi hm?. Tanya Maria seakan menanti karel mengatakan sesuatu. "Gak jadi mi kali kali aja karel ceritain". Sanjaya dan maria saling melihat karel sesekali tersenyum. "Karel kamu gak lupa kan sama janji kamu ke papi". Kini giliran sanjaya membuka pembicaraan. "Gak pi karel ingat". Menatap serius tayangan salah satu siaran televisi di hadapannya. Menyembunyikan kenyataan sesungguhnya bahwa ia sudah melanggarnya karena inge.

Di tempat lain, inge sedang bermain petak umpet bersama el dan ellen. "Mama datang!". Inge mulai mencari tempat persembunyian el dan ellen mulai dari balik gorden, bawah ranjang hingga kamar mandi. "El, ellen... ". Memeriksa setiap sudut ruang kamar el dan ellen namun nihil kedua tak ditemukan inge. "Kok gak ketemu-ketemu ya". Gumam inge mulai lelah. "El, ellen udahan yuk. Mama capek nih". Inge menyerah. Ellen tersenyum dari balik selimut sementara di sampingnya el tertidur dengan wajah polosnya.

"Mama ellen di sini". Refleks inge menoleh ke arah datangnya suara. Lagi-lagi gadis mungil itu terkikik dari balik selimut membuat pergerakannya sedikit terlihat. Inge tersenyum berjalan mendekati ellen.  "Dapat!". Inge memeluk ellen yang berada dibalik selimut membuat gadis itu tertawa karena sudah tercyduk wkk wkk.

"Mama kebelatan". Inge segera mengangkat tubuhnya lalu membuka selimut ellen. Ellen tersenyum kearah inge dengan wajah lucunya. Inge membalasnya dengan mencubit pipi putrinya gemas. Pandangan inge beralih pada bocah lelaki yang tertidur pulas di samping ellen. "Sstt". Ellen menatap inge dengan menempatkan jari telunjuknya di bibir mungilnya mengisyaratkan jika el sedang tidur. Awalnya el memang tak berminat bermain petak umpet namun ellen memaksanya. Akhirnya el mau tetapi ujung-ujungnya malah tertidur pulas.

"Ellen, el oma datang". Oma warsa muncul dari balik pintu. Gadis mungil itu memperbaiki posisi badannya duduk dengan mata berbinar melihat kedatangan oma warsa dengan dua mainan di tangannya. "Ye... Oma bawa mainan buat ellen". Inge hanya bisa tersenyum melihat kegirangan ellen. "Tapi kak el udah bobo oma". Gadis mungil itu mengayumkan bibirnya sedih. "Udah gak apa-apa kan ada oma dan mama, iyakan oma?".

"Iya dong kan ada oma. Sini sama oma biar mama aja yang nemanin kak el". Oma warsa membawa ellen keluar kamar. Sementara inge memperbaiki letak selimut el yang tak karuan karena ulah ellen. "Papa". Gumam el dalam tidur pulasnya. Inge termangu mendengarnya matanya mulai memanas, selama ini bocah beralis tebal itu tak sekalipun menyebut kata papa apalagi di depan inge kecuali ellen yang selalu menanyakan keberadaan vernon. Namun saat ini inge mendengarnya sendiri dari bibir mungil el meskipun hanya sebatas gumaman namun cukup memperlihatkan jika bocah lelaki yang sebentar lagi berumur empat tahun itu sangat merindukan sosok ayah di sampingnya.

Inge memejamkan matanya bersamaan dengan sebulir air bening menetes dipipi mulusnya. Inge lelah, inge tak sanggup lagi dengan situasinya. Jika tersenyum hanya untuk menyembunyikan luka dan rasa sakit seseorang sebagai topeng maka bagi inge ia tak perlu tersemyum untuk semua itu cukup dengan melihat kedua anaknya tersenyum semua rasa sakit yang dirasakannya akan tergantikan. Namun ternyata ia salah besar tanpa ia sadari selama ini ia sudah menyakiti perasaan kedua buah hatinya.

Inge mengecup pucuk kepala el dengan sayang. "Maafin mama el, mama gak tau harus ngelakuin apa untuk bisa membawa kalian bertemu papa".

"Mama janji suatu hari nanti kalian pasti ketemu papa". Saat akan beranjak dari ranjang sesuatu yang terselip di bawa bantal el menghentikan gerakan inge. Inge menatap el sejenak lalu menarik benda itu yang tak lain adalah sebuah foto dengan tulisan tangan inisial verin tercantum di sana. Inge menelan salivanya susah payah kembali menatap el. Tanpa membuang-buang waktu inge segera membalik foto itu dan menemukan wajah dirinya yang sedang tersenyum bersama vernon. "El?". Tubuh inge menegang, susah payah ia menyembunyikan jejak vernon termasuk foto-fotonya bersama vernon. Ternyata sia-sia saja, bocah jenius itu sudah mengenal wajah vernon tanpa sepengetahuan inge.

Inge kembali menatap foto dirinya bersama vernon.

Flashback

"Ver foto dong". Inge menyodorkan ponselnya pada vernon lalu berpose dengan gaya ala kids jaman now. Vernon mengambil ponsel inge ragu-ragu. Sesekali melirik ke sekitarnya kemudian memperhatikan inge yang berpose berlebihan. "Ver?". Inge menatap vernon bingung. "Ver lo dengar gue gak sih?".

