Dumb-Dumb ✓

By Lignenoiree

327K 38.3K 8K

Bermula dari kebencian berubah saling menyayangi.. Awal dua geng yang sering kelahi dengan satu pihak yang me... More

Prolog + Intro
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11 / Wenga Part
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28 / Wenga & Jungri Part
Chapter 29 / Vrene Part
Chapter 31 / JinRose Part
Chapter 32 / Seulmin Part
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50 (Last Chapter)
Epilog

Chapter 30

7K 765 457
By Lignenoiree

°°°

Rose mengerjapkan matanya. Kepalanya pusing dan pandangannya masih buram. Dia berusaha untuk bangun, lalu mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. "Gue di mana, ya?" gumam Rose bingung.

"Udah bangun?" tanya seseorang yang baru saja masuk.

"Lo siapa?" tunjuk Rose.

"Lo lupa sama gue?"

Rose berusaha untuk mengingat. "Ah, lo padi, kan?"

"Junaedi, sejak kapan nama gue ganti!"


"Intinya gue tau nama lo padi."

"Serah lo dah. Nih, makan!" June menyodorkan semangkuk bubur. Enak gak enak yang penting si Rose makan.

Rose menatap June curiga.

"Gak ada racunnya! Kalau gue mau apa-apain lo, udah kali dari tadi malam," celetuk June untuk menipis prasangka buruk Rose.

Rose langsung lihat pakaiannya. Alhamdulillah, masih lengkap. "Kok, gue bisa di sini?" Dia gak ngerti sama keadaannya tadi malam, seingatnya dia cuma nangis sehabis ngomong sama Jin, terus kabur gitu aja tanpa pamit sama teman-teman yang lagi kumpul di rumah Irene.

"Gue ketemu lo pingsan di jalan."

"Kok bisa?"

"Ya mana gue tau. Buruan makan ntar dingin!"

Rose menurut, lumayan sarapan gratis. Namun baru beberapa kali telan. Rose berhenti makan.

"Kenapa berhenti?" tanya June.

Rose menatap June. "Gak enak."

June pun mencoba bubur buatannya sendiri. Satu kata yang terlintas di kepala June saat itu 'Anjir' hambar banget. June ketawa kecil. Rasanya hambar doang kok, dipaksa telan makan juga bisa. "Ya elah ini enak kali," celetuknya lalu dia duduk di samping Rose.

"Muka lo enak!"

"Ini enak versi gue. Makan gak lo!" ancam June.

"Gak, gak ada rasanya, padi...."

"Eh, beras, kalau lo pingsan lagi gue yang repot!"

"Siapa minta direpotin sama lo!" Aduh, Rose kesal luar biasa.

"Kalau gak gue tolongin, paling lo sekarang udah digerogoti sama anjing."

"Gak mungkin!"

"Bacot, ah lo!" June mencubit lengan Rose. Gemas, sampai Rose merintih kesakitan. Dan hal itu menjadi kesempatan bagi June memasukan sesendok bubur ke dalam mulut Rose yang terbuka. "Telan, sayang, telan..." ucap June penuh kemenangan.

Rose menatap tajam June dengan mulutnya yang berusaha menelan bubur. "Kalau disemburin enak nih." Rose membatin. Berani main-main sama Rose. Dia punya seribu akal licik untuk dibalas. Baru aja Rose mau menyemburkan isi mulutnya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Refleks Rose dan June menolehkan kepala.

"Jin..."

Wendy sudah selesai sama mandinya, bahkan kini telah memakai pakaian rapi. Saatnya mengeringkan rambut basahnya agar tidak membasahi bajunya.

Melihat Wendy yang kesusahan, Yoongi pun mendekat untuk membantu, tentunya dengan ikhlas tanpa imbalan. "Kalau susah itu bilang, jangan cuma diam aja," ucap Yoongi.

"Lo-nya aja yang gak peka."

Yoongi-nya cuek, malah memilih mengendus leher Wendy daripada membalas perkataan cewek itu. "Ya ampun, kesayangan gue harum banget."

"Gak usah endus-endus! Geli gue," kesal Wendy, menjauhkan wajah Yoongi dari lehernya. Mentang-mentang dia habis mandi seenaknya endus-endus.

Yoongi tersenyum kecil. "Kita mau ke mana?" tanyanya.

"Mana gue tau!"

"Ke cafe depan komplek aja, yuk!"

"Hm," jawab Wendy sekenanya.

