PERJODOHAN TAK TERDUGA [COMPL...

By novitagr

8.9M 294K 8.3K

DON'T COPY MY STORY! **** Geaveta Mckenzie Deandro. Cantik. Fashionista. Selalu... More

SAMUEL WILLIAM DIMITRI
GEAVETA MCKENZIE DEANDRO
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
13
14
15
BUTUH SARAN READERS
16
PENGUMUMAN
5 (RE-POST)
17
18
19
PENTING!
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
ATTENTION
30
SOME OF SAMUEL PROPERTIES
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
EXTRA PART
INFO SEQUEL

12

153K 4.9K 32
By novitagr

Happy reading!

Jangan lupa click bintang 🌟

________

SAMUEL POV's

"Samuel!" ucapnya sambil memukul dada ku, lucu sekali wanita se-galak Gea bisa merona malu.

"Aku suka saat kau merona." ucap ku sambil menatap Gea.

"Ugh!" Geram nya sambil mencubit pinggangku dan menenggelamkan wajahnya di bantal kursi.

"Di sini saja kalau mau bersembunyi." ucap ku seraya menyandarkan kepala Gea ke dada ku.

"No!" ucap nya sambil berusaha melepaskan pelukanku.

"Kenapa sekarang tidak mau? Padahal tadi kau justru menenggelamkan kepala kamu ke dadaku waktu kau tertidur saat aku gendong." ucapku sambil menatap Gea dan sukses membuatnya pipinya lebih merona daripada sebelumnya.

***

GEAVETA POV's

"Kenapa sekarang tidak mau? Padahal tadi kau justru menenggelamkan kepala kamu ke dada ku waktu kau tertidur saat aku gendong." ucap Samuel telak dan sukses membuat aku diam—sangat malu.

Rasanya, aku ingin menjatuhkan diri dari pesawat dan menenggelamkan diriku ke dasar laut yang paling dalam saat ini juga.

MALUU!

"Sudah, tidak perlu malu." ucap nya sambil tertawa renyah seraya menoel pipiku yang aku yakini sudah se merah tomat masak.

"Siapa yang malu?!" ucap ku sengit kearahnya yang hanya dibalas dengan gelengan kepala yang disertai kekehan renyahnya.

Setelah percakapan tadi, kami saling diam. Aku sibuk dengan rasa maluku, sedangkan Samuel yang sibuk dengan macbook yang sedari tadi berada di pangkuannya.

Masih lama, ya?

Lapar..

Kan malu kalau mau bilang..

Ugh, pengertian sedikit, please!

Samuel, aku lapar!

Berhenti bekerja dan ajak aku makan, please...

Samuel!!

Dasar pria tidak peka!

Tapi semua itu hanyalah suara hati, yang tidak mungkin untuk diutarakan. Lebih baik menahan lapar daripada harus menahan malu—lagi.

Dua jam berlalu dan Samuel masih tetap fokus menatap macbook nya. Sedangkan aku, sejak satu jam yang lalu sudah menahan perih di perutku, kurasa maag ku kambuh karena aku belum makan sejak pagi. Sejak tadi aku memang masih kuat menahan rasa sakit ku dengan sesekali memejamkan mataku, tapi kali ini benar-benar sakit— aku sudah tidak kuat lagi.

"Arghh," gumam ku seraya meremas perutku.

***

SAMUEL POV's

"Arghh," erangan Gea yang seperti orang sedang menahan sakit sukses membuat aku menolehkan kepalaku ke arahnya dan kudapati Gea dengan wajah memucat tengah meremas perutnya.

"Shit! Gea, ada apa dengan mu!?" tanya ku panik seraya menyentuh pundak Gea, satu detik selanjutnya Gea sudah tidak sadarkan diri di kursinya.

"Gea, Gea bangun! Gea kumohon bangun, ada apa denganmu?! Astaga!" ucap ku sambil menggendong Gea menuju kamar yang ada di dalam privat jet ku.

Aku langsung membaringkan Gea dan memberi minyak aromaterapi di area pelipis dan di area dekat hidugnya. Aku tidak tau apa yang sudah terjadi pada Gea, tapi setahuku minyak aromaterapi bisa membuat orang bangun dari pingsannya.

