Better Than Almost Anything

By nyonyatua

43K 4.6K 257

Bagaimana kalau mimpi buruk yang selama ini kamu alami bukan hanya sekadar mimpi? Elliot, pemilik hotel terbe... More

Fortune Cookies
Macaron (1)
Macaron (2)
Dip Stick Chocolate
Pumpkin Muffins
Banana Chocolate (1)
Banana Chocolate (2)
Iced Chocolate (1)
Iced Chocolate (2)
Shortbread Cookies (1)
Shortbread Cookies (2)
GingerBread
Chocolate House
Ptichie Moloko
Death By Chocolate
Snickerdoodles
Orange Dream (1)
Orange Dream (2)
Streusel
Marble Cheseecake (1)
Marble Cheesecake (2)
Pita Tree
Gummy Bears
Trail Mix
Berry Cute
KARACHI
Rainbow Cake (1)
Rainbow Cake (2)
Black Forest (1)
Black Forest (2)
Black Forest (3)
Chocolate Blitzen
Angel Food
Chocolate Brownie
Chipotle Cheese Steak
Tiramisu Truffles
Twist Potato (1)
Twist Potato (2)
Splatter Paint
Meatloaf Cake
Devil Cake (1)
Devil Cake (2)
Bittersweet Hot Chocolate (1)
BitterSweet Hot Chocolate (2)
Better Than Almost Anything (1)
Better Than Almost Anything (2)
Sparkling Strawberry (1)
Sparkling Strawberry (2)
Red Velvet
Better Than Anything
Better Than Almost Anything English Version
Better Than Almost Anything di Amazon

S'More Bark

714 100 0
By nyonyatua


Angel terpaku di tempat saat bibir Elliot memulas pipinya. Rasa hangat itu masih terasa di sana. Menjalarkan rasa hangat yang lain. Hangat yang berubah menjadi panas hingga ke telinga. Dia menoleh dan memelototkan mata. Menatap Elliot dengan kemarahan yang mungkin terlihat akan meletup di dalam kedua bola matanya.

"Apa yang—"

"Kalian sudah masukkin kuenya ke dalam oven?" Suara Becca terdengar mendekat.

Suara itu memecah kemarahan yang nyaris saja terlontar dari bibir Angel. Sementara itu, Elliot berdeham pelan memalingkan wajah menatap langit-langit. Sepertinya sedang berpura-pura tidak mengingat kejadian barusan.

"Sudah. Apalagi yang akan kita kerjakan?" Angel berbalik menatap Becca.

"Menurutmu kalau ini bagaimana?" Becca mendorong buku resep ke arah Angel.

"S'More Bark?" Angel mengerutkan kening.

"Ini sepertinya mudah."

"Manis juga kalau dikemas di dalam cup." Becca menunjuk cup hijau yang berjajar di meja.

Angel menarik napas pelan. "Kalian memang ingin membuat ini, bukan? Jujur sajalah!"

Becca terkekeh. "Kamu cepat tanggap, ya."

Angel melirik arloji di tangannya. Belum terlalu sore dan malam belum akan turun kalau mereka mengerjakan kue ini. Dia menarik buku resep itu mendekat. Jemarinya menelusuri setiap tahap pembuatan.

"Kamu belum pernah membuat ini sebelumnya?" tanya Becca sambil menyiapkan bahan yang diperlukan.

"Belum."

"Kue ini tampaknya enak dan cantik."

Suara Elliot terdengar dari atas. Elliot memang tinggi, kalau berdiri berdampingan, tinggi Angel hanya mencapai bahunya. Napasnya berembus hangat di puncak kepalanya hingga membuat Angel setengah mati menahan dorongan untuk menyerang dagu Elliot dengan kepalanya.

"Kenapa kalian bersikeras untuk membuat kue ini sendiri?"

"Kenapa? Mengherankan?" tanya Elliot.

"Iya. Jadi apa alasannya?"

