Why You? 🔚

De _veronicha_

494K 20.7K 799

Mereka menikah tanpa didasari oleh cinta. Mereka di satukan karena dijodohkan. Akankah cinta bisa hadir pada... Mais

Prolog
Why You - 1
Why You - 2
Why You - 4
Why You - 5
Why You - 6
Why You - 7
Why You - 8
Why You - 9
Why You - 10
Why You - 11
Why You - 12
Why You - 13
Why You - 14
Why You - 15
Why You - 16
Why You - 17
Why You - 18
Why You - 19
Why You - 20
Why You - 21
Why You - 22
Why You - 23
Why You - 24
Why You - 25
Why You - 26
Why You - 27
Why You - 28
Why You - 29
Why You - 30
Why You - 31
Why You - 32
Why You - 33
Why You - 34
Why You - 35
Why You - 36
Why You - 37
Why You - 38
Why You - 39
Why You - 40
Why You - 41
Why You - 42
Why You - 43
Why You - 44
Why You - 45
Why You - 46
Why You - 47
Why You - 48
Why You - 49
Epilog

Why You - 3

12.6K 504 4
De _veronicha_

Typo!!!

Haruna

Setelah makan malam selesai, kami langsung menuju ke kamar masing-masing.

Saat ini aku dan Davian sudah duduk di pinggir ranjang pada lain sisi.

Kami sedang menunggu Carolina yang sedang mengosok gigi dan menganti bajunya dengan piyama yang dibantu oleh Aira.

"Kenapa kau tidak berusaha menolaknya?" tanyaku tajam pada Davi.

"Aku tidak punya pilihan. Tidak mungkin aku menolak keinginan Carol didepan yang lainnya," jelas Davian.

"Tapi... arrghh!" erangku kesal.

"Kau sendiri, kenapa tidak menolaknya?" pertanyaan dari Davian menghentikan erangan kesalku.

"Salahkan saja wajah memelas adikmu yang sangat mengemaskan dimataku!" selaku cepat.

"Lemah!" ejeknya.

Aku langsung melotot tajam padanya.

"Hanya karena tatapan mengemaskan dari Carol kau langsung luluh," cemoohnya.

Aku memutar bola mataku bosan, "terserah apa katamu, yang penting malam ini kau harus tidur disofa itu." tunjukku pada sofa disudut kamar.

Davian membuka mulut bersiap untuk protes saat suara ketukan pintu membungkamnya.

Aku tersenyum sinis, lalu berjalan kearah pintu dan membukanya.

Disana sudah berdiri Aira dan si imut Carolina.

"Hai kak Halu," sapa Carolina.

"Hai cantik," balasku.

"Maaf merepotkan kalian," Aira merasa bersalah.

"Tidak masalah, bu, aku malah senang karena Carol mau tidur bersama kami," jelasku.

"Apa tidak menganggu kalian?" tanya Aira kurang yakin.

Aku mengeleng, "tidak sama sekali."

"Baiklah," ucap Aira pada akhirnya. "Selamat tidur sayang," Aira mengecup pipiku dan Carolina bergantian.

"Selamat tidur, bu," ujar Carolina.

"Selamat tidur juga, bu," timpalku.

Aira mengangguk, dia tersenyum sekilas dan berlalu pergi.

"Ayo sayang," kataku sambil mengendong tubuh kecil Carolina.

Aku berjalan masuk membawa Carolina dalam gendonganku. Aku melihat Davian sudah berbaring diatas ranjang.

Aku menurunkan Carolina. Anak itu begitu pintar, terbukti dengan dia yang langsung mengambil posisi berbaring. Carolina tampak manis dengan piyama bergambar hello kitty berwana merah muda, dalam dekapannya juga ada boneka serupa piyamanya berukuran sedang.

"Kak Halu, aku tidak mau tidul didekat kak Dav, aku mau tidul disamping kak Halu saja," kata Carolina sambil menjulurkan lidahnya kearah Davian, mengejek kakak sulungnya.

"Kenapa?" tanyaku, tapi aku justru melemparkan senyum cemooh pada lelaki itu.

"Kak Dav itu tidak asyik, dia menyebalkan dan kaku," jelas Carolina.

Davian langsung melotot mendengar kata-katanya yang keluar dari mulut adiknya.

Aku terkekeh kecil yang membuat Davi semakin melotot, "kau dengar, bahkan adik kecilmu ini tau kau itu lelaki seperti apa!"

Davi mendengus, "tutup mulutmu, Miura. Sekarang cepat tidur!" perintahnya.

