FLOWERS FOR YOU

By Dh_infinity

48.3K 4.8K 405

Aku kembali dengan bunga-bunga di tanganku❁|❁"Setiap bunga menyimpan makna tersirat dalam kelopaknya. Menyimp... More

[1] DANDELION
[2] GLOXINIA
[3] WHITE PERINWINKLE
[4] ACACIA FLOWER
[5] FREESIA
[6] RED ROSE
[7] BLACK ORCHID
[8] CLOVER
[9] RED TULIP
[10] WHITE ROSE
[11] FORGET ME NOT
[12] DAFFODIL
[13] PINK ROSE
[14] SUNFLOWER
[15] IRIS
[16] YELLOW TULIP ★
[17] FEVERFEW
[18] AZALEA
[19] PETUNIA
[20] WHITE CAMELIA
[21] ORANGE ROSE
[22] DAISY
[23] VERONICA FLOWER
[24] PEACH ROSE
[25] SNOWDROP
[26] STOCK
[27] CHAMOMILE
[28] WALLFLOWER
[29] LOTUS
[30] LAVENDER
[31] ALSTROMERIA
[32] ANGELICA
[33] CEDAR
[34] AMARANTH
[35] GARDENIA
[36] GERBERA
[37] HYDRANGEA
[38] AMBROSIA
[39] MISTLETOE
[40] ANEMONE
[41] PURPLE LILAC
[42] AGAPHANTUS
[43] SPEARMINT
[44] IVY
[45] WHITE CARNATION
[47] SCABIOUS
[48] ALMOND BLOSSOM
[49] COSMOS
[50] ROSEMARY
[51] PRIMROSE
[52] LINARIA
[53] SWEETPEA
[54] AMARYLIS
[55] JONQUIL
[56] CACTUS
[57] COREOPSIS
[58] BITTERSWEET
[59] WHITE LILY
[60] WHITE CHRYSANTHEMUM ★
[61] BLUEBELL
[62] SCARLET ZINNIA
[63] BLUE PERIWINKLE
[64] PANSY
[65] EUCALYPTUS
[66] WHITE LILAC
[67] WHITE ZINNIA
[68] BLUE SALVIA
[69] YELLOW ZINNIA
[70] VERBENA
[71] ASTER
[72] EDELWEIS
[73] APPLE BLOSSOM
[74] CALLA LILY
[75] PURPLE ROSE
[76] CALENDULA
[77] PINK CARNATION

[46] LUPINUS

516 58 2
By Dh_infinity


"Kurasa aku bermimpi saat melihatmu lagi. Aku dapat melihatmu setiap kali mataku terpejam. Senang rasanya, meski hanya dalam waktu yang singkat."







-LUPINUS-






Hujan turun dengan tiba-tiba saat itu. Membasahi teras rumah yang dihiasi oleh beberapa pot bunga Lupinus yang telah ia tanam sejak minggu lalu.

Gadis itu menghembuskan nafas pelan. Manik madunya menatap teduh pada rintik hujan dari kursi teras tempatnya merebahkan diri.

Membiarkan angin siang yang terasa dingin membeku itu berhembus.
Tak lama kemudian, senyum di bibir ranumnya yang sempat hilang kembali merekah begitu ia rasakan dua buah lengan kekar merangkulnya dari belakang. Menyandarkan dagu tegap orang itu pada bahu kecil miliknya.

"Hey." Iya berbisik pelan. Bahkan ragu pada suara lembut yang keluar dari bibirnya.

"Hey." Lelaki di belakangnya balik menyapa. Memeluknya erat dan menciumi lehernya sebentar sebelum akhirnya lelaki itu melepaskan rangkulannya. Berjalan ke depan dan memposisikan dirinya untuk duduk tepat di atas lantai yang ada di hadapan gadis itu. Dan menyandarkan punggungnya di antara kaki jenjang milik gadis itu.

"Kau tidak takut ada yang melihat?" Ia bertanya pada lelaki itu lagi. Membelai lembut helaian hitam milik lelaki yang tengah menyandarkan kepala pada paha kanan miliknya. Mengalirkan perasaan yang selama ini selalu menyiksanya. Seakan memberitahukan lelaki itu betapa ia mencintai lelaki yang tengah ia belai kepalanya dengan penuh kasih sayang ini.

