Dumb-Dumb ✓

By Lignenoiree

328K 38.3K 8K

Bermula dari kebencian berubah saling menyayangi.. Awal dua geng yang sering kelahi dengan satu pihak yang me... More

Prolog + Intro
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11 / Wenga Part
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 28 / Wenga & Jungri Part
Chapter 29 / Vrene Part
Chapter 30
Chapter 31 / JinRose Part
Chapter 32 / Seulmin Part
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50 (Last Chapter)
Epilog

Chapter 27

7.1K 815 366
By Lignenoiree

°°°

Yoongi, Taehyung, dan Irene berjalan beriringan menuju kelas yang kebetulan satu arah. Mereka awalnya bertemu di depan gerbang sekolah dan berakhir bersama.

Sewaktu Yoongi dan Taehyung asyik-asyiknya mengobrol. Tiba-tiba seorang cewek berdua dari jauh berbisik-bisikan sambil menatap Yoongi. Hal itu tertangkap oleh mata Irene. Dia tau itu teman sekelasnya, tetapi dia lupa namanya karena tidak dekat.

Irene terus memperhatikan mereka sembari berjalan. Hingga satu cewek yang lagi memegang minum berlari kencang sampai menabrak Yoongi. Sudah pasti baju Yoongi basah ketumpahan minuman. Irene terdiam seraya melihat adegan yang sangat jelas sudah direncakan. Tatapannya pun berubah tajam karena dia tau ada motif tersembunyi dibalik kesengajaan ini.

"Aduh, maaf, ya. Gue gak sengaja," ucap cewek itu sambil berusaha mengusap seragam Yoongi yang basah.

Dengan wajah datar, Yoongi hanya berdeham sebagai jawaban.

"Lo gak papa, Yoong?" tanya Taehyung.

"Gue gak papa. Gue ke toilet dulu, deh," ujar Yoongi sebelum cowok itu berjalan sendiri menuju toilet.

“Gue ikut bisa ikut, ‘kan? Gue harus tanggung jawab.” Samar-samar cewek itu berbicara yang mengikuti Yoongi. Dan itu membuat Irene sedikit geram, pasalnya Yoongi secara gak langsung sudah membuat dinding tidak suka ke cewek itu tapi cewek itu tetap bersikeras dengan ketidakpekaannya.

"Rene, lo kenapa? Jiwa singa lo kembali lagi?" tanya Taehyung bingung menatap Irene. “Lo cemburu gara-gara Yoongi diikuti cewek?”

Cukup lama Irene terdiam hingga perlahan-lahan tatapannya berubah seperti semula. "Perasaan gue jadiin gak enak, ya, sama cewek tadi," ucapnya.

"Gak enak gimana?"

"Gak tau, Tae, gue juga gak ngerti." Irene memijit pelipisnya sendiri.

Melihat itu, Taehyung mengambil alih pijitan Irene. Dan berakhir dialah yang memijit kening cantik itu. "Lo kebanyakan mikir yang gak penting. Jadinya, pusingkan."

Irene langsung aja menepis tangan Taehyung dengan kasar. "Gak usah sok perhatian," celetuknya sebelum pergi.

"RENE! CA-CALON SUAMI, NIH!" teriak Taehyung sambil menunjuk dirinya sendiri.

.

.

.

"ROSE, SEULGI!" teriak Joy dari kursinya saat melihat kedua nama yang dia sebut mengantri makanan di kantin yang mereka tempati.

Seulgi refleks menoleh, sedangkan Rose tidak. Mungkin Rose tidak mendengar. Saat Seulgi melihat ke arah meja Joy. Tidak sengaja dia melihat Jimin yang juga menatapnya. Tangan Jimin yang ingin menyuap makanan terhenti di depan mulut saat bertatapan dengannya. Keduanya jadi salah tingkah. Buru-buru dia memalingkan wajahnya lagi sembari mengutuk kenapa harus melihat Jimin.

"Kampret! si Seulgi sombong banget," celetuk Wendy yang salah paham.

"Tau, tuh! udah punya geng baru kali," jawab Lisa yang langsung makan kembali. Sedangkan Joy, dia mengedikkan bahunya.

Jimin jadi diam, gara gara melihat dia, Seulgi jadi disangka sombong.

"Siapa dua cewek yang lagi sama mereka?" kepo Jungkook.

"Jisoo sama Jennie. Lo gak tau mereka itu pacarnya Jin?" ujar Joy santai, sesantai perasaannya pada Hoseok. Oops.

"HAH!"

Berbeda dengan Yoongi, jika teman-temannya kaget berjamaah, dia malah menatap ke arah Jisoo dan Jennie dengan seksama. Lalu mencibir dan makan kembali.

"Yang bener, Jin?" kalau masalah kayak gini, Jungkook biasanya paling kepo.