Aku mengangkat bahu acuh, lalu mengambil posisi ditengah antara Davian dan Carolina.

Saat aku berbaring, Carolina langsung memelukku sementara bonekanya dia biarkan tergeletak disampingnya.

"Kak Halu wangi sekali," aku merasa geli saat Carolina mengendus leherku.

"Well, saatnya untuk tidur princess." Kataku.

"Aku mau tidul jika kak Dav menyanyikan lagu untukku," ucap Carolina.

Hampir saja tawaku meledak kalau saja Davian tidak menyikut punggungku, tapi bahuku masih berguncang kecil karena menahan tawa.

"Aku tidak bernyanyi, Carol," kata Davi.

"Tapi aku ingin kak Dav bernyanyi," ucap Carolina memelas.

"Ayo bernyanyi, tuan Davian," timpalku.

"Tidak!" ujar Davi tegas.

Wajah Carolina cemberut lucu, "baiklah, jika kak Dav tidak mau bernyanyi. Kak Dav harus tidul memeluk kak Halu dari belakang dan aku dipeluk dari belakang oleh kak Halu, lalu aku memeluk Miss Kitty."

Aku langsung melotot mendengar perkataan gadis kecil ini.

Aku bersiap protes saat Davian bersuara.

"Aku setuju," ucap Davian, dia langsung memeluk tubuhku dari belakang.

"Apa kau gila?" tanyaku setengah berbisik.

"Tidak. Cepatlah ambil posisi dengan memeluk Carol!" perintahnya.

"Tapi..."

"Dengar, Miura. Carol sangat suka bercerita apa yang dia alami pada ayah dan ibu. Jadi besar kemungkinan dia akan menceritakan apa yang dia lakukan bersama kita malam ini. Sekarang turutilah keinginan Carol jika tidak ingin ketauan oleh ayah dan ibu." Jelas Davian tanpa mau di bantah.

Aku segera memeluk Carolina, "tapi kau tidak perlu memelukku sugguhan, setidaknya kau harus berpura-pura saja."

"Kau terlalu banyak bicara, Miura." tegur Davian.

Ingin sekali aku memaki lelaki ini dengan keras kalau saja tidak ada Carolina disini, "longgarkan sedikit pelukanmu, tuan Jade." Tegurku saat kedua lengan kokoh Davian semakin mengeratkan pelukannya.

Aku sangat kesal kala Davi mengabaikan teguran dariku.

"Tidakkah kau sadar jika Carol sudah merubah posisinya?" tanya Davi di sela-sela rambut panjangku.

Segera aku melihat kearah Carolina untuk membuktikan kebenaran ucapan Davian.

Sial! Makiku dalam hati.

Kenapa Carolina harus beralih posisi? Perasaan tadi aku memeluknya dari belakang! Kenapa sekarang dia jadi menghadap kearahku?

Aku mendengus pelan, mungkin karena aku terlalu sibuk memaki Davi dalam hati, makanya aku tidak menyadari kapan Carolina merubah posisi tidurnya.

"Selamat tidul kak Halu, kak Dav." ucap gadis kecil dalam pelukanku, bibirnya mengecup pipiku dengan lembut.

"Selamat tidur, Carol." Balasku.

Aku melihat mata besar itu perlahan menutup dan aku bersiap untuk menyusul Carol kalau saja suara Davi tidak menginterupsi.

"Tidak ada ucapan selamat tidur untukku?" tanyanya.

Aku mengabaikan pertanyaan Davi. Hanya diam sambil memejamkan mataku sampai rasa kantuk menyerangku tanpa peduli lagi jika Davian masih memeluk tubuhku dari belakang.

.
.
.

Davian

Aku hanya bisa menatap Haruna dari belakang, napas teraturnya menandakan jika dia sudah tidur lelap.

Seharusnya aku melepaskan pelukanku saat Carolina sudah tidur atau saat Haruna mengabaikan pertanyaanku, hanya saja entah kenapa aku merasa begitu nyaman saat memeluk tubuh mungilnya.

Aku menghirup aroma shampo dirambutnya, aroma cherry. Aroma manis itu membuatku merasa tenang sama halnya seperti aroma terapi.

Lihatlah, bertapa bodohnya aku?

Aku malah semakin memeluknya erat. Timbul keinginanku untuk melihat wajahnya, tapi dengan cepat aku melepaskan pelukannya dan bergeser sedikit menjauh dari Haruna dan Carolina.

"Sial!" umpatku pelan sambil bangun dan turun dari ranjang menuju ke balkon.

.
.
.

Haruna

Kami sedang berkumpul di ruang tamu setelah selesai sarapan pagi.

