Better Than Almost Anything

By nyonyatua

43K 4.6K 257

Bagaimana kalau mimpi buruk yang selama ini kamu alami bukan hanya sekadar mimpi? Elliot, pemilik hotel terbe... More

Fortune Cookies
Macaron (1)
Macaron (2)
Dip Stick Chocolate
Pumpkin Muffins
Banana Chocolate (1)
Banana Chocolate (2)
Iced Chocolate (1)
Iced Chocolate (2)
Shortbread Cookies (1)
Shortbread Cookies (2)
GingerBread
Chocolate House
Death By Chocolate
Snickerdoodles
S'More Bark
Orange Dream (1)
Orange Dream (2)
Streusel
Marble Cheseecake (1)
Marble Cheesecake (2)
Pita Tree
Gummy Bears
Trail Mix
Berry Cute
KARACHI
Rainbow Cake (1)
Rainbow Cake (2)
Black Forest (1)
Black Forest (2)
Black Forest (3)
Chocolate Blitzen
Angel Food
Chocolate Brownie
Chipotle Cheese Steak
Tiramisu Truffles
Twist Potato (1)
Twist Potato (2)
Splatter Paint
Meatloaf Cake
Devil Cake (1)
Devil Cake (2)
Bittersweet Hot Chocolate (1)
BitterSweet Hot Chocolate (2)
Better Than Almost Anything (1)
Better Than Almost Anything (2)
Sparkling Strawberry (1)
Sparkling Strawberry (2)
Red Velvet
Better Than Anything
Better Than Almost Anything English Version
Better Than Almost Anything di Amazon

Ptichie Moloko

789 106 9
By nyonyatua


Angel menata kue di etalase toko pagi ini. Sesekali dia menoleh ke arah pintu depan yang terbuka. Mendesah kecewa untuk kesekian kalinya kala bukan pria itu yang datang. Sudah enam pelanggan datang berkunjung sejak Kiandra dibuka, tetapi Elliot bukan salah satunya. Padahal biasanya pria datang terlalu pagi untuk mengganggunya. Dia tidak menginginkan gangguan dari Elliot seperti biasanya, tetapi entah mengapa dia berharap pada pelanggan ketujuh pria itu akan masuk.

Dua belas menit kemudian, harapannya pada pelanggan ketujuh lenyap sudah. Kali ini wanita paruh baya yang berisik datang dengan sederet pesanan. Angel hanya bisa menarik napas kecewa. Memangnya apa yang diharapkannya?

Benar kata Shakespeare, berharap itu selalu menyakitkan. Romeo dan Juliet juga tersakiti dalam pengharapan. Pada akhirnya, bukan saja perbedaan yang memisahkan bahkan maut yang turun tangan sendiri memisahkan mereka. Itulah kenapa lebih baik tidak berharap apa pun akan berubah dalam hidupnya. Katanya berharap pada manusia adalah sebuah tindakan bodoh yang penuh kesia-siaan.

"Hitungan ketujuh itu keberuntungan, kedelapan adalah keabadian, lalu setelahnya kesialan dan omong kosong. Dan aku—"

Gumamannya terputus ketika suara lonceng bergetar dan pintu Kiandra terbuka lebar. Angel mendongak dan menemukan sosok yang ditunggunya sejak pagi. Elliot kini berjalan masuk dengan senyuman yang menenun bibirnya seperti biasa. Melihat senyuman itu, Angel mengusap tengkuk. Entah dia lega atau takut sekarang karena Elliot muncul sebagai pelanggan kedelapan. Tepat setelah dia menyebutkan namanya dan mengatakan kalau delapan adalah keabadian. Hal ini hanya kebetulan, tidak ada yang namanya keajaiban. Benar, pasti begitu.

"Selamat pagi!" sapa Elliot sembari memamerkan senyuman yang lebih lebar hingga barisan giginya terlihat cukup jelas.

"Pa—pagi, Sir—eh—"

"Elliot." Pria itu mengoreksi.

"Hmmm, ya. Elliot. Anda mau memesan apa?"

"Pesanan, ya?"

"Benar, pesanan," kata Angel yang masih gagal meredakan kegugupan.

Untung saja Elliot menunduk dan tidak memperhatikan tingkahnya. Pria itu sibuk menyisir deretan kue di dalam etalase dengan matanya. Setelahnya, Elliot menunjuk sepotong kue dengan irisan marshmallow tebal berbalut cokelat.

"Ptichie Moloko?" Angel mengerutkan kening. Selera Elliot ini semakin hari semakin aneh saja, dia seolah ingin mencoba semua kue di Kiandra.

"Dua potong dan dua gelas susu cokelat hangat."

"Baik."

"Dan—" Ada nada geli dalam suaranya. Agak menyebalkan karena Elliot sepertinya sengaj memotong kalimatnya hingga terkesan menggantung.