"Anjir! diam-diam langsung dapat dua." Hoseok menepuk-nepuk punggung Jin serasa bangga sekaligus gak menyangka gitu. “Bagi satu boleh kali.”

"Momo diingat, Kak," sinis Joy. Yang sebenarnya dia cemburu, Hoseok ngomong begitu.

"Muka lo dua! cuma Jisoo doang. Satunya temannya. Iya kali, cowok baik kayak gue punya pacar banyak," dalih Jin sambil merogoh sakunya mengambil tasbih untuk memulai berdzikir.

"Jisoo yang mana, ya?" Tanya Namjoon.

"Itu yang punya mata," jawab Lisa.

"Semuanya juga punya mata kali. Cewek gue bego banget. Astaga, pacarnya siapa lo?" Kesel Namjoon.

"Pacar gue jangan diganggu, Joon," samber Jimin.

"Jimin..." Lisa langsung aja tuh bertingkah jadi pacar Jimin.

Namjoon makin kesal. "Mau lo, Jim, sama cewek yang udah gak perawan gitu?" 

"NAMJOON!" Pukul Wendy keras pada lengan Namjoon. "Lo kalau ngomong suka bener," lanjutnya lagi.

"Lo jahat, Joon..." ngambek Lisa.

"Tanggung jawab lo, Joon. Cewek gue tuh." Jimin kayaknya gagal sama Seulgi, malah berpaling ke Lisa.

"Diam lo bantet!" Namjoon melempar Jimin dengan gelas plastik tapi gak kena. Dia pun menarik Lisa kepelukannya. "Maaf, beb... walaupun lo gak perawan, pasti masih enak dipakai," cerocos Namjoon sembarangan.

Dan hal itu membuat satu per satu teman-temannya pergi dari meja itu lalu melempari kedua pasangan menjijikkan tersebut.

"KITA PINDAH, GUYS! GAK MUAK APA LIHAT MEREKA!" teriak Wendy sambil membawa nampan yang masih berisi makanan ke meja kosong yang ada di sebelah. "Ayo, Yoong, ikut!" ajak Wendy.

Yoongi pun menurut, apalagi yang lain juga mulai meninggalkan meja Namjoon dan Lisa. Udah biasa Namjoon sama Lisa digituin.

"Hai! Mas and mbak yang ada di sini... Sorry, kita telat!" ucap Taehyung semangat sambil mendudukkan diri dengan nyaman.

Semua terdiam menatap Taehyung. Ah bukan, lebih tepatnya Irene. Anggaplah Irene adalah tamu yang tak diundang.

“Loh, gak duduk?” bingung Taehyung, “Ayo, sini duduk.” Dia menarik Irene untuk duduk.

Irene pun duduk di tengah-tengah Taehyung dan Joy dengan perasaan canggung. Irene pasti dicap jadi cewek yang gak tau malu karena udah berani bergabung dengan orang-orang yang enggak menganggapnya teman lagi. Ini semua karena Taehyung. Siapa lagi kalau bukan cowok itu. Taehyung maksa banget untuk di ikut bergabung.

Joy yang duduk di samping Irene jadi buang muka, enggan untuk menatap. Semua juga bertingkah seakan-akan tidak ada Irene di sana. Gak dianggap itu lebih menyakitkan dari apapun.


***

Rose celingak-celinguk mencari meja kosong, sama halnya dengan Seulgi, Jisoo dan Jennie. Padahal bagi Rose dan Seulgi, cari meja itu hal yang mudah, tinggal teriak minta meja, urusan selesai. Tapi masalahnya mereka udah gak mau teriak-teriak yang gak guna kayak gitu lagi.

"Rose, kita duduk di mana, nih?" tanya Jennie.

"Gue juga bingung," jawab Rose.

"Di sana aja, gimana?" tunjuk Jennie pada meja Jin dkk. "Itu pacar lo, ‘kan?" tanya Jennie pada Jisoo.

Jisoo pun menajamkan pandangannya. "Ah, iya bener. Gabung sama mereka aja, yuk!" Jisoo berjalan mendahului yang lain menuju meja jin dkk.

"Jin!" panggil Jisoo sesampainya di dekat Jin.

Jin yang sedang asyik-asyiknya berdzikir jadi terhenti. "Eh, Jisoo ngapain?" Pertanyaan gak mutu dari Jin.

"Kita gabung makan di sini boleh?"

"Iya, boleh aja, kok." Jin langsung menggeser duduknya.

Jisoo duduk di samping Jin. Berbeda dengan Rose dan Seulgi malah jadi senggol-senggolan. Kayak pakai bahasa batin. 'Mau duduk di sana, gak?' tetapi akhirnya mereka duduk juga. Entah sial atau apa, Seulgi disuruh sama Yeri duduk di sampingnya. Di samping Yeri sih gak masalah, tapi itu loh, kalau Seulgi duduk di samping Yeri berarti sampingan sama Jimin juga. Mau gak mau, akhirnya menjadi canggung untuk keduanya.