Aira berkata akan ada yang ingin dia dan Ethan sampaikan padaku dan Davian.

"Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan? tanya Davi membuka suara.

Aku juga sedikit penasaran tentang apa yang akan disampaikan oleh orang tua Davian.

Oh ya, semalam saat aku terbangun sekitar pukul dua dini hari, aku tidak mendapatkan Davian memeluku. Aku melihat kearah sofa disudut kamar, ternyata dia tidur disana.

Padahal dia sendiri yang bilang harus tidur seranjang agar Carolina tidak bercerita mengenai hal itu pada orang tuanya, tapi malah dia sendiri yang melanggar ucapannya.

Dan saat kami bertemu di meja makan tadi dia tidak menyapaku. Sikapnya semakin dingin padaku.

Ck! Kenapa aku harus memikirkannya? batinku.

"Ini mengenai nenekmu, Haru." Ucap Aira.

"Ada apa dengan nenek?" tanyaku sedikit khawatir.

"Nenekmu menolak tinggal bersama kita di New York, dia tidak ingin meninggalkan kota Tokyo, kota di mana ia lahir dan besar disana. Awalnya kami sedikit tidak menerima keputusan nenekmu, akan tetapi kami tidak tega untuk menentang keinginannya. Kau tau sendiri jika aku dan Ethan sudah menganggap nenekmu seperti ibu kami sendiri. Kau tidak perlu cemas karena disana ada Akira yang merawat dan menjaganya." Jelas Aira.

Awalnya aku sedikit kecewa saat pertama mendengar penjelasan dari Aira, tapi rasa hormatku pada nenek membuatku harus menerima keputusannya.

"Jangan bersedih, Haru. Tenang saja, kau bisa menjenguk nenek kapanpun kau mau bersama Davian," bujuk Ethan.

Aku mengangguk pasrah.

"Nah, ada satu lagi yang ingin kami sampaikan pada kalian," kata Ethan.

"Apa itu?" tanyaku. Entahlah, tapi firasatku mengatakan hal ini merupakan berita yang buruk.

"Kami sudah menyiapkan tiket honeymoon serta fasilitas lainnya di Tokyo untuk kalian." Ujar Aira.

"Tidak!" teriakku dan Davi serentak membuat Aira dan Ethan bingung serta Lawrence dan Carolina terkejut.

Aku langsung tersenyum canggung karena teriakan reflekku tadi, sementara Davian hanya duduk tenang ditempatnya.

"Kenapa?" tanya Aira.

"Emm, itu..." aku gugup.

Davian dengan cepat bersuara dengan tangan yang melingkari bahuku, "tidak perlu jauh-jauh honeymoon di Tokyo, jika disini saja kami bisa melakukannya. Iya kan, sayang?" tanyanya sambil meletakan dagunya di kepalaku.

Tangan Davian sedikit meremas bahuku agar aku mengikuti sandiwaranya.

"Iya, itu benar," aku berusaha tersenyum manis agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Kalian yakin?" tanya Ethan.

Aku dan Davian mengangguk pasti.

"Tapi kami sudah membeli tiket," ucap Aira sambil memperlihatkan dua lembar tiket ditangannya.

"Untukku saja," celetuk Lawrence. Dia merebut tiket ditangan Aira.

Dengan cepat tangan Aira mengambil lagi tiket itu, "kau tidak boleh meninggalkan kuliah, Law."

"Ck, dasar pelit." Ucap Lawrence lalu kembali bermain bersama Carolina.

"Bagaimana jika kalian saja yang pergi ke Tokyo? Bukankah ibu bilang ingin menemui nenek Atsuko?" usul Davian.

"Benar juga. Lagipula aku ingin menjenguk ibu, bagaimana?" tanya Aira pada Ethan.

"Boleh," jawab Ethan.

"Pembicaraan selesai," kata Davian. "Aku harus berangkat." Ujarnya seraya bangkit berdiri.

"Kau mau ke mana?" tanya Ethan.

"Ke kantor,"

"Kau tidak mengambil cuti seminggumu?" kali ini Aira yang bersuara.

"Pekerjaanku menumpuk karena harus mengurus pernikahan mendadak kami, bu. Aku tidak mungkin menyerahkan semuanya pada sekretarisku," Davian berkata. "Lagipula Haru pasti memaklumi hal ini, iya kan?"

Aku hanya menangguk, karena aku lebih senang jika tidak berada didekat lelaki itu.

TBC

Continue lendo

Você também vai gostar

1.4M 6.6K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
3.9M 87.3K 54
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
147K 9.3K 25
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
5.8M 281K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...