NURANI

By VorellaVe

89K 1.3K 100

Pergumulan nurani yang terbesar... terkadang adalah melawan diri sendiri... melawan keinginan yang salah, mel... More

NURANI
MONICA DAN COYOTE
RYAN TIDAK TIDUR
GELITIK
DATANGNYA UTUSAN BARU
MIRA
MAAF...
SENANDUNG VICTOR
KEJUTAN
MENUNGGU...
MENATAP UNTUK TERAKHIR KALINYA
PERMATA YANG DI TUKAR
ANTONIUS SUDAH BERUBAH...
WELCOME BACK, HEGA...
ANTARA HEGA DAN MIRA...
TATAPAN MIRA
YANG TERISTIMEWA DAN YANG TERABAIKAN...
BUAH KESALAHAN
ADAKAH TEMPAT BAGIKU?
MENGEJAR MIRA...
MENDENDAM...
PASCA OPERASI
HARI-HARI MEMBAYAR HARGA
LUAPAN KEBENCIAN MIRA
HARAPAN DAN PENGORBANAN
AWAL YANG BARU
PAHLAWAN HATI
MOTHER'S HEART TERAPHY CENTRE
PERSAHABATAN
HATI BATU
KEMBALI PULANG...
FAJAR DI PAGI HARI
KESEMPATAN BAIK
INDAH PADA WAKTUNYA
TUNTAS...
MERPATI HATI
PESTA
BASA-BASI SEBELUM CIAOOBUUUUT...

DETIK-DETIK...

1.9K 28 1
By VorellaVe

DETIK-DETIK...

Hari-hari yang membuat terlena… hari-hari tanpa akal sehat… Hega tahu Greta membutuhkannya… Tapi Hega beralasan pada Greta, “Greta… kamu harus mandiri… saya gak bisa tempel kamu terus… malam ini saya ada urusan darurat…”

Hega bahkan tidak melakukan cross check lagi terhadap jumlah setoran Yanto dengan pernyataan customernya…

Dan Antonius tidak sibuk lagi mencari barang… Ia beralasan pada Stanley, “Stan… kamu kan dah saya ajarin… kalo gak ngerti atau kesulitan, minta tolong sama Pak Martin atau Pak Siswoyo…” dan Antonius tak menyebut-nyebut nama Hega sama sekali…

Antonius terus saja beralasan pada Mira, “Sori, mam… aku meeting mendadak lagi… mungkin aku gak pulang…”

Keindahan yang menyakitkan hati orang-orang di sekeliling Antonius dan Hega, terus berlangsung hingga enam bulan berikutnya… mereka begitu terlena dalam asmara yang terlarang…

Antonius melupakan semua janji hatinya di saat ia mengawali semua hubungannya dengan Mira dulu…

Antonius sedang merebahkan kepalanya dengan begitu nyaman di pangkuan Hega, di salah satu kamar suite di Hotel Hilton… Begitu banyak uang yang sudah mereka keluarkan untuk banyak malam bersama…

Dan sudah begitu banyak air mata yang dikeluarkan Mira yang terus-terusan di buat menunggu… Bahkan di malam ini… tepat di hari ulang tahun pernikahan Antonius dan Mira yang ke sebelas…

Mira sudah menitipkan anak-anaknya di rumah mamanya. Karena Antonius berjanji, tepat di malam minggu ini, ia akan pulang… Ia mengaku sedang ada outing di luar kota selama seminggu… sudah seminggu penuh Antonius tidak pulang… dan bahkan tidak menelepon. Bila Mira menelepon, Antonius selalu cepat-cepat menyudahi… Antonius selalu bilang meeting masih sedang berlangsung… ada masalah serius dan sebagainya…

Dan semakin lama,,, Mira semakin merasakan suaminya telah terhilang… ia tak mengenali lagi siapa Antonius yang sekarang… Antonius selalu terlupa… Selalu menerima telepon keluar rumah… selalu pulang larut malam… selalu lelah bila Mira ingin bersentuhan dengannya… selalu tak punya waktu, tak punya tenaga dan tak punya uang untuk Mira dan anak-anaknya… Mira bisa merasakan firasatnya kali ini benar… Ia mendapat mimpi berkali-kali… melihat Antonius di pelukan seorang perempuan… Dan ia banyak menemukan hal-hal mencurigakan lainnya…