Ada yang tanya Jennie duduk di mana? Jennie mengambil duduk sebelah Yoongi sambil senyum manis.

Tanpa ada yang menyadari tatapan Irene, dia terus mengawasi gerak-gerik mencurigakan itu.

"Gimana baju lo, udah kering?" tanya Jennie pada Yoongi.

"Hm," jawab Yoongi cuek. Lalu menyenggol Wendy agar menyuapi makanan Wendy seperti sebelumnya.

Wendy yang masih belum sadar dengan kehadiran Jennie, mengutuk Yoongi yang terus meminta makanan apalagi sambil minta disuapi. "Makan sendiri!" kesalnya.

Si Yoongi jadi senyum kecut, dan meraih sendoknya dengan malas. Tiba-tiba Jennie menyodorkan sesendok sup hangat. Yoongi jadi terdiam dan memperhatikan Jennie.

Wendy yang tadinya juga kesal jadi ikut menatap Jennie.

"Gak, makasih." Yoongi mendorong sendok Jennie.

Menerima penolakan menbuat Jennie sedih. Tapi dia tetap berusaha menawarkan makanan yang dia punya ke Yoongi, walau tetap di tolak Yoongi mentah-mentah. Gak cuma sampai di situ, dia terus mencari perhatian agar Yoongi memperhatikannya. Jennie terlalu terpikat dengan sikap cuek Yoongi hingga dirinya jadi tertantang.

Bagaimana dengan Wendy? Entah mengapa, dia jadi merasa panas menatap kelakuan genit Jennie. Sebenarnya bukan cuma Wendy, yang lain juga sebenarnya sadar sama kelakuan Jennie yang minta diperhatikan Yoongi. Tapi mereka gak bisa berbuat apa-apa. Sejak bertengkar dengan Irene, jiwa buas mereka seketika hilang.

"Rose, suruh Jennie berhenti. Gak lihat apa, Wendy udah nahan marah gitu," bisik Jin.

"Kenapa mesti gue? Pacar lo kan temannya."

"Oh iya, bener." Jin kadang lupa kalau dia punya pacar. Yang dia ingat, cewek yang dekat sama dia itu cuma Rose. Walaupun akhir-akhir ini Rose sering menghindar. Jin pun beralih membisiki Jisoo. Namun, Jisoo hanya senyum seakan-akan mendukung Jennie.

Yeri dan Jungkook juga saling berbisik. Mereka lagi merencanakan sesuatu biar Jennie berhenti menganggu Yoongi. Tapi dari awal sampai akhir gak kelar-kelar. Ada aja yang mesti diributkan.

Pada akhirnya Wendy udah tahan melihat kegenitan Jennie, dia berdiri seraya menggerebek meja dengan keras. "DASAR CEWEK GAK TAU MALU! LO GAK LIHAT DIA GAK SUKA DEKAT LO!" marah Wendy.

Walau sempat terkejut, tetapi Jennie tidak juga takut. "Apa urusan lo?" jawabnya dengan sinis.

Wendy tertawa paksa. "APA URUSAN GUE?" dia menunjuk dirinya sendiri. "GUE TUNANGANNYA, BANGSAT!"

Jennie pun ikut berdiri. Dia menyilangkan tangannya di depan dada dengan angkuh. Oke, Jennie emang berani karena dia mantan preman.

"Gak ngaruh lo tunangannya dia atau bukan! Lo mesti tau, sekali gue suka sama cowok, gue pasti bisa dapetin dia. Jadi, lo jangan sok hebat bisa pertahankan dia! Cewek kayak lo itu, gak ada apa-apa dibanding gue!"

Dengan mata yang ingin menangis, dia pergi meninggalkan kantin. Entah kenapa dia merasa omongan Jennie bisa aja kejadian. Dia gak lebih cantik dari Jennie, kapan pun Yoongi bisa berpaling darinya. Dia ini apa? hanya cewek kasar yang suka menyulitkan Yoongi.

Ketika Wendy pergi, Yoongi ingin sekali menghajar wajah Jennie jika tidak mengingat kalau Jennie itu cewek, akhirnya dia memilih untuk menyusul Wendy dan meninggalkan teman-temannya tanpa berkata apapun.

Irene terdiri dari duduknya setelah sekian lama memendam kecurigaan. Cukup sejak tadi dia ingin muntah melihat kegenitan Jennie. Hingga kesabaran juga telah habis setelah tau cewek itu ingin menganggu hubungan Wendy.