Aku langsung memanggil salah satu pramugari di privat jet ku untuk menyuruhnya membuatkan bubur untuk Gea. Aku mengelus puncak kepala Gea dengan lembut dan terus berharap Gea akan segera siuman.

Tidak seberapa lama, Gea akhirnya membuka matanya dan itu sungguh membuat aku merasa lega. Aku tetap mengelus puncak kepala Gea dan bertanya kepadanya.

"Bagian mana yang sakit?" tanya ku lembut sambil terus mengelus rambut panjangnya.

"A—aku hanya maag," jawab nya lemah.

Astaga, kenapa dia tidak bilang daritadi jika perutnya sakit. Ck, Gea!

"Kenapa tidak bilang kalau lapar, hm?" tanya ku sekali lagi berusaha tetap lembut agar dia tidak takut denganku.

"Tadi kau sangat serius dengan macbook mu dan sepertinya kau sibuk. Jadi aku tidak mau mengganggu." jawab nya tanpa menatapku.

"Hei, kau bisa bilang kalau kau lapar lalu kita akan makan, Gea. Lain kali jangan seperti ini lagi, kau membuatku khawatir. Aku tidak ingin kau sakit." balasku lembut kepadanya yang hanya dibalas dengan anggukan kecil.

Setelah itu, seorang pramugari datang dengan membawakan bubur pesanan ku tadi.

"Bangunlah sebentar, kau harus makan." aku membantunya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Aku tidak suka bubur." Gea menolak sesendok bubur yang kuberikan padanya.

"Lau kau ingin makan apa? Katakan padaku." tanya ku sambil meletakkan mangkuk bubur ke atas nakas.

"Lasagna," Gea menatapku dengan puppy eyes andalannya.

"Lasagna? nanti maag mu bisa kambuh lagi karena memasak lasagna butuh waktu yang cukup lama. Makanlah ini dulu, nanti setelah sampai, kita makan lasagna. Okay?" aku berusaha membujuk Gea agar mau memakan bubur itu.

"OK." jawabnya singkat.

Aku kembali menyendokkan bubur dan menyuapkan kepada Gea yang kemudian ia terima dengan enggan. Gea tidak mau menghabiskan buburnya, dia bilang buburnya terasa hambar—padaha saat aku cicipi, rasanya cukup enak. Tapi aku tidak mau memaksanya lagi, karena sebentar lagi kami akan mendarat, jadi aku akan membiarkan Gea makan lasagna setelah ini.

"Tidurlah, nanti aku bangunkan jika kita sudah sampai." ucap ku seraya mengelus puncak kepala Gea dengan lembut.

Gea menuruti perkataanku dan kembali membaringkan tubuhnya sebelum ia kembali terlelap. Aku menunggunya  sambil terus mengelus rambut nya dengan lembut.

Sepuluh menit lagi pesawat kami akan mendarat, aku memutuskan untuk membereskan macbook dan barang-barang ku sebelum kembali ke kamar lagi.

***

Saat jet ku sudah mendarat dengan sempurna, aku menggendong Gea dan membawanya masuk ke dalam mobil yang sudah menjemput kedatanganku—sedangkan orang-orang ku yang membawakan barang-barang kami menuju mobil.

Aku memutuskan untuk membawa Gea ke mansion keluarga ku karena jaraknya yang paling dekat dengan bandara. Hanya butuh waktu tempuh selama dua puluh menit untuk bisa sampai ke mansion keluarga ku.

Setibanya kami tepat di deoan pintu utama, aku langsung menggendong Gea dan membawa wanitaku itu menuju kamar pribadiku sebelum menidurkannya ke ranjangku. Setelah itu, aku meminta para maid yang ada di mansion untuk membuatkan lasagna sesuai yang Gea bilang tadi.

Sangat tidak mungkin jika aku membawa Gea makan ke restauran mengingat wajahnya yang sudah pucat dan tubuhnya yang masih lemas. Jadi, aku memutuskan untuk membawa Gea ke mansion ku. Lagipula di sini juga ada koki pribadi yang bisa memasak semua jenis makanan yang ku inginkan.