Malam ini, Mira masih kuat menunggu… hanya untuk malam ini… Bila malam ini Antonius tak juga muncul… Mira sudah mengepak semua pakaiannya di dalam satu kopor yang cukup besar. Ia akan pergi selamanya… Ia merasa dirinya sudah tak diharapkan lagi…

            Hega masih asik membelai rambut Antonius dan mencabut beberapa helai uban. Antonius menatap ke langit,,, menikmati rebahannya di balkon kamar suitenya yang beratap terbuka… melihat ke bintang-bintang… hatinya mulai gelisah… “ga…”, katanya pelan.

            “Ya, sayang?” Hega tersenyum di atas wajah Antonius.

            “Aku harus pulang, ga…”, kata Antonius lagi. Pelan.

            “Apa itu yang kamu mau?”

Antonius tampak berpikir. “Aku masih kangen sama kamu… tapi… hari ini,,, hari ulang tahun pernikahanku dengan Mira…”

Hega terdiam. Ia menatap Antonius lagi. “Aku cuma tanya… apa itu yang kamu mau? Jawab aja… gak apa-apa, kok…”

Antonius bangkit untuk duduk dari pembaringannya. “Aku… agak khawatir dengan Mira… sudah seminggu penuh, aku gak pulang… aku dah nemenin kamu di sini sampe sekarang…”

Hega langsung beringsut bangkit dari duduknya, masuk ke dalam kamar. Antonius segera menyusulnya…

            “Jadi… itu yang kamu mau?”, tanya Hega lagi.

            “ng… gimana juga… Mira masih istri aku, ga…”

            “Enak, ya… kamu jadi’in aku cadangan di sini…”

Antonius mendesah panjang. “Bukan gitu, ga… kan kamu tau… Mira itu masih istri aku…”

            “Lalu aku siapa?”, tanya Hega. Menatap Antonius dengan tajam. Matanya berkilat basah. “Setiap saat kamu harus pergi dan bilang… kalau Mira masih istri kamu… aku sering bertanya… apa nama untuk aku… siapa aku?”

Antonius terdiam. “Aku sayang kamu, ga… aku cinta kamu, ga… tapi Mira…”

            “Itu semua omong kosong”, potong Hega. “Gak ada cinta menginjak dua perahu sekaligus… Apa pulang ke Mira… yang paling kamu inginkan saat ini?”

Antonius merunduk. “ga…”

            “Jawab aja… apa itu yang kamu mau?”

Antonius mendesah lagi. “Aku juga punya anak-anak, ga…”

            “Aku juga bisa beri kamu anak, kalo kamu siap…”

            “Duh, ga… ng…” Antonius membuka mulutnya lebar-lebar,,, ingin berkata sesuatu,,, tapi tak ada yang keluar…

Hega mendengus. Lalu mendesis lirih… “Aku paham… kamu tidak menginginkan aku untuk selamanya kan?”

            “Bukan begitu… Ini semua terjadi begitu aja… kita saling jatuh cinta… tapi kamu kan tau… aku ini udah punya istri dan dua anak…”

            “Sekarang kamu bilang begitu… dulu, aku yang mengingatkan kamu begitu… tapi kamu gak mo lepasin aku…”

            “Sayaaaang…” Antonius menghampiri Hega,,, mencoba membelai rambutnya… tapi Hega menampik tangan Antonius… Antonius mendekat lagi… “Hei… aku tuh bukannya mau berpisah dari kamu… aku cuma harus pulang sekarang… nanti Mira curiga…”

            “Berarti, sebetulnya… kamu mau tetep di sini?”

Antonius terdiam. “ng…”

            “Kenapa gak kamu permudah hidup kamu… pilih Mira atau aku…”

            “ga… gak bisa gitu, ga…”

            “Bisa! Kenapa enggak? Kamu mau bersama aku terus kan? Atau kamu mau aku pergi selamanya?”

            “Ga… please… aku bener-bener harus pulang…”

            “Kamu sudah bosan dengan aku?”

Antonius mulai melangkah mendekati sofa di mana kemejanya tersampir… Ia memakai kemejanya… dan mulai mengancingnya.