Dengan tiba-tiba dia menyiram Jennie dengan segelas minuman yang masih berisi es. Tidak cukup dengan itu, dia juga menumpahkan makanannya ke kepala Jennie. "Dari awal gue udah curiga sama lo! Ternyata tujuan lo itu! Lo mau hancurkan hubungan teman gue? Sampai kapan pun gak akan bisa! karena masih ada gue di sini," ucapnya tajam. Tangan Irene mengepal dan bersiap-siap untuk pergi. Walaupun dia sudah gak dianggap teman oleh blackvelvet, tetapi dia tetap akan bergerak jika salah satu dari mereka ada yang menganggu. Mau dia berdiri sendiri, dia harus tetap membela blackvelvet bagaimana pun caranya.

"Irene, mau ke mana? Kan belum selesai," ucap Seulgi yang tiba-tiba berdiri.

Irene yang sudah beberapa langkah berjalan harus berbalik untuk menatap Seulgi yang berucap padanya.

Joy pun ikut berdiri. "Lo mau pergi gitu aja? Sampah masyarakat belum dibakar," celetuk Joy lalu menarik kerah belakang Jennie.

Rose dan Lisa pun tidak ketinggalan, mereka menyeret Jennie menuju belakang sekolah.

Perlahan-lahan senyum Irene mengembang dengan tulus. Cukup egonya saja yang hilang, jangan sampai kesetiaan blackvelvet juga menghilang. Dia berjanji gak akan menyia-nyiakan kesempatan ini hanya untuk kepentingannya sendiri.

Yeri yang biasanya paling gak bisa melihat orang ditindas. Kini malah paling semangat saat Lisa dan Rose menyeret Jennie.

Apa ini pertanda geng blackvelvet telah kembali?

Jisoo berusaha ingin menyusul Jennie, namun ditahan oleh Jin."Jangan ikut."

"Tapi Jennie—"

“Kalau lo bela Jennie sekarang, lo juga bakal kena tindas, mending lo diam aja,” saran Jin yang patuhi Jisoo walau dengan rasa khawatir.

Berbeda dengan Jisoo, para BTS malah terlihat santuy dan enggan untuk mencampuri.

"Para pembunuh bangkit lagi, " tutur Taehyung dengan helaan napas pelan.

"Bakal susah nih mau ngebela siapa. Korban tindasan atau pacar sendiri," celetuk Namjoon yang mengacak rambutnya pelan.

Mereka semua pun menghela napas berjamaah.

.

.

.

Namjoon sudah menunggu Lisa di parkiran sekolah dengan waktu lama. Sudah jam pulang tapi Lisa gak nongol-nongol juga. Sehabis menindas si Jennie, Lisa gak ada kabar. Namjoon juga udah ke kelas pacarnya itu, tapi ternyata Lisa bolos jam pelajaran sampai pulang. Jadi, sebagai pacar yang baik dia hanya menenteng tas Lisa sambil menunggu kedatangan pacarnya itu.

Namun, dia tidak bisa terus-terusan menunggu, dia pun berkeliling sekolah untuk mencari kekasih kurusnya. Dan berujung menemukan di  belakang sekolah bersama member blackvelvet yang lain.

"Udah bersatu lagi, nih," gumam Namjoon. "LISA!" panggilnya.

Lisa menolehkan kepalanya sambil senyum. Dia pun berpamitan pada blackvelvet dan untuk terakhir kalinya Lisa memeluk Irene sebagai tanda pertemanan kembali.

"Jangan lupa ngumpul di rumah Irene, ya!" teriak Seulgi pada Lisa.

Lisa mengangguk lalu berlari kecil mendatangi Namjoon. Namjoon pun tersenyum kecil menyambutnya."Bagus, ya—bolos jam pelajaran." Dia menyentil dahi Lisa.

"Ih, sakit! ntar aku keguguran."

"Lo gak hamil, goblok!"

"Lagi otw."

"Bodoh! Yuk, pulang!" Namjoon menarik Lisa paksa.

"Gak mau—sebelum lo hamilin gue," ngambek Lisa.

Namjoon cuma bisa cengong. Woy! Namjoon belum niat punya anak! Gila. "Lo ada-ada aja deh. Kalau gak mau pulang, gue tinggal," ancam Namjoon. Dia bersiap meninggalkan Lisa.

Lisa langsung aja tuh ngambek lalu duduk di rumput sambil ceker-ceker, apalagi pakai tangisan buaya.

“WOY NAMJOON! LO APAIN TEMAN GUE!” teriak Irene di kejauhan. Anjir, suara Irene udah kayak nelen toak.

"Gak-gak" Namjoon jadi takut. "Beb, udah jangan nangis. Ayo, kita pulang!" Namjoon berusaha membujuk Lisa.

"Gak mau sebelum lo hamilin gue."