"Aku tidak peduli." Lelaki itu berkata setengah berbisik. Mengangkat kepala dan tersenyum ke arahnya. Membuat senyum kelegaan terpancar di bibir merahnya.

"Aku juga." Ia balas penuh percaya diri. Menyandarkan rahangnya di atas kepala lelaki itu dan menciuminya lembut. Selagi sebelah tangannya terus membelai helaian hitam milik lelaki yang ia cintai.

"Aku senang bersamamu." Suara lelaki itu pecah di antara hembusan angin hujan yang menerpa mereka. Membuatnya membuka kedua kelopak matanya dan menatap tak percaya pada butiran hujan yang terus-terusan berjatuhan di depan teras rumahnya.

"Aku ingin bersamamu." Lanjut lelaki itu lembut. Menggenggam tangan pucatnya erat-erat. Seakan lelaki itu tak mau melepaskannya. "Aku ingin kau ada di sini bersamaku, Yoona-ya."

"Aku juga. Aku juga sangat menyukaimu, Jongsuk-oppa."






-LUPINUS-






"Belakangan ini aku terus memimpikannya. Imajinasiku tentangnya sungguh kelewatan."
Hembusan nafas lelah ikut terdengar bersamaan dengan kalimat yang terucap keluar dari bibirnya.

Menarik perhatian gadis berambut pirang yang sedari tadi duduk di sampingnya.

"Huh?" Gadis cantik itu kini mengalihkan pandangannya dari novel yang ia baca.

Memutar tubuhnya sedikit hingga kini ia menatap penuh ke arah sahabatnya. "Maksudmu, Yoong?"

"Aku terus bermimpi tentang dia, Krys." Yoona menghembuskan nafas.
Menekuk kedua lengannya di atas lutut dan menyandarkan kepalanya di sana.

"Bahkan minggu ini pun, hampir tiap malam aku memimpikannya." Menghembuskan nafas yang entah sudah keberapa kali.

Gadis di sebelahnya hanya tersenyum. "Kau bilang sudah tak mau memikirkannya lagi?"

"Memang."

"Tapi, kenapa kau masih saja bermimpi tentangnya?" ucap Krystal pelan. "Kalau kau terus-terusan bermimpi tentang orang yang kau sukai, bukankah itu tandanya dialah orang yang selalu kau pikirkan. Baik saat kau terbangun. Saat kau menjalankan harimu bahkan sedetik sebelum kau terlelap."

"Maka dari itu." Yoona membangkitkan kepalanya. Menatap kesal ke arah Krystal yang terus-terusan tersenyum. "Aku tidak tau kenapa. Ini menyiksaku, Krys." Lanjutnya pelan.

"Kenapa?" Krys kembali menatap ke arahnya. Menaikkan sebelah alisnya penuh kebingungan.

"Habis ... Yang muncul di mimpiku hanyalah ia yang berkata kalau, kalau ia juga menyukaiku." Yoona kembali menyenderkan kepalanya di atas lutut. "Dan semuanya terasa begitu nyata waktu itu."

"..."

"Aku bahkan benar-benar berfikir kalau semuanya nyata saat itu. Namun saat aku terbangun dan menyadari kalauー "

"Kalau?"

"Kalau semuanya hanya mimpi. Rasanya sakit sekali."

"Kau tau apa sebutannya bila perasaanmu terhadap seorang lelaki yang setelah bertahun-tahun menyukainya akhirnya terbalas?"

"Kira-kira ... Apa ya namanya?"

"Mimpi. Bagian dari imajinasimu." Krystal berbisik pelan. Menatap sedih ke arah sahabatnya yang hampir berlinang air mata. "Kau harus berhenti memikirkannya, Yoong." Ucap Krystal pelan. Menggenggam bahu Yoona erat. "Lupakan dia."

"Tapiー " Yoona menatap ke arahnya cepat. "Tidak mungkin 'kan?"

"Kau harus berhenti memikirkannya." Krystal tersenyum kecut. "Semua itu hanya mimpi. Itu hanya akan menyakitimu lebih dalam."

Kau tau apa sebutannya?

Sebutannya adalah mimpi.

"Baiklah."