Entah mengapa Yoongi tiba-tiba jadi gemas dengan Wendy yang sok-sokan cuek. Tingkah Wendy ini mampu bikin perasaan dia semakin sayang setiap harinya. Dan hal yang gak disangka-sangka Wendy berbalik untuk memeluk dirinya.

Kemajuan yang sangat pesat.

Merasa mendapat lampu ijo, dia pun mencuri kesempatan yang selama ini ingin dia lakukan tapi selalu dia buang jauh-jauh demi Wendy yang nyaman dengannya. Tetapi, untuk kali ini dia tidak menahan lebih lama karena di dalam hubungan harus ada yang namanya bumbu kenikmatan yang dinikmati bersama untuk menggambarkan perasaan mereka masing-masing.

Dirinya mendorong Wendy hingga terjatuh bersama di ranjang. Meraup bibir itu dengan lembut, sehingga membuat Wendy sama sekali tidak berontak.

Lamban laun permainan semakin panas, dan keduanya tampak menikmati. Jika sudah begini, apakah Yoongi boleh bertindak lebih jauh?

Mari kita sensor bagian ini

Joy dan Hoseok lagi berkemas, berkemas barangnya Joy. Dengan hati yang senang Joy bersenandung riang, tentu saja dia akan tinggal bersama Hoseok lagi. Uh, pokoknya dia harus memantau Hoseok dan Momo yang sering ketemu. Dia gak suka ya, kalau Hoseok sama cabe-cabean itu sering berduaan, kalau ada dia, dia akan berusaha mengacaukan keadaan romantis itu. Btw, sebenarnya dia kenapa sih?

"Senang banget," ucap Hoseok sambil tersenyum memandang Joy.

"Iya, dong, kan bakal bareng kak Ji lagi."

Hoseok tersenyum kecil. Dia benar-benar mengkhawatirkan Joy. Bagaimana pun Joy ganasnya saat bersama Blackvelvet, Joy tetap cewek yang butuh perlindungan.

Selesai mereka berkemas, keduanya terdampar di lantai. Ternyata barang Joy banyak juga, biasalah namanya cewek, pikir Hoseok. Cowok itu pun memejamkan matanya sejenak. Sedangkan Joy, melirik sebelum mengulingkan tubuh untuk lebih dekat pada Hoseok. Dan hal itu membuat Hoseok terkejut, hingga refleks membuka mata.

"Kamu kenapa?" tanya Hoseok bingung, apalagi melihat Joy yang senyum lebar di dekat wajahnya. Sedikit aja Hoseok majukan wajah, bisa-bisa langsung kecium itu bibir.

Namun, ketika Hoseok ingin menghindar Joy malah memeluknya.

"Kak Ji, kok, gemesin, ya?"

Si Joy kesambet apa dah. Gak ngerti.

Apalagi Joy sampai menyentuh wajah Hoseok. Mulai dari alis, mata, turun ke hidung sampai ke bibir. Entah ketempelan setan apa, Joy makin berani memajukan wajahnya.

Sedikit lagi... sedikit lagi... yap!

HP Hoseok berdering. Membuat keduanya sadar, lalu terlihat canggung satu sama lain.

Hoseok buru-buru mengangkat panggilan itu untuk menghilangkan rasa canggung.

"Halo, Mo.."

"Momo lagi, si setan belum balik ke Jepang ternyata." Joy kesal dan membanting sendal rumah yang dia kenakan.

"APA!" Hoseok sontak bangun seolah-olah mendapatkan kabar buruk. "LO JANGAN BECANDA! LO DI MANA SEKARANG!" Hoseok semakin panik, dan bergegas mencari kunci mobil. “Tunggu gue, oke!”

Joy menatap Hoseok yang pergi tanpa pamit padanya. Jadi, Momo lebih penting gitu? Kesalnya nenjadi-jadi dan membongkar kembali barangnya yang sudah rapi di kemas. Pindahan gagal!

Irene dan Taehyung sedang duduk berduaan di ruang tengah rumah Irene. Nonton TV ceritanya. Si Taehyung gak pulang dari tadi dah, apalagi Tn. Bae sama Ny. Bae nitipin Irene ke Taehyung. Orang tua Irene pergi jalan, gak tau ke mana. Mentang-mentang Tn. Bae libur kerja kali, ya, jadi pengen mengenang masa muda mereka berdua.

"Tae, gak pulang?" tanya Irene.