Angel kini meneguk ludah sembari menatap Elliot lekat-lekat. "Dan, apalagi?"

"Seorang malaikat Kiandra untuk pagi ini."

Dia bilang malaikat Kiandra. Maksudnya itu dirinya, kan?

Astaga. Angel nyaris tersedak ludahnya sendiri. Sementara itu, suara Martha yang terkikik di belakang pantri terdengar sangat jelas. Adakah jenis rayuan yang lebih murahan daripada ini? Memalukan sekali.

Meski begitu, debaran jantungnya menanjak naik. Angel hanya bisa berdeham pelan dan mencoba menyembunyikan pipinya yang memanas. Tubuh sialannya yang bereaksi sedemikian heboh hanya karena sepotong rayuan, benar-benar menyedihkan.

"Aku tunggu di sana ya, Angel."

Angel mengangguk kaku dan mengiyakan dengan terbata-bata. Dia bahkan masih mematung sampai beberapa menit setelah Elliot bergerak ke mejanya yang biasa. Matanya tidak mau lepas dari punggung pria itu. Angel buru-buru mengerjap dan menggeleng.

"Ini hanya pengaruh hormon," gumamnya sambil menepuk pipi dan mencoba menurunkan debaran jantungnya yang menggila.

Setelah merasa sudah bisa menenangkan diri, Angel menarik dua potong kue pesanan Elliot ke atas piring saji. Martha melengkapi pesanan dengan dua gelas susu cokelat hangat di atas nampan. Wanita itu mengedipkan mata dan memberikan senyuman menggoda. Sementara Angel hanya bisa mengerucutkan bibirnya dengan sebal.

"Pelanggan tetaplah pelanggan, Malaikat Kiandra," godanya.

Angel hanya berdecak pelan menaggapi godaan itu. Dia memilih untuk langsung mengantar pesanan saja. Tungkainya bergerak cepat menuju meja di ujung kedai. Tepat di depan jendela kaca, tempat Elliot biasa menghabiskan waktu kalau berkunjung ke Kiandra.

"Duduklah!" Elliot lagi-lagi mempertontonkan gigi biji mentimunnya.

Angel duduk di depan Elliot setelah menaruh nampan di meja. "Kenapa Anda lagi-lagi melakukan ini?"

"Formal sekali!"

"Apa?"

"Santai sedikit, Angel!" pinta Elliot. "Kita kan sudah saling memanggil nama sekarang."

"Kenapa harus?" tanyanya sembari menatap mata biru Elliot sementara sudut mata pria itu membentuk kerutan saat bibirnya tersenyum.

"Bukankah kita teman?"

"Teman—"

"Sahabat bisa juga."

"Platonic friendship?"

"Bisa juga kamu sebut begitu," Elliot menaruh sepotong kue di depan Angel. "Untuk saat ini."

"Apa?"

"Karena aku menginginkan lebih dari sahabat."

"Anda bercanda?" Angel nyaris memekik. Bisa-bisanya pagi-pagi begini sudah menyatakan perasaan.

"Memangnya apa yang kamu pikirkan?" Elliot mengerutkan kening.

Angel langsung terdiam. Lebih dari sahabat itu bisa jadi pacar atau hal yang lain seperti rekan kerja. Ah, ya, Tuhan, kenapa sih dia harus bertingkah memalukan begini?

"Ma—maaf, saya bukan berpikir yang bukan-bukan," katanya akhirnya.

"Kamu boleh kok berpikir yang bukan-bukan, toh itu benar."

"Apanya yang benar?" Angel melebarkan kelopak matanya sekarang. Benar kalau Elliot berharap lebih dekat dari sekadar teman, kan?

"Lupakan saja. Ngomong-ngomong kamu tahu arti nama kue ini?"

Angel menarik napas sebal. Mengalihkan pembicaraan, trik pria ketika terpojok. Dia selalu sebal dengan trik yang satu ini. Namun, dia tidak berani mengatakannya secara langsung karena selain hal itu akan membuatnya semakin malu, Elliot adalah pelanggan sekaligus partner kerja yang diharapkan oleh Martha. Dia tidak boleh membuat pria ini kecewa dan tidak suka pada Kiandra.

"Bird's Milk cake, susu burung," sahut Angel sambil memotong kue dengan garpu.

"Susu burung, lucu juga."

"Nama yang menyesatkan bukan?"

"Iya."

"Apalagi kalau mengingat kue ini tidak ada hubungannya dengan burung jenis apa pun." Angel memasukkan potongan kue dalam mulutnya.

"Ah, kue ini satu-satunya kue yang dipatenkan pada masa Uni Soviet." Elliot menyesap susu cokelat itu dengan sedotan.

"Oh, ya?"

"Iya, benar. Resep resminya sendiri dikembangkan oleh Vladimir Guralnik, tokoh legendaris dalam dunia sajian manis di Rusia." Elliot tersenyum lagi menyadari ekspresi bosan yang terpampang di wajah Angel. "Aku tampak sok pintar ya?"