-LUPINUS-






Ia tersenyum lebar. Begitu lebar mendapati lelaki yang telah sekian lama tak ia temui, lelaki yang telah sekian lama hilang sosoknya Kini berdiri tak jauh di hadapannya.

Tersenyum lembut ke arahnya.
Dan perasaan bahagia seketika ingin meledak keluar dari dadanya.

"Hey." Lelaki itu tersenyum menghampirinya. Menerobos kerumunan orang yang terasa semu berlalu lalang di antara mereka. "Lama tak bertemu." Lanjut lelaki itu.

Ia tersenyum manis. Menggambarkan perasaan bahagia pada bibir merahnya. "Lama tak bertemu."

"Bagaimana kabarmu?" Lelaki itu secara tiba-tibA menyentuh bahunya lembut. "Kau terlihat sama saja sih." Tawa pelan menyusul tak lama setelahnya.

"Baik." Ia ikut tertawa. "Kau juga tidak berubah." Lanjutnya.

"Tentu saja." Lelaki itu merangkulkan lengannya di atas bahu kecil miliknya. Membuat nafasnya terpegap begitu mendapati tingkah aneh milik lelaki yang ia cintai itu. "Mana mungkin aku berubah." Lelaki itu menaikkan sebelah sudut bibirnya.

"Hahaha... Benar.". Ia bergerak. Memeluk tubuh lelaki yang ada di hadapannya. Siap menerima penolakan akan tingkah gilanya yang mendadak memeluk lelaki itu.

"Kau tidak tanyakan bagaimana keadaanku?" Namun senyum lebar seketika merekah begitu ia mendapati lelaki itu malah balik memeluknya. Dengan erat.

"Kau tak takut orang lain akan melihat?" Ia balik bertanya. Lalu kembali tersenyum. "Bagaimana keadaanmu, Jongsuk-oppa?"

"Aku tidak peduli." Lelaki itu menyandarkan rahangnya di atas kepalanya. Membiarkan ia menempelkan wajahnya pada leher lelaki itu dan menciumi aroma khas yang begitu ia rindukan keluar dari tubuh lelaki itu. "Aku merindukanmu." Lanjut lelaki itu berbisik. Menciumi ujung kepalanya dan membelai helaian coklat lembut miliknya. "Sangat."

Rangkulan lengannya bergerak memeluk lelaki itu semakin erat. Memendam paras cantiknya pada bahu kekar lelaki itu. Membiarkan airmata kerinduan menetes dari ujung kelopak mata pucatnya.

"Aku juga." Ia berbisik pelan. Membuat tubuh lelaki itu merinding akibat hembusan nafas yang keluar dari bibirnya. "Sangat."

"Kalau begitu, bersama denganku saja." Lelaki itu berucap kemudian. Menggenggam sebelah tangannya selagi tangan satunya membelai helaian coklat miliknya. "Kita bersama saja."

Ia mendongakkan kepalanya menatap dalam pada permata gelap milik lelaki yang ada d hadapannya."Kalau yang lain tahu? Bagaimana?"

"Aku tidak peduli." Lelaki itu berkata cepat. Tersenyum kecil dan memeluknya semakin erat. Membuatnya merasakan sentuhan hangat yang terasa begitu nyata menempel pada tubuhnya.

"Iya. Aku juga tidak peduli."






-LUPINUS-






"Aku memimpikannya lagi semalam."Krystal hampir saja menjatuhkan makanan yang ia bawa begitu mendengar ucapan yang keluar dari bibir Yoona.

Gadis berambut pirang itu seketika menengok. Menatap sahabatnya yang kini hanya terdiam dan sibuk memainkan gantungan rillakumma yang ada di ponselnya.

"Lagi?" Krystal menaikkan sebelah alisnya penuh tanda tanya.

"Sebenarnya sering sekali 'sih." Gadis bersurai coklat itu menghembuskan nafas.

Melangkahkan kaki menuju loker. Membiarkan Krystal mengekorinya dari belakang. "Hanya kali inilah yang terasa begitu nyata." Lanjutnya tak lama setelah ia sampai di depan lokernya.

"Mungkin kau masih memikirkannya." Krystal membalasnya kemudian. Duduk bersandar di kursi yang berada tak jauh dari loker mereka.