"Gue kan jagain lo," jawab Taehyung sembari fokus pada siaran TV.

"Biasanya gue juga sendiri, gak papa kali gue sendiri di rumah," celetuk Irene.

"Ya, mulai sekarang lo mesti biasakan sama gue."

Irene memutar bola matanya. Serah oy serah. Ngapain coba harus sama dia. Mereka kembali menonton TV dalam diam. Bukan canggung ya, canggung gak berlaku untuk Irene apalagi Taehyung. Taehyung gak tau arti canggung apaan.

"Taehyung," panggil Irene lagi, kali ini lebih lembut.

"Hm."

"Tadi malam kita ngapain?"

"Makan-makan."

"Terus?"

"Tidur."

"Sebelum tidur?"

"Cuci muka, cuci kaki, gosok gigi."

"Aihhh, bukan itu tuyul!" Irene kesal lalu menjambak rambut Taehyung. “Yang bener dong!”

"Ya, terus apaan?" Taehyung malah tanya balik.

"Yang itu—" Irene terlihat ragu-ragu.

Taehyung menaikkan alisnya mencerna perkataan ambigu Irene. "Oh, yang itu..." Dia mengangguk-angguk paham. Tumben otaknya lancar.

"Nah, iya, yang itu. " Irene senang kalau Taehyung cepat paham maksudnya, tanpa perlu dia mutar-mutar buat ngomong.

"Ya, bener dong , masa gue bohong sama ortu lo. Mata lo tadi malam sampai gini nih..." Taehyung mempraktekkan matanya merem-melek.

Irene menundukkan kepalanya malu. Si Taehyung aktingnya total banget. Mana Irene-nya percaya aja lagi.

“Bodoh!” maki Irene.

Taehyung ketawa geli. Irene kok imut ya kalau lagi malu gitu, jadi gak sabar pengen di halalin. "Sabar, ya. Ntar lo bakal ngerasain tiap hari, kok, tunggu kita nikah dulu," celetuk Taehyung sembarangan.

"Pacaran aja belum, masa langsung nikah," cerocos Irene lalu berjalan menaiki tangga. Entah karena perasaan malunya gak hilang, akhirnya dia lebih memilih ke kamarnya.

Taehyung menatap Irene dalam diam. "Jadi, ceritanya dia kode minta dipacarin gitu?"

"Babe, gendong..." manja Yeri pada Jungkook.

"Mau digendong di mana? Di depan atau di belakang?" tanya Jungkook.

"Belakang aja."

"Ya udah, cepat naik." Jungkook pun berjongkok di depan Yeri.

Yeri dengan senang hati naik ke punggung cowok itu. Aduh, punggungnya enak banget dah, kalau udah nempel di punggung Jungkook gini rasanya gak mau pergi. Siapa pun tolong sadarkan Yeri dari kekhilafan ini.

"Lo tidur, babe?" tanya Jungkook saat Yeri tidak berbicara sedikit pun.

"Hm... hampir," gumam Yeri.

"Kalau gitu kita pulang aja, ya?"

"Gak mau, nanti lo gak bisa temanin gue. Di rumah kan ada kak Suho."

"Ya, terus lo mau tidur dalam gendongan gue gitu? Kok lo yang enak."

"Kalau gitu cari tempat buat gue tidur. Sewa hotel atau apa gitu, ntar gue yang bayar." Yeri ya, sikap songongnya Suho nular nih.

"Cerewet amat lu, untung sayang. Lagian sok-sokan temanin gue begadang, ngantuk kan jadinya." Ya, tadi malam itu mereka menghabiskan malam bersama lewat VC-an. Jungkook begadang karena ada sesuatu yang dia kerjakan,terus Yeri ngotot mau temanin. Jadinya, mereka begadang bersama jam 4 subuh. Lalu paginya Yeri kesambet setan mabok malah ajakin Jungkook jogging. Alasan doang sih Jogging, tujuan utamanya pengen ketemu Jungkook. Intinya Yeri gak bisa lama-lama pisah sama Jungkook.

Akhirnya Jungkook menuruti perkataan Yeri. Walau cuma ketemu guest house, setidaknya mereka bisa bobo berduaan.

Setelah Jungkook memesan kamar. Mereka berdua pun masuk dengan Yeri yang masih dalam gendongan. Bayangkan aja gimana Jungkook menurunkan Yeri dari punggungnya.