"Aku akan pergi ke kantor, mungkin akan lama. Jika nanti Gea bangun, maka layani dia sebaik mungkin dan berikan apa yang dia inginkan." jelasku panjang lebar yang hanya dihawab dengan anggukan patuh dari mereka.

Setelah itu, aku langsung berangkat menuju kantor ku untuk mengurusi segala persiapan untuk meeting ku besok.

***

GEAVETA POV's

Aku menggeliat sebentar sebelum membuka mataku perlahan dan bangun dari tidurku. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan dimana aku berada saat ini. Dan aku merasa asing dengan tempat ini, aku tidak tau di mana ini—yang jelas ini adalah kamar. Tapi aku tidak tau ini kamar siapa.

Kamar dengan dominan warna hitam dan abu-abu dengan bau maskulin. Sepertinya, aku mengenal bau ini. Bau maskulin tapi bisa menjadi bau yang sangat menenangkan di saat yang bersamaan. Tapi tunggu, ini seperti bau parfum milik Samuel?! Hell No! Kenapa aku bisa tidur di kamarnya?!

Aku langsung bangun dari tempat tidur sebelum melangkahkan kaki ku keluar dari kamar ini untuk mencari siapapun yang ada di rumah ini. Saat aku keluar dari kamar hitam pekat itu, aku menyadari bahwa ini adalah mansion keluarga Samuel, ya aku ingat sekali dengan interior ini.

Aku melangkahkan kaki ku menuju dapur dan ku lihat ada beberapa orang sedang memasak makanan di sana dan ada beberapa orang lagi yang sedang merapikan meja makan.

Aku menghampiri salah satu dari mereka untuk menanyakan keberadaan Samuel.

"Permisi?" ucap ku hati-hati sambil menyentuh pundak salah satu wanita yang kira kira berumur lima puluh tahunan.

"Eh, nona Gea sudah bangun. Mari nona, duduk dulu di meja makan, sebentar lagi makanan nya selesai dibuat." ucap nya ramah dengan senyuman dan menuntunku ke arah meja makan.

"Samuel dimana ya, ...?" ucap ku bingung harus memanggilnya apa.

"Panggil saja saya, Obadiah nyonya. Oh iya, Tuan muda Samuel sedang pergi ke kantornya, nona. Tuan bilang mungkin akan lama. Jadi, Tuan menyuruh saya untuk melayani anda sebaik mungkin di sini." ucap nya menjelaskan sambil membawakan se piring lasagna untukku.

"Oh begitu ya. Ngomong-ngomong, anda tidak perlu memanggil saya dengan sebutan 'nona', Obadiah. Panggil Gea saja," ucap ku memintanya agar berhenti memanggilku 'nona'.

"Tidak, nona, itu sangat tidak sopan." ucap nya sambil menunduk.

"Tidak apa-apa, saya lebih suka dipanggil Gea saja. Oh iya, ini lasagna untuk saya?" tanya ku kepada Obadiah.

"Iya, nona Gea, tadi tuan berpesan untuk memasakkan lasagna untuk nona Gea. Silahkan nona, dicoba." jawabnya dengan tetap memanggilku nona. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat sifat Obadiah yang sangat menghormati majikannya.

"Ah, ya, terimakasih. Mari makan dengan saya di sini." ucap ku mengajaknya duduk di sampingku.

"Tidak nyonya, saya sudah makan tadi." ucap nya menolak halus.

"Oh baiklah, kalau begitu saya makan dulu, ya." ucap ku tersenyum ke arahnya.

"Iya nona, silahkan. Saya mau ke dapur dulu, kalau anda membutuhkan sesuatu, panggil saja nama saya." ucap nya berpamitan kepadaku dan ku balas dengan anggukan kepala.

Setelah makanku habis, aku kembali ke kamar Samuel untuk mencari keberadaan ponsel ku yang ternyata ada di atas nakas samping tempat tidur. Setelah mengambil ponsel, aku keluar menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi. Karena bosan, amu memilih untuk mengirimkan pesan kepada Samuel.