"Tidak, Krys. Sudah lama aku tidak memikirkannya." Yoona kembali menghembuskan nafas. Ikut duduk di sebelahnya. "Rasanya begitu nyata. Dan saat aku terbangun dan mendapati itu semua hanya mimpi ... Rasanya aku ingin kembali terlelap saja."

"Sebegitunya 'kah?" Krystal bergerak menggenggam tangan sahabatnya.

"Entahlah." Yoona tersenyum kecut.

"Aku tak ingin melupakan mimpi indah semalam. Mungkin hanya itu obat agar aku tak rindu padanya lagi." Dan tawa hambar mengikuti setelahnya.

"Lebih baik jangan diingat-ingat." Krystal berucap kemudian. Menatap layar ponsel miliknya.

"Kenapa?"

"Karna setauku... Saat kau terus-terusan memikirkan mimpimu, maka kemungkinan untuk membuat mimpi itu jadi nyata akan semakin kecil." Jelas gadis berparas cantik itu.

"Hahaha... " Yoona terkikik pelan tak lama setelahnya. "Kenyataannya memang tak ada mimpi yang jadi nyata, Krys." Tersenyum kecil.

"Makanya kalau cuma ini yang kupunya, aku ingin menyimpannya baik-baik dalam memoriku."

"Yoona." Panggilan Krystal terdengar memecah keheningan yang sempat menyelimuti mereka. "Jangan terus-terus diingat."

"Kenapa?"

"Kalau kau rindu, ucapkan saja. Percuma kau mengingatnya." Krystal tersenyum kecil. Berharap tak menyakiti perasaan sahabatnya.






-LUPINUS-






Yoona terdiam di dalam mobil milik Jongsuk.

Apa ini mimpi?

Katakan ini hanya imajinasinya saja.

Ia belum bertemu dengan Jongsuk.

Semua hanya mimpi. Mimpi yang terasa begitu nyata dalam benaknya.

Semuanya terasa semu berjalan di sekitarnya tak lama setelah ia mengungkapkan perasaannya pada Jongsuk beberapa saat yang lalu.

Hingga membuat lelaki itu seketika menariknya untuk bangkit berjalan memasuki mobil sport berwarna merah milik lelaki itu.

Dan membawanya ke tempat yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya.

Hingga di sinilah kini ia berada. Duduk terdiam menatap rok coklat muda yang ia pakai selagi Jongsuk terus-terusan menghembuskan nafas di sampingnya.

"M-maaf." Yoona memecah keheningan yang menyelimuti mereka. Menundukkan kepalanya semakin dalam. Takut menatap lelaki yang ada di sampingnya.

"Untuk apa?"

"Maaf aku bertingkah bodoh."

"Bukannya kau memang selalu bertingkah bodoh?"

Seketika Yoona menggigit bibir bawahnya."B-benar."

"Tapi aku juga bodoh." Jongsuk berucap kemudian. Tubuhnya bergeser hingga kini ia menatap gadis bersurai coklat itu. "Hey, Yoona."

"Hn?"

"Kenapa kau tidak bilang dari dulu kalau kau menyukaiku?"

"A-apa?" Dengan segera Yoona mengangkat kepalanya dan menatap Jongsuk selagi semburat merah tergambar jelas di pipi porselainnya.

"A-aku.."

"Padahal aku selalu menunggunya." Jongsuk berucap lagi. Menyandarkan kepalanya pada kepala sofa dan terus menatap Yoona yang balik menatapnya.

"A-aku takut menerima jawabannya." Yoona kembali menundukkan kepala.

"Aku tahu kalau kau pasti akan menolakku. Aku seperti bunga Lupinus yang hanya bisa berimajinasi dengan mimpi yang tak mungkin jadi kenyataan."

"Tapi kau bahkan tak pernah mengucapkan apapun."

"Habis aku sudah takut terlebih dahulu." Yoona tersenyum lirih. "Jadi kupikir lebih baik terus begitu tanpa perlu tahu kenyataannya."

"Itu artinya kau kabur dari kenyataan."

"Memang."

Jongsuk mendesah kesal.

"Aku juga kabur dari kenyataan." Lelaki itu berucap kemudian.

"Huh?"

"Aku sudah tahu bagaimana perasaanku padamu. Tapi aku terus-terusan menyangkal. Aku kabur dari kenyataan."

"