Susah? Udah pasti. Apalagi tangan Yeri gak mau lepas dari leher Jungkook. Alhasil, Jungkook jadi gak bisa menyeimbangkan badannya dan pada akhirnya mereka jatuh ke ranjang bersamaan dengan Yeri yang di bawah memeluk Jungkook yang berada di atasnya.

Jungkook berusaha bangun, gak tega sama Yeri yang ketindihan badan berototnya.

"Jangan bangun! gini aja," celetuk Yeri yang mulai memejamkan mata, masih dengan posisi yang sama.

"Manja banget, sih." Jungkook berusaha menatap Yeri dan mencolek hidung pacarnya itu. Namun, Yeri tiba-tiba protes.

"Lo nusuk lobang hidung gue, babe."

Jungkook terkekeh, lalu berucap yang membuat Yeri tersipu malu. “Yer, tolong selamanya jadi milik gue,”

"Joon!"

"Apa?"

"Ayo!"

“Apa?”

"Itu apa? Lo ngajak gue main ambigu-ambiguan, lo bakal kalah, gue udah ambigu dari lahir," ucap Namjoon asal.

"Sentuh gue...."

Namjoon melototkan matanya hingga tampak ingin keluar. Pacar ini benar-benar gila. "Jadi, lo gak pulang semalaman cuma nunggu itu doang?"

Lisa itu nginap di rumah Namjoon. Gak tau apa sebabnya tiba-tiba aja dia gak mau pulang, maunya pulang ke rumah Namjoon. Padahal Namjoon udah antar Lisa sampai rumah, tapi pacarnya malah nangis gak karuan. Emangnya Namjoon tahan gitu lihat Lisa nangis? Dengan segenap bangsa, Namjoon menampung Lisa untuk satu malam. Gak macam-macam kok, enggak, Lisanya aja yang maunya macam-macam.

"Gila! Udah, ayo bangun!"

Lisa menurut dengan malas. Baru saja dia ingin bangun, seseorang lebih dulu membuka pintu.

"Lisa," panggil orang itu saat pintu sudah terbuka.

Lisa menatap dengan terkejut. Tubuhnya bergetar takut, tangannya mengenggam erat selimut yang menjadi satu-satunya tempatnya berlindung.

Apa yang dia takutkan kini terjadi. Bambam kembali dalam hidupnya, dia akhir-akhir ini telah mendapat banyak pesan dari Bambam, Bambam berkata kalau laki-laki itu menyesali perbuatannya dan ingin kembali lagi bersamanya karena Bambam sadar jika benar-benar mencintai Lisa.

Tapi Lisa berusaha mengacuhkan semuanya. Walaupun dia masih menyimpan rasa pada Bambam, dia sadar jika cinta pertamanya jatuh pada orang yang salah. Ya, Namjoon jauh lebih baik, walau sekadar pelampiasan.

Lisa bersumpah tidak ingin bertemu dengan Bambam lagi. Karena dia takut, takut perasaannya akan kalah dengan kesalahan yang pernah Bambam lakukan padanya. Karena itulah mengapa Lisa ingin sekali Namjoon menghamilinya. Konyol memang, hanya itu satu-satunya yang terpintas dalam dirinya yang takut, sehingga jika hal itu terjadi dia tidak punya alasan untuk meninggalkan Namjoon.

"MAU APA LAGI LO KE SINI!" Suara Namjoon meninggi melihat Bambam yang masih berani menginjak rumahnya.

"Lisa," panggil Bambam. Dia berusaha mendekati Lisa, namun Namjoon langsung menghalangi. “Jangan macam-macam! Mau apa lo kemari?”

"Gue mau Lisa balik sama gue."

Continue Reading

You'll Also Like

7.6K 259 34
menceritakan tentang ,kehidupan sehari hari keluarga Kim🥰
1K 102 11
Υιός του θεού Bagaimana jika Aphrodite, Eris, Apollo, Demeter, Hera, Persephone, Athena, Nyx dan Artemis memiliki anak dan bersekolah di dunia manusi...
3.5K 342 14
Drama-Comedy || Blackvelvet "Kak Seulgi, Jennie mau pesantren aja." Tentang kehidupan sembilan manusia berjenis kelamin perempuan yang sedang mencari...
8.4K 1.3K 11
[ ON GOING ] Sekali saja, bisakah kalian juga melihat ke arahku? Aku ada disini. . . . [WARNING!] Cerita hanya karangan semata, murni dari hasil pemi...