Hega berdiri membelakangi Antonius. “Kalau kamu berani keluar dari sini… artinya… kamu memilih berpisah dengan aku…”, kata Hega tandas.

Antonius terhenyak. Terdiam. “Kamu yakin, kamu ultimatum aku kayak gitu, ga?" Ego Antonius mulai bangkit. Ia tidak suka di ultimatum seperti itu.

            “Kamu sendiri yang pilih… kamu keluar dari sini, berarti good bye forever…” Hega kembali mengulangi ultimatumnya. Ia berdiri membelakangi Antonius dengan tubuh bergetar… Ia tahu, ia memberi Antonius situasi yang sulit… yang memungkinkan Antonius tak memilihnya…

Antonius terdiam beberapa saat… Sambil terus melirik arlojinya… sudah pukul sebelas malam… NIT… Antonius mendengar bunyi pesan masuk di BBMnya. Dari Mira…

Antonius segera membuka pesan itu dan duduk di sofa untuk membacanya…

            “Sayang… terima kasih untuk sepuluh tahun mengenal kamu… terima kasih untuk setahun terakhir… kamu masih hadir meski dalam mimpi aku aja. Hari ini… aku putuskan untuk tidak menunggu kamu lagi. Aku baru menyadari… cinta tak bisa dipaksakan… batinku sudah menyadari… bahwa hati kamu, bukan milikku lagi. Dan aku minta maaf… aku tak punya kekuatan lagi menunggu kamu… kamu boleh berbahagia dengan siapapun yang memang membuat kamu berbahagia di luar sana… maafkan aku yang tak sempurna ini… yang tak sanggup membuat hati kamu tetap mencintai aku… sekarang, aku ucapkan selamat tinggal…”

            “Mira!” Antonius menyebut nama itu dengan panik. Ia takut Mira melakukan sesuatu untuk melukai dirinya sendiri…

Hega langsung berbalik menghadap ke Antonius saat nama Mira disebut-sebut…

            “Jadi kamu pilih Mira?!” mata Hega berkilat, berkaca-kaca...

Antonius merasa serba salah… Ia melihat Hega dengan tatapan tak berdaya… “Maaf, ga… aku gak bisa kehilangan Mira…” Antonius langsung memakai sepatunya, menggamit kunci mobilnya dan berlari pergi dari situ dengan segera…

Terdengar samar-samar suara Hega yang histeris memanggilnya. Tapi Antonius tak bisa menoleh lagi ke belakang… Ia sangat takut… Mira melakukan sesuatu yang nekad… Antonius berlari dengan sangat kencang menuju lift untuk membawanya ke basement tempat mobilnya di parkir…

            Mira meniup nyala lilin-lilin putih berukir melingkar yang sudah menyala sejak jam tujuh malam tadi. Lilin itu kini hanya tinggal seperempatnya saja… Mira meletakkan tudung saji ke atas masakan yang sudah terhidang di atas meja sejak jam tujuh tadi. Mira membalikkan kembali semua perkakas makan yang tadi membuka, untuk menutup. Ia menulis sebuah memo singkat untuk diletakkan di meja telepon. “Selamat tinggal.” Begitulah yang tertulis. Kalimat tersingkat yang pernah ditulisnya untuk Antonius…

            Antonius menelepon telepon rumah berkali-kali. Tapi tak di angkat-angkat. Ia mengebut seperti orang gila di jalanan yang agak sepi. Ia menghubungi telepon genggam Mira. Tapi mailbox. Antonius pun menelepon rumah mama mertuanya,,, berharap mira masih mau marah-marah padanya dan menunggu di sana… seperti biasanya,,, seperti dulu… tapi mama mertuanya itu menerima teleponnya dengan suara parau…

            “Halo…”

            “Ma! Mira ada di situ?”

            “ton… mama dah larang… tapi Mira bersikeras… dia bawa anak-anak pergi…” Mama mertua Antonius yang sudah menjanda sejak lama, terdengar sesegukan.

            “Pergi??? Pergi bawa anak-anak kemana? Emangnya Mira biasa pergi kemana?”

            “Kemana aja kamu, ton… sampai kamu gak tau???”