Namjoon garuk-garuk kepalanya. Iya sih, Namjoon itu mesum tapi sampai sekarang belum kepikiran tuh buat bikin Lisa hamil. Tapi kalau kayak gini, bisa-bisa dia terlena juga. "Iya-iya ntar di rumah. Ayo, sekarang pulang. Gak lihat apa, mata Irene udah mau keluar!"

Lisa lalu melihat ke arah Irene sambil mengacungkan jempol. "Janji, ya..." ucapnya imut pada Namjoon

"Iya, buruan pulang!"

Lisa pun bangkit dengan semangat, lalu digandengnya tangan Namjoon dengan erat. Dan mereka akhirnya jalan menuju parkiran.

"Kalau gak dijanjiin gitu aja. Gak berhenti ngambeknya," batin Namjoon.

"Mau mainnya di mana? Rumah gue atau rumah lo?" tanya Lisa tiba-tiba.

Namjoon yang dengar jadi tersedak ludah sendiri. Ini serius?Tampar Namjoon sekarang juga? Tolong tampar! "Jangan becanda lo. Ntar singa jantan gue beneran mau, loh," elak Namjoon.

"Gue serius, Joon!" bentak Lisa.

Ngambeknya Lisa mulai lagi. "Iya-iya, serah loh dah," frustasi Namjoon.

Nah, Lisa yang dengar jawaban Namjoon sumringah banget. Gak ngerti sama jalan pikirannya.

"Gaya yang enak yang kayak mana, beb?"

Lempar dong buah kelapa ke kepala Namjoon. Namjoon udah frustasi terus stress gegara pertanyaan Lisa doang. "Yang mana aja enak," jawab Namjoon malas.

Lisa jadi tertawa girang. "Gue jadi gak sabar."

"Lo beneran mau hamil atau cuma ewe doang?" Pertanyaan yang dari tadi ada di kepala Namjoon keluar juga.

"Ya itu, kalau hamil itu bonus."

Namjoon terdiam. Tiba-tiba dia melepas tangan Lisa yang menggandengnya. "Anjir! lo mesum banget. Kita gak jadi aja," ucap Namjoon pergi meninggalkan Lisa. Dia pergi sebelum berubah pikiran. Takutnya nanti kalau pulang mereka beneran gitu-gituan.

"Namjoon!" panggil Lisa.

"Enakin sendiri pakai tangan lo," celetuk Namjoon tanpa membalikkan badannya. "Untung lo pacarannya sama gue, Lis."

.

.

.

Ponsel Joy berdering menandakan seseorang menelpon. Dia buru-buru mengangkat. "Halo, Kak...."

"Kamu di mana? aku udah di depan apartemen."

"Masuk aja, Kak. Aku lagi sibuk, nih."

"Password-nya apa?"

"Tanggal lahir Kakak."

"Oh oke."

Hoseok mematikan ponselnya dan bersiap-siap untuk masuk. Blackvelvet sama BTS memang sudah janjian kumpul di rumahnya Irene. Jadi, Hoseok menjemput Joy. "Joy!" panggilnya setelah masuk.

"KAK, DI KAMAR!" teriak Joy.

Hoseok pun pergi ke kamar Joy. Sewaktu udah sampai di dalam kamar. Tetap aja Joy-nya gak kelihatan. "Kamu di mana, Joy?"

"Di bawah, Kak."

"Di bawah apa?"

"Di bawah ranjang."

Hoseok pun menengok ke bawah ranjang. Bener aja, ada Joy di sana. "Kamu ngapain di sini?"

"Aku takut, Kak."

"Takut kenapa? coba keluar dulu!" Hoseok menarik Joy untuk keluar dari bawah ranjang. Lalu membersihkan sejenak baju Joy yang kotor.

"Kak, aku takut." Tiba-tiba Joy memeluk Hoseok. Hoseok dibuat heran untuk ke sekian kalinya. "Kamu takut kenapa, sih?"

"Masa tadi ada yang kirim aku pisau berdarah."

Mata Hoseok melebar. "Maksudnya?"

Joy menarik napas panjang untuk memulai cerita. "Tadi waktu aku pulang, terus aku buka pintu, sudah ada paket itu di atas meja." Dia menunjuk sebuah kotak yang terletak di atas ranjangnya."Bungkusnya rapi banget kayak kado. Aku kira Kakak yang kirim. Waktu aku buka cuma dapat pisau berdarah sama note di dalamnya."

"Apa isi notenya?"

"Tunggu seminggu lagi. Cuma itu tulisannya."

Dahi Hoseok berkerut memahami apa yang barusan Joy ceritakan. "Apa Joy diteror? Bisa jadi isi note itu peringatan. Tapi peringatan untuk apa?" batinnya.

"Kamu selama ini gak kenapa-kenapa, ‘kan? Gak ada yang sakitu kamu, ‘kan?" Hoseok kalau tanya gak ngotak. Siapa coba yang berani sama member blackvelvet! Tapi bisa aja, sih, Joy diteror sama haternya.

"Gak, aku gak papa tapi aku takut, Kak...." Joy mengeratkan pelukannya.

"Tenang kamu aman sama aku. Nanti malam tidur di tempatku aja, ya. Kalau perlu—" Hoseok menggantung ucapannya.

"Apa, Kak?"

Hoseok menatap Joy dalam. "Kita tinggal bareng lagi aja. Aku takut kamu kenapa-kenapa."

Joy menunduk sambil mengangguk. Senyum kemenangan terukir dengan indah.

"Rencana gue berhasil." - Joy.

.

.

.

Jin membersihkan tangannya dengan terburu-buru. Beberapa kali dia melihat jam lalu berdecak kesal. Ini semua gara-gara Jisoo. Andai saja tadi dia tidak menghiraukan ajakan Jisoo untuk makan bareng. Pasti sekarang dia sudah tertawa bahagia bersama teman-temannya. Dia yakin sekali di rumah Irene sekarang lagi heboh banget. Berbanding terbalik dengannya bersama Jisoo. Dinner membosankan dengan gaya elegan, sepanjang makan terus saja diam. Berbeda sekali dengan Rose. Rose selalu saja berceloteh yang gak penting saat makan. Dan momen ditunggu-tunggu itu saat Rose tersedak, tersedaknya Rose itu kebahagiaan untuknya. Namun, sayang dia gak pernah merasakan kebahagiaan itu lagi saat Jisoo kembali di sisinya.

"Mau ke mana?" Tanya Jisoo saat melihat Jin memakai mantel terburu-buru.

"Gue ada janji ngumpul tempat Irene, sudah telat ini."

"Gue boleh ikut?"

Jin berpikir sejenak seraya menatap gadis itu. "Maaf." Entah kenapa, Jin tidak ingin ada Jisoo di sana. Dia keluar dengan langkah cepat lalu menancapkan gas mobilnya dengan laju.


***

Sesampainya Jin di depan rumah Irene. Jin jadi ragu untuk masuk. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Dia merogoh saku celananya mengambil benda persegi panjang milik untuk menelepon seseorang.

"Lo di mana?"

"...."

"Bisa temui gue sebentar. Gue ada di depan rumah Irene."

"..."

"Ada yang mau gue omongin."

"..."

"Hm, gue tunggu."

Tidak lama setelah Jin mengakhiri panggilannya. Seseorang mengetuk kaca mobil. Dirinya segera membuka kaca mobil dan mengisyaratkan seseorang itu untuk masuk.

Keheningan melanda keduanya. Saat mereka sudah sama-sama berdiam di dalam mobil.

"Rose..." panggil Jin pelan.

Rose menolehkan kepalanya sebagai jawaban.

"Gue mau jujur sama lo."

"Apa?"

"Gue sayang lo, Rose."

Rose menatap Jin sekilas. Lalu dia kembali menatap lurus ke depan. "Gue tau dan gue juga sayang lo."

Mendengar ujaran Rose membuat Jin terkejut karena tidak menyangka akan mendapatkan jawaban secepat itu, dia kira hanya dirinya yang menyukai Rose.  “Rose....”

"Iya, gue sayang lo sebelum lo sadar sama perasaan lo sendiri," tutur Rose.

"Kenapa lo gak bantu gue menyadarkan perasaan gue?"

"Gue bisa apa, Jin? Di saat gue niat buat lakukan itu. Ternyata ada Jisoo di kehidupan lo, mending gue berjalan mundur karena memang sudah gak ada tempat."

Jin terdiam.

"Lo salah udah sayang sama gue," ucap Rose pelan. "Dan gue juga salah udah sayang sama pacar orang. Yang lebih salah lagi, kenapa lo harus sadar. Lo seharusnya gak perlu sadar sama perasaan lo, kita gak mungkin bersama."

"Apa maksud lo? Gue bisa putusin Jisoo demi lo."

"JIN!" bentak Rose.

"Lo itu cowok baik, Jin. Jangan hanya demi gue, lo mau sia-siain Jisoo gitu aja. Lo tau kan kelakuan gue itu busuk. Gue sering ngomong kotor, menindas murid lain, dan keluarga gue hancur. Apa yang bisa gue kasih ke elo? Gak ada. Gak ada yang bisa lo banggain dari gue. Jadi, gue minta lo jangan pernah tinggalin Jisoo." Rose keluar lalu membanting pintu mobil dengan kasar. "Ini demi kebahagiaan lo, Jin. Jisoo lebih baik dan lebih pantas buat lo."

.

.

.

"Seul, ambilkan box yang di dekat kulkas, ya. Semua buahnya ada di sana," pinta Irene. Bukannya Irene sok ngeboss. Dia udah kapok kok. Hanya aja dia menyuruh Seulgi karena dia sendiri sibuk memotong kue. Mereka lagi bikin persiapkan pesta kecil untuk kembalinya mereka bareng BTS.

Seulgi menurut lalu mencoba mengangkat box yang ternyata beratnya sangat luar biasa. Ya, tau aja kan badan Seulgi itu kurus macam ikan teri, jadinya dia gak kuat. Semua buah dalam satu box, gimana gak berat. "Irene, berat...." keluh Seulgi.

"JIM! JIMIN, SINI!" teriak Irene saat tidak sengaja melihat Jimin lewat.

"Apa?"

"Bantuin Seulgi, tuh. Angkat box ke belakang terus kasih ke Joy, ya, biar dia yang potongin buahnya." Selesai ngomong Irene pergi ke taman belakang. Tempat mereka ngumpul. Mau panggang-panggang ceritanya.

Seulgi dan Jimin yang ditinggal Irene jadi canggung.

Jimin mulai mengangkat box-nya dalam diam, lalu membawa box itu ke belakang diiringi Seulgi yang diam-diam memperhatikannya.

"Joy, nih katanya potong semua." Jimin menyodorkan box itu di depan Joy.

Joy terlihat kesal saat di suruh. "Lo potong sendiri! Gak lihat gue juga lagi sibuk!"

Jimin ke ikut kesal karena dia gak bisa potong buah malah disuruh. Tangannya yang sudah bersiap mencincang buah langsung direbut oleh seseorang.

"Sini gue aja," ucap Seulgi.

Seulgi mengambil pisau dari tangan Jimin dan mulai membelah buah semangka. Rencananya semangka itu mau dia belah dua dulu. Tapi karena Seulgi gak punya tenaga jadi kesusahan.

Jimin yang peka dengan kesulitan Seulgi akhirnya membantu dengan ikhlas. "Lu minggir, Seul, biar gue yang belah."

Seulgi setuju lalu memperhatikan tangan Jimin dengan seksama. "JIM, AWAS TANGAN LO!"

Suara rintihan Jimin menggema nyaring hingga membuat beberapa orang kaget. Sedangkan Seulgi, dia panik banget. Sampai-sampai dia bingung harus ngapain. Dia pun mendatangi Irene untuk menanyakan antiseptik atau apapun untuk pertolongan. “Rene, ada antiseptik gak?"

"Ada antimo di rumah gue," jawab Taehyung.

"Diam lo! Gue gak nanya sama lo!" Kesal Seulgi. Taehyung becandanya gak lihat waktu. Ini Seulgi lagi panik malah dibecandain.

"Ada di ruang tengah dekat TV. Lo cari aja yang kotaknya putih."

"Oke-oke." Seulgi pergi dengan cepat.

"Siapa yang luka, sih, panik banget," bingung Taehyung.

"Paling Jimin. Gak dengar dia teriak tadi," ucap Irene.

Taehyung pun pergi mendatangi Jimin. "Jim, lo luka?" Tanyanya setelah menemukan Jimin yang terduduk di lantai.

"Iya, nih." Jimin menunjukkan lukanya.

"ANJIR!"

"Napa lo?"

"Luka gitu doang, Seulginya panik amat. Gimana ntar lo mati, Jim. Ngikut mati kali dia," celetuk Taehyung. Habis Taehyung ngomong begitu tiba-tiba Seulgi mendorong Taehyung.

"MINGGIR! HALANGIN JALAN LO!" dorong Seulgi dengan niatan ingin membunuh.

"Nyantai mbak ee. Jimin belum mati," kesal Taehyung, dia lalu pergi mendatangi Irene untuk bisa bermanja ria, kekesalannya harus dihilangkan dengan menganggu cewek galak itu.

Seulgi pun mulai mengobati luka Jimin. Luka Jimin gak gede sih tapi darahnya gak berhenti-henti. Dia dengan telaten membalut luka dengan ekspresi yang masih khawatir.

Jimin menatap Seulgi dengan lekat. Entah apa yang sedang dia pikirkan hanya Tuhan yang tau."Lo kurang tidur, Seul?"

Seulgi menatap Jimin sebentar lalu kembali membalut luka cowok itu. "Iya, gue tadi malam kerja sampai subuh."

"Gak capek?"

Seulgi tidak memjawab. Gak perlu jawaban Seulgi, Jimin udah tau jawabannya.

"Seul, bisa gak gue ketemu nyokap sekali aja?"

Seulgi menatap bingung. "Buat apa?"

"Ada yang mau gue omongin. Ini demi lo juga."

"Tapi nanti bokap lo—"

"Gak, nyokap bakal baik-baik aja. Gue jamin."

Seulgi terdiam. Dia bingung harus menyetujui permintaan Jimin atau gak. "Apa yang mau lo omongin?"

"Gue mau minta nyokap berhenti nyuruh lo jadi model."