"I-ya".

"Niat gak sih bantuin gue? Oh gue tau". Inge mendekati vernon lalu mengambil ponselnya di tangan vernon. "Loh kok diambil?".

"Kalau nunggu lo fotoin gue entar gue jadi patung". Inge mengganti arah kamera ponselnya untuk selfie tak lupa menarik vernon mendekat padanya. "Kimchi".

Cekrek

Hasil jepretan selfie mereka membuat inge tertawa, bagaimana tidak ekspresi vernon seperti orang kebingungan sedangkan inge tersenyum seperti tak punya dosa.

Flashback end

Inge menyeka air matanya merasa sudah cukup. Ia harus menyudahi semuanya. Dengan meyakinkan diri inge merobek foto itu menjadi beberapa bagian. Lalu membuangnya ke tempat sampah. Mengharapkan seseorang yang telah melupakan semua kenangan mereka mungkin sudah cukup. Tak ada lagi air mata dan kesedihan dalam hidup inge. Mungkin dengan begitu inge akan melupakan semua kenangannya bersama vernon.

Malam semakin larut memeluk sang kegelapan menyisahkan suara jangkrik. Inge berdiri menatap langit yang dipenuhi banyak bintang dari balik jendela kamarnya. Sampai dirasanya cukup inge memutuskan untuk tidur.

Saat memejamkan mata membiarkan beban pikirannya masuk kedalam tidurnya. Suara vernon tiba-tiba hadir di benak inge.

Lo gak mimpi, gue emang vernon, ini rahasia diantara kita ok?".

Inge membuka kelopak matanya, sejenak memikirkan kemungkinan yang terjadi pada vernon. "Apa jangan-jangan vernon lupa ingatan?".

Inge beranjak dari ranjang queen size miliknya memeriksa sesuatu pada loker meja belajarnya.

Inge membuka buku catatannya mencari nama seseorang. Inge akhirnya menemukan nama yang di carinya. Inge mengambil ponselnya lalu menyalin no ponsel itu. Inge mulai menelfon dan tanpa ia duga panggilannya tersambung.

"Halo?".

"Ha-lo, apa benar ini dengan bi marni?".

"Iya benar, ini siapa ya?".

"Ini... Teman vernon bi".

"Teman vernon?". Tanya bi marni terdengar heran.

"Iya benar bi, kalau boleh tahu bibi tau tidak saat ini keluarga pak sanjaya tinggal di mana?".

"Maaf dek bibi tidak tahu tentang hal itu, terakhir kali bibi dengar mereka pindah ke bandung semenjak den vernon keluar dari rumah sakit".

"Rumah sakit?". Inge menelan salivanya. "Vernon sakit?". Batin inge terkejut. Akhirnya sedikit demi sedikit kebenaran akan vernon sudah terkuak. "Bi, emang vernon sakit ya?".

"Kurang tau dek, Maaf dek bibi sedang ada urusan jadi gak bisa lama-lama nelfonnya".

"Ah iya bi makasih atas infonya".

Tutttt 

Untung saja nomor telpon yang pernah diberikan vernon bisa bermanfaat bagi inge meskipun hanya mengetahui apa yang terjadi pada vernon sebelumnya tetapi itu sudah cukup untuk inge. Dengan informasi itu inge sudah bisa memastikan jika vernon mengalami kecelakaan dan itu menyebabkan vernon kehilangan ingatannya.

Inge terduduk dilantai dengan lesu. Kembali membayangkan pertemuannya dengan karel yang tak lain adalah vernon. "Vernon pasti lupa ingatan karena kecelakaan".

"Gue harus balikin ingatan vernon, gue gak boleh nyerah karena vernon adalah suami gue". Inge berlari keluar kamar. 

"Gue pasti bisa balikin keadaan vernon kayak dulu lagi demi el dan ellen".

Inge membuka pintu kamar el dan ellen dan langsung menghampiri tempat sampah. Mencari sobekan foto yang dibuangnya tadi. Inge terus mencari namun nihil satu potongan foto pun tak ditemukannya. Inge kebingungan berfikir sejenak, ia tak lupa sobekan-sobekan fotonya bersama vernon jelas-jelas dibuangnya ke dalam tempat sampah yang berada di kamar el dan ellen. Dan tiba-tiba hilang begitu saja. Inge semakin berfikir keras kira-kira siapa yang mengambilnya. "Itu gak mungkin el". Batin inge mengelak jika el yang mengambilnya karena sejak tadi el sudah tertidur. Padahal foto itu satu-satunya kenangan yang tersisa bersama vernon yang mungkin bisa membantunya untuk mengembalikkan ingatan vernon.

To be continue

Mungkin cukup untuk part kali ini, see u in the next chapter guys. Jgn lupa vote.

Part selanjutnya kemungkinan alurnya kembali a.k.a flashback.
Jika ada kesalahan tulisan atau ceritanya gak nyambung atw aneh. Monggo di comment

Thank you.....

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 119K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
488K 53.2K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
824K 99.9K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
3.3M 166K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...