            “Gak tau apa, ma???”

            “Mira cerita kalo dia dapat tawaran apa lah gtu… mama gak ngerti… ikut proyek galeri dari kenalannya… memangnya kamu gak tau?” Mama mertua Antonius terus saja berceloteh. “Katanya, dia butuh biaya untuk sakitnya…”

            “Sakit? Mira sakit apa?”

            “Ton!!! Kamu kemana aja sampe gak tau Mira itu sakit udah sejak setahun yang lalu?!!!” Si mama mertua berkata dengan cepat dan tandas, tanpa memberi kesempatan untuk Antonius berbantah-bantahan.

            “Anton gak tau, ma… Mira gak ngomong apa-apa…”, sahut Antonius akhirnya, lemah…

            “Mama dah tanya,,, apa Mira dah kasih tau kamu… Mira tuh selalu menyepelekan penyakit! Jawabannya selalu santai! Selalu aja bilang gak apa-apaaa… mama pikir kamu dah tau! Dia bilang slalu check up bareng kamu!”

            “Mira sakit apa, ma?!!!” Akhirnya Antonius bertanya lagi dengan nada memaksa. Berharap sang mama mertua tak berlama-lama lagi untuk memberitahu.

            “Loh… jadi bahkan kamu gak tau,,, kalo hari selasa kemarin… Mira operasi???”

            “Apa??? Operasi apa, ma?!” Dada Antonius bergemuruh. Kilasan kenangan selama sepuluh tahun berkelebat di otaknya. Ia bisa melihat jelas bagaimana Mira menangis… bagaimana Mira tak pernah mau bilang kalau ia sedang sakit…

            “Ya, Tuhan… tooon… mama pikir kamu dampingin dia… karna mama nunggu’in anak-anak kamu di rumah… Mira bahkan gak mo bilang di mana dia operasi! Mama juga kebingungan dengan semua ini, toooon… mama nangis terus sudah berbulan-bulannn… memangnya kamu kemana aja?!!! Di telpon-telpon, susah banget kamu, ton!!!”

Antonius diam. Ia percaya kali ini mama mertuanya akan mengatakan padanya… semua pertanyaannya tentang Mira.. di mana Antonius, seorang suami yang menikahi Mira genap selama sebelas tahun sudah,,, tidak pernah mencaritahu tentang apa yang Mira alami dalam kesehariannya… apa yang Mira pikirkan atau rasakan… atau bahkan mencoba mengenali Mira yang sekarang…

Mama mertuanya akhirnya membuka mulut dengan gemetar…

            “Selasa kemarin, Mira habis operasi rahimnya, ton… katanya, ada kista… Seharusnya dia belon boleh jalan-jalan atau bergerak… mati-matian mama larang dia pergi… tapi dia tetep masuk ke mobil temen yang jemput dia… apa kamu juga gak tau siapa temennya? Dengan siapa dia bergaul selama ini? Mama liat Mira berubah, ton! Dia tertutup! Murung! Bahkan gak mo denger kata-kata mama lagi!!! Apa kamu tau sebenernya,,, selain sakit… ada apa dengan Mira?!!!” Suara si mama mertua berangsur terisak dan berubah parau. Ia sesegukan menangisi keberadaan Mira…

Antonius menggeleng. Ia tahu mama mertuanya takkan bisa melihat itu. Tapi ia tak sanggup lagi menjawab ataupun mendengar… ia mematikan telepon genggamnya. Sepanjang jalan ia terus memukul-mukul kepalanya sendiri… “Goblok!!! Goblok!!! Aku orang goblok sedunia!!!”

Ia menghentikan mobilnya di tepi jalan layang tol tempat mobilnya melaju. Menepi ke sisi jembatan. Keluar dari mobilnya. Duduk sejenak di pembatas besi jembatan, memandangi jalan-jalan di bawah dan gedung-gedung di seberangnya.

Sebetulnya sudah lama aku menrindukan kamu, ma, Antonius membatin. Tapi aku seperti terjebak dan sulit untuk berbalik...