Mata Seulgi melebar dengan sempurna. "Apa urusan lo? Jangan ikut campur urusan gue!" raut wajah Seulgi berubah, dia gak suka Jimin mulai mengusik hidupnya.

"Gue tau, lo gak suka sama pekerjaan lo. Gue cuma mau lo jalanin hidup seperti yang lo mau. Tanpa ada paksaan sekalipun itu dari nyokap. Udah cukup, Seul, lo menderita karena kita saudara. Jadi, gue gak mau lo menderita karna pekerjaan lo juga." Jimin menepuk-nepuk pelan surai Seulgi agar cewek itu mengerti. "Gue tunggu persetujuan lo." Jimin pergi meninggalkan Seulgi yang masih terdiam membeku.

"Lo bikin gue makin sayang sama lo, Jim." - Seulgi.

.

.

.

Dari sisi lain, pasangan sejoli yang sedang dimabuk asmara terhenti dari kegiatan romantis mereka saat mendengar teriakan Jimin.

"Kenapa, tuh?" Kepo Jungkook.

"Udah biarin aja." Yeri menyuruh Jungkook untuk duduk kembali.

Jungkook menurut. "Jengkolnya panggang, gak?" tanyanya.

"Iya, panggang aja."

Jungkook sama Yeri dapat tugas panggang-panggang. Mereka panggangnya sambil duduk romantis biar gak capek. Tentu saja ide Jungkook.

"Nih, kaki ayam beneran dipanggang juga?" heran Jungkook sambil menatap kaki ayam.

"Iya."

"Siapa sih yang mau, aneh-aneh aja."

"Lisa yang mau."

Jungkook angguk-angguk. Gak heran kalau yang mau itu Lisa. Bisa aja kan Lisa lagi ngidam, pikirnya.

"Ya ampun, pacar gue keringatan, cape, ya?" tutur Jungkook lembut saat melihat Yeri yang serius membalik-balikkan daging yang ada di atas panggangan.

Yeri gak jawab, dia terlalu fokus sama kerjaannya. Tiba-tiba ada aja yang mengelap keringat di dahinya. Diliriknya, astaga naga dragon ball, wajah Jungkook dekat banget. Hingga dia pangling dengan wajah tampan itu, matanya, hidungnya, bibirnya. Entah mengapa matanya tidak ingin pergi dari bibir Jungkook yang menggoda itu.

"Kecup aja jangan cuma dipandang," ucap Jungkook pelan.

Yeri jadi tersadar, buru-buru dia mengalihkan matanya. Direbutnya tisu yang dari tadi Jungkook gunakan untuk mengelap wajahnya. Salah tingkah udah pasti, ketangkap basah gitu.

Jungkook senyum menahan geli melihat tingkah Yeri. "Ntar aja, ya, kalau udah pulang. Di sini banyak orang," bisik Jungkook.

"JUNGKOOK!" Yeri mukul-mukul Jungkook kesal karena malu.

Jungkook terkekeh. Dia terus-terusan meledek Yeri, bikin Yeri makin malu. Jadi, ceritanya Yeri ngambek sambil ubek-ubek panggangan.

"Jangan ngambek, babe." Jungkook mencubit pipi Yeri gemas tapi tidak dihiraukan oleh Jungkook. "Babe... " panggilnya lagi tapi gak dihiraukan. "Aduh, babe, mata gue kelilipan!"


Yeri refleks menoleh karena merasa khawatir. "Mana?"

Tiba-tiba Jungkook mencuri ciuman.

Yeri terbelalak. Darahnya mendesir naik karena keterkejutannya sampai-sampai dadanya berdetak merdu tidak karuan.

"WOY! TEMEN GUE JANGAN DINODAI!" teriak Lisa.

Refleks Jungkook dan Yeri menjauhkan kepala mereka. Yeri jadi malu karena kepergok, sedangkan Jungkook menjadi kesal.

"Kurang lama anjir!"

Continue Reading

You'll Also Like

45.7K 2.5K 34
Menceritakan tentang sosok Min Yoon-gi yang mempunyai sifat ceria yang berubah drastis menjadi dingin kepada semua wanita bahkan Lalisa Manoban pun m...
328K 38.3K 52
Bermula dari kebencian berubah saling menyayangi.. Awal dua geng yang sering kelahi dengan satu pihak yang membenci. Membuat kesalahpahaman satu sama...
729K 57.7K 40
Yeri bisa saja menolak ajakan kakek Jungkook untuk menjodohkannya pada Jungkook tapi... Yeri tidak bisa.. egonya terlalu keras sehingga menerima p...
130K 3.2K 26
Temen kok dapet jatah? [Diharap bijak dalam memilih bacaan cerita, fanfiction ini mengandung kata-kata frontal dan diberi rated 18+. Mohon kebijakann...