Geaveta Deandro
Apa kau masih lama?

Setelah mengirimkan pesan tadi, aku meletakkan kembali ponsel ku di atas meja dan melanjutkan kegiatan menonton ku. Selang waktu sepuluh menit, ponsel ku berbunyi yang menandakan jika ada pesan masuk. Aku langsung menbuka ponsel ku dan melihat pesan yang Samuel kirim.

Samuel Dimitri.
Sepuluh menit lagi aku sampai. Ada apa?

Jari ku langsung membalas pesan dari Samuel dengan lincah.

Geaveta Deandro
Tidak apa.

Satu menit selanjutnya, samuel sudah membalas pesan ku.

Samuel Dimitri.
Sudah makan? Atau mau dibawakan sesuatu?

Geaveta Deandro
Sudah barusan. Tidak perlu.

Samuel Dimitri.
Yasudah, kalau begitu tunggu aku sebentar lagi. Aku sudah dekat.

Aku tidak membalas pesannya dan kembali meletakkan ponsel ku di atas meja kembali dan melanjutkan acara menonton tv ku tadi.

Tidak lama kemudian, terdengar suara mobil masuk ke halaman mansion, pasti itu mobil Samuel. Aku langsung keluar untuk membukakan pintu utama untuk Samuel.

Setelah turun dari mobil, Samuel langsing menghampiriku dan mencium keningku sejenak lalu mengajakku untuk kembali masuk ke dalam mansion.

"Apa perutmu masih sakit?" tanya nya sambil membawaku masuk ke dalam mansion keluargnya.

"Tidak, sudah lebih baik daripada tadi." jawab ku yang hanya dibalas dengan anggukan kepala nya.

"Apa kau sudah makan?" tanya ku bertanya pada Samuel.

"Belum, tadi tidak ada waktu." ucap nya sambil duduk di sofa dan menggulung lengan kemejanya sebatas siku.

"Kalau begitu kau harus makan." ucap ku kepada Samuel seraya menarik lengannya dan membawa pria besar itu menuju meja makan.

"Mau makan apa?" tanya ku kepada Samuel saat ia sudah duduk di kursi meja makan.

"Steak saja." ucap nya sambil melihat menu makanan yang ada di meja makan.

Aku lali mengambilkan sepotong daging serta beberapa sayuran  dan meletakkannya ke atas piring yang ada dihadapan Samuel sebelum menyiram daging itu dengan saus yang tersedia.

"Kau tidak mau makan lagi?" tanya nya heran saat melihatku hanya duduk di hadapannya tanpa mengambil makanan apapun.

"Aku baru selesai makan. Maaf tidak menunggumu," ucap ku dan dibalas dengan anggukan kepala.

Setelah itu, tidak ada pembicaraan lagi antara aku dan samuel. Ia memakan makanannya dan aku duduk di hadapannya tanpa melakukan apa-apa.

Setelah Samuel menghabiskan makanannya, ia mengajakku untuk ke taman belakang. Dia bilang ingin membicarakan pernikahan kami.

_________

Surabaya, 28 maret 2017
23:49

Novitagr

________

Jangan lupa tinggalkan jejak, luv!

🌟

Continue Reading

You'll Also Like

15.4M 182K 31
" Aku bisa membantumu, tapi dengan satu syarat. " Harva " Mm..Apa syaratnya? " Nesha " Layani aku setiap aku mau dan selama masa kuliah kita. " Harva...
10.8M 914K 63
MENIKAHI SULTAN KAYA RAYA💸 Salah satu cara agar cepat menjadi kaya dengan cara yang instan adalah dengan mendapatkan suami yang kaya. Itulah impian...
2.4M 12.4K 3
Thomas Alexander, pria Italia berusia 44 tahun yang betah melajang karena perempuan yang ia cintai tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah. Ga...
23.7M 1M 23
(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA "Mau enggak mau, lo harus jadi pacar gue." "Pacar?" tanya Chrisa mengulang ucapan Alvero. "Iya. Pangkat l...