Telepon genggamnya terus berbunyi. Tertera nama Hega di situ. Antonius tidak mengangkatnya. Hega… perempuan yang begitu sempurna untuk di miliki… tapi takkan menyelamatkan sisa hari-harinya bila Mira tak diketahui ada di mana… dan bagaimana keadaannya…

Antonius tahu kekacauan apa lagi yang akan menyambut hari-harinya ke depan… tidak ada Mira dan anak-anaknya lagi… dan pekerjaannya pun kacau balau… sudah lama ia tak fokus lagi mengawasi semua aktivitas anak buahnya. Begitu pun Hega. Mereka berdua sering menghilang mendadak di saat jam kerja. Dengan banyaknya alasan yang mereka bisa temukan untuk melancarkan kegiatan asmara terlarang mereka. Antonius menyadari,,, beberapa orang di kantor sudah mencium gelagat dirinya dan Hega yang tak baik… dan banyak orang yang sedang mengharapkan kejatuhannya,,, sedang menunggu-nunggu dengan perayaan mereka yang tersembunyi… Anak-anak buahnya mulai kehilangan rasa hormat dan penghargaan terhadapnya. Sekian lama, ia dan Hega dibutakan oleh apa yang mereka sebut “cinta”. Antonius berpikir bahwa sekarang… ia sedang menghadapi detik-detik terakhir kehidupan yang ia bangun selama bertahun-tahun untuk bahagia bersama keluarganya,,, untuk hancur lebur hanya dalam waktu beberapa bulan ia hidup dalam kesalahan… Ia sudah menerima kabar beberapa hari yang lalu… kalau beberapa anak buahnya ada yang melakukan penggelapan uang. Tapi ia tak menggubris hal itu. Karena ia sendiripun melakukan hal yang sama untuk euphoria bersama Hega. Selain kehilangan Mira dan anak-anaknya,,, ia akan menghadapi kehancuran karirnya… dan bahkan mungkin tuntutan pidana… tapi di detik-detik terakhir inilah, ia baru benar-benar membuka mata hatinya… atas apa yang sudah dilakukannya dan apa yang akan menantinya…

Telepon genggamnya terus berbunyi… Nama Hegalah yang masih tertera… Antonius berharap nama Mira yang akan muncul di layar telepon genggamnya. Mira biasanya selalu ngotot. Tak pernah mudah menyerah untuk mendapati dirinya atau bahkan sekedar untuk mendengar suaranya, bila Mira merindu. Kini, Antonius menganggap Mira tampaknya sudah benar-benar merelakannya…

Telepon genggamnya berbunyi dengan semakin menggila untuk membuat Antonius mengangkatnya. Antonius pun mengangkatnya…

            “Kamu sudah memilih.” Suara Hega berseloroh langsung begitu saja. Dengan berat dan bernada dingin. “Aku sudah menganggap semuanya berakhir. Dan aku berniat untuk menghapus kamu dari memori aku selamanya.”

            “Aku tau…”, jawab Antonius lemah.

            “Aku menyesal… sudah membuat kamu terjebak dengan aku. Aku sudah menyadari sejak awal… bahwa semuanya ini semu dan sementara… dan kamu akan membenci aku pada akhirnya...”

            “Aku gak pernah benci kamu, ga… Aku sama salahnya… Aku hanya menyesali…”

            “…menyesal… bertemu dengan aku?”

Antonius merunduk. Ia mulai terisak. Ia tak lagi berpikir laki-laki tak boleh menangis…

            “Aku menyesal telah mengijinkan diriku mengkhianati Mira…” Antonius mulai menangis meraung-raung.

Tak ada suara yang menyahut di seberang sana. Hening hingga beberapa saat… sampai akhirnya suara Hega yang datar dan dingin pun terdengar kembali… Antonius berpikir bahwa Hega mematikan perasaannya dengan begitu keras untuk bisa berbicara tanpa emosi…

“Sudah ku duga sejak awal… ini akan terjadi… Selamat tinggal, sayang…”, kata Hega untuk terakhir kalinya. NIT. Telepon dimatikan. Antonius memandang ke langit. Semua orang-orang dekatnya sudah pergi meninggalkannya…

Ia berpikir bahwa dirinya sudah menukar semua impian mulia bagi keluarganya dengan nafsu dan gairah sesaat…

Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
31.1M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
1.9M 92.6K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...