"Alasan, ya. Itu hanya alasan...ouch!" Kalimat Becca terputus seketika saat gadis itu mengangkat kaki kanannya. "El!"

"Aku lihat ada nyamuk menempel di celanamu," sahut Elliot santai.

"Nyamuk sekarang menjadi alasan untuk menendang orang. Jenius sekali!"

"Alasan mudah dicari bahkan dari hal yang paling kecil." Elliot mengulum senyum sementara Becca masih terus menggerutu sambil mengusap kakinya.

Saat Angel menoleh, Becca hanya berdeham pelan. Gadis itu sekarang kembali sibuk menatap bahan di meja seolah bahan itu kini bahkan bisa berbincang-bincang. Tidak lama setelahnya, Becca mulai mematahkan batangan-batangan cokelat lalu memasukannya ke dalam wadah. Elliot sibuk membantu temannya itu untuk membuka kemasan cokelat.

"Berapa banyak?"

"Apa?"

"Jumlah yang mau kita buat."

"Dua puluh tujuh, mungkin."

"Sebanyak itu?" Angel kini sibuk membuka kemasan cokelat putih lalu memasukannya ke wadah yang lain. "Untuk apa?"

"Hanya ingin bersamamu lebih lama, Angel." Elliot mengangkat bahu dengan cuek.

Angel menunduk lagi, dia seharusnya sudah terbiasa dengan semua ini. Elliot memang tipe yang akan melancarkan rayuan secara langsung. Berkali-kali dia menjadi korban rayuan maut pria ini. Tapi, ternyata dia tetap tidak kebal rayuan semacam itu. Entah kenapa kata-kata manis yang dilontarkan Elliot padanya selalu bisa membangunkan kupu-kupu bahkan mungkin lebah di dalam perutnya.

"Kalau kalian mau bercinta aku persilakan di ruangan tertutup. Jangan nodai mataku." Becca memotong tanpa mengangkat wajahnya.

Angel menghela napas berat. Berpura-pura tidak mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Becca. Bercinta katanya. Mendengar kata itu saja membuatnya jantungya berdebar lebih kencang dan perutnya terasa kaku. Dia mengepalkan jarinya yang tiba-tiba saja gemetar.

"Ini cokelatnya sudah siap." Angel mendorong wadah berisi cokelat putih.

"Aku akan memasukkannya ke microwave." Elliot menarik wadah berisi cokelat putih dan hitam yang selesai dipotong.

Angel hanya mengangguk. Lebih banyak diam saat meratakan kertas minyak di atas nampan. Suasana memang tidak menegangkan. Namun, atmosfer kaku mengambang di udara. Elliot juga lebih memilih berdiri di pojok dapur dan berlama-lama menatap microwave tanpa mengatakan apa pun.

Beberapa menit kemudian, Elliot membawa kembali cokelat yang sudah mencair dan menaruhnya di atas meja. Angel buru-buru mengulurkan jari dan menyentuh wadah. Sensasi terbakar seketika terasa di ujung jarinya.

"Ughhh!" Angel mendesis dan mengangkat jarinya saat panasnya nampan menyengat permukaan jarinya.

"Hati-hati!" Elliot setengah berteriak.

Pria itu menarik tangan Angel. Menaruh telapak tangan gadis itu pada permukaan daun telinganya. Bermaksud untuk meredam hawa panas. Angel mendongak, matanya menatap tanpa berkedip.

"Aku tidak apa-apa." Angel menarik tangannya yang masih dalam genggaman Elliot dengan paksa.

"Serius?"

"Iya."

"Kalau begitu, aku saja yang tuang cokelatnya." Elliot berpindah pada wadah-wadah cokelat yang di meja.

Elliot menuangkan cokelat hitam yang telah mencair di permukaan kertas minyak. Meski begitu, Angel bermaksud membantu dengan buru-buru meraih wadah lain yang masih hangat dan ikut menuangkan cokelat.

"Ini biskuit dan marshmallow-nya." Becca membawa mangkok berisi topping untuk melengkapi S'more bark buatan mereka. Gadis itu lalu bergerak ke dalam kamar saat ponselnya berdering dan meninggalkan mereka berdua di dapur.

"Menurutmu bukankah lebih enak memakan cokelatnya secara langsung." Angel tiba-tiba berbicara sembari meraih kemasan cokelat.

Elliot yang masih sibuk menuangkan cokelat putih di atas permukaan cokelat hitam dan membentuk pola yang melengkung ternyata tidak langsung mendongak untuk menatap Angel. "Agar lebih indah saja, Angel."

"Tapi, tidak ada perubahan rasa berarti selain penampakannya yang bagus." Angel mulai membuka kemasan cokelat batangan yang akan digunakan sebagai salah satu topping.

"Rasa mungkin saja sama, tapi tidak ada salahnya untuk membuat sesuatu yang lain."

"Kenapa?"

"Kenapa, ya?" Elliot kali ini mendongak dan terlihat berpikir. "Mungkin aku hanya ingin menjadi salah satu manusia yang bisa membuat keindahan dalam kesederhanaan."

"Keindahan dalam kesederhanaan?"

"Seperti cinta, Angel. Mencintai itu sederhana tapi indah saat dirasakan dan dipikirkan. Seperti lampu hias pada Pohon Natal. Pohon cemara membosankan pada hari–hari biasa, tapi saat Natal tiba semua pohon cemara bertransformasi menjadi indah. Keangkuhannya hilang saat hiasan menggantung di daunnya dan membuatnya jadi ramah pada hari istimewa itu."

"Tidak pernah ada kata sederhana dalam cinta." sanggah gadis itu.

"Ekspektasi dan keinginan kita sendiri yang membuat cinta itu menjadi tidak sederhana. Pada hakikatnya, mencintai kan hanya seperti senang saat bertemu, jantung berdebar-debar, dan perasaan bahagia. Kurasa jatuh cinta itu hanya reaksi fisik ketika tubuh memberi tanggapan pada meluapnya hormon. Namun, pada prakteknya cinta juga selalu bergandengan erat dengan harapan dan keinginan kita sendiri untuk memiliki, untuk mengubah atau untuk membuat orang lain selalu ada untuk kita. Mungkin bisa dibilang ini itu adalah obsesi yang mengatasnamakan cinta, bukan cinta itu sendiri."

"Bukankah orang yang mencintai selalu ingin agar orang yang dicintai selalu dekat dengan hatinya?"

"Aku rasa tidak sepenuhnya begitu," Elliot tersenyum sementara Angel menatapnya kali ini. "Mencintai membuatku ingin selalu ada untuk orang itu. Tapi, aku tidak memaksanya untuk ada untukku."

"Itu hanya teori."

"Memang. Makanya aku bilang cinta itu pasti beriringan dengan ekspektasi. Saat kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan maka kita akan kecewa. Padahal saat kita jatuh cinta pastilah kita banyak berharap." Elliot menaburkan butiran marshmallow pada permukaan cokelat.

"Anda memang benar. Kekecewaan memang timbul karena banyak berharap." Angel mematahkan biskuit dan menaruhnya di atas permukaan cokelat yang telah meleleh.

"Tapi, sejujurnya aku sudah lama berhenti berharap, Angel." Elliot menimpali.

"Kenapa?"

"Entahlah," sahut Elliot pendek.

"Lalu, apa yang akan Anda lakukan?" tanya Angel karena sepertinya Elliot tidak ingin menjawab lebih jauh lagi.

"Aku lebih ingin melangkah maju tanpa banyak berharap."

Angel mengangkat wajahnya. "Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Anda hanya takut berharap? Tanpa alasan?"

"Ya. Tanpa alasan."

Angel mengangkat kepalanya lalu memandang pria yang kini masih sibuk berkutat dengan topping di permukaan nampan. Dia menarik napas berat. Elliot sama seperti dirinya, dia sungguh takut berharap. Harapan jauh lebih banyak melukai daripada menenangkan. Hanya saja, dia punya alasan untuk takut berharap. Sedangkan Elliot agak aneh jika mengatakan kalau takut berharap tanpa alasan.

Pikirannya buyar saat Elliot menarik nampan dari tangannya. Pria itu berjalan menuju lemari es. Menaruhnya nampan cokelat itu di sana. Angel menoleh saat langkah kaki terdengar mendekat.

"Hei, aku bawa ini," Becca menaruh beberapa potongan kue pai di atas meja. "Aku yang belinya tadi," tambahnya.

Angel menatap pai strawberry di meja tanpa berkedip. Bau manis strawberry menusuk hidung. Bau yang menjijikkan dan mendadak dia ingin melenyapkan kue berbau menyengat itu sekarang juga. Kebencian terhadap kue itu tiba-tiba saja timbul, padahal sebelumnya dia tidak pernah membenci pai strawberry sebelum ini. Jemarinya meremas tepian meja. Perutnya mulai bergolak dan rasa mual menyerang. Lantai yang dipijaknya tiba-tiba terasa berputar.

"Kamu tidak apa-apa, Angel?" Becca terdengar khawatir.

Angel menutup mulut dengan tangan saat rasa mual itu semakin menghebat dan sesuatu terdorong melewati tenggorokanya.

"Angel?" Suara Elliot terdengar dari belakang.

Angel mendongak. Tangannya masih menutup mulutnya rapat-rapat. Keringat mulai bermunculan di dahinya.

"Kamu tidak apa-apa?"

Angel membuka tangannya. "Toilet."

Elliot menunjuk salah satu pintu di ujung ruangan. Angel buru-buru berlari. Dia tidak bisa menahannya lebih lama lagi karena mulutnya sekarang mulai penuh. Jemarinya meraih kenop pintu dan membuka secara serampangan. Berpegangan pada tepian wastafel, dia memuntahkan semua isi perutnya. Meski begitu, rasa mual itu belum mereda. Cairan terus menggelegak keluar dari mulutnya dan menimbulkan batuk pelan. Dia benar-benar membenci buah yang satu itu. Bau buah itu membuatnya mual.

Angel menyalakan keran air saat rasa pahit memenuhi mulut. Jika sudah begitu maka semua isi perutnya telah berhasil di keluarkan. Suara air masih mengucur deras. Dia menatap bayangan wajahnya di cermin. Berantakan dan pucat. Dia menggigit bibir, menahan dorongan perasaan yang segera berubah menjadi isak tangis. Menyesali dirinya yang sudah hancur seperti ini. Waktu kehancuran itu tidak akan lama lagi, mungkinkah dia bisa menggantungkan harapan. Berharap sedikit saja sebelum semuanya terlambat.

Continue Reading

You'll Also Like

23.9M 1.4M 57
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] "Lo mau nurut sama gue ato gue halalin sekarang?" - Alaska "Halal gundulmu!!" - Jena ===========...
55M 5.6M 51
"πš‚πšŽπš™πšŠπšœπšŠπš—πš πš•πšžπš”πšŠ πš’πšŠπš—πš πš‹πšŽπš›πšŠπš”πš‘πš’πš› πšπšžπš”πšŠ." -π’œπ“‚π‘’π“Žπ“ˆπ’Ύπ’Άπ’Ά, 𝟒𝟒.𝟒𝟒 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue...
6.1M 324K 14
Ketika lelaki yang ia cintai menolak pernyataan cintanya, Caca bertekad untuk menaklukkan hati lelaki itu. Lagipula, sebelum janur kuning melengkung...
SAMUEL By Itakrn

Teen Fiction

19M 2.3M 38
[Sudah Terbit + Part Masih Lengkap] Baby El, panggilan kesayangan dari Azura untuk Samuel. Namanya Samuel Erlangga. Laki-laki tampan dengan segala ke...