"Aku baru tahu kalau Anda ahli sejarah juga." Angel menyahut dingin.

"Aku baca ini," Elliot mengacungkan ponselnya hingga nampaklah artikel pencarian yang baru saja dikatakannya.

"Astaga!" Angel berusaha menahan tawa yang ingin terlepas sesegera mungkin dari bibirnya.

"Aku hanya ingin membuatmu terkesan," ucapnya terdengar jujur.

"Itu tidak perlu, saya sulit terkesan dengan hal apa pun."

"Aku tahu. Selain itu, ini ucapan terima kasih."

"Untuk?"

"Chocolate house yang kamu kirim kemarin."

Angel yang masih sibuk mengunyah kue seketika menghentikan kegiatannya. Mata cokelatnya berkabut bingung. "Chocolate house?"

"Ehem." Elliot memperlihatkan potret rumah cokelat yang kini bertengger di meja rumahnya.

"Anda sudah menerimanya?"

"Tentu saja. Kiriman dari surga apalagi diantarkan langsung oleh malaikatnya pasti langsung sampai tanpa delay."

"Saya mohon, Anda berhenti mengumbar kata-kata rayuan, masih terlalu pagi." Angel mengibaskan tangan. Berusaha menutupi jantungnya yang kembali berdebar-debar.

"Kamu merasa tergoda?" tanya Elliot sambil terkekeh pelan.

"Bu—bukan begitu. Saya hanya risih."

"Kenapa?"

"Bukan apa-apa."

Elliot hanya tertawa setelahnya, sementara Angel masih sibuk menata hati. Debaran jantungnya benar-benar menggila sekarang.

"Angel!"

"Ya?"

"Oke, kita ganti topik."

"Soal kue lagi?"

"Pastinya. Kamu tahu jika rumah cokelat itu untuk seseorang yang tak punya tempat kembali maka Ptichie Moloko untuk seseorang yang memiliki masa kecil di rumah itu."

"Maksudnya?"

"Ptichie Moloko, kue yang kental dengan rasa kanak-kanak. Maka kue itu akan menjadi pas untuk melengkapi rumah cokelat."

"Tolong jangan berbelit-belit!"

"Sejujurnya aku baca sekilas tentang kue ini sambil menunggu kamu datang. Lalu, mendadak aku ingin memberikan tawaran padamu, Angel."

"Tawaran apa?"

Elliot berdeham pelan dan menutupi bibirnya dengan jarinya yang menekuk. "Kalau kamu memberikanku rumah cokelat untukku, manusia yang tidak punya tempat pulang maka biarkan aku memberikan rasa kanak-kanak padamu, Angel. Rasa yang lugu, tanpa beban, tanpa kebohongan dan murni. Rasa yang selalu ceria, penuh kebahagiaan dan tanpa kesedihan."

"Makanya Anda minta saya untuk menemani Anda memakan kue ini?"

"Kamu benar."

Saat manik mata birunya menatapnya lekat-lekat, Angel berdeham. Dia kemudian membuang muka ke arah jalanan. "Kata Anda tadi kita hanya berteman."

"Teman adalah komponen masa kecil, Angel. Seseorang yang selalu menyediakan tempat untuk kembali."

"Anda benar," katanya. "Lagi-lagi, tidak ada yang salah."

"Aku bisa salah, Angel. Termasuk aku salah menilaimu di pertemuan awal kita."

"Jadi, Anda mengaku salah."

"Well. Kuakui, iya." Elliot mengangkat kedua alisnya. "Lalu, gara-gara kamu, aku tidak akan lagi merindukan makam untuk pulang. Meski tidak sebanding, kuharap Ptichie moloko hari ini juga memberimu tempat untuk kembali, Angel."

"Meski hanya sebagai sahabat?"

"Sebagai apa pun yang kamu inginkan, Angel."

Angel menelah ludah. Dia kemudian menatap wajah pria itu. Ellio tengah tersenyum, terlihat tulus dan tidak berbahaya. Ya, Elliot lah anak kecil itu. Anak yang lugu dan penuh kasih. Senyum tipis terulas di bibirnya. Mungkin sekarang dia punya tempat untuk berbagi segala sesuatu. Tentang kebahagiaannya, kesedihannya, atau kesengsaraannya.

Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 315K 16
"Ayang pelukkk" "Yang kenceng meluknya" "Ayang mau makannn" "Ayangg ciummm" "Ayanggg ikutt" "Ayanggggg" Pertamanya sok-sok an nolak.. Ujung-ujun...
7.4M 577K 39
Seorang gadis SMA yang dijual oleh kedua orang tuanya kepada pengusaha besar yang berusia sekitar tujuh tahun lebih tua darinya. Sayna, gadis berusia...
8M 1M 48
"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ...
27.4M 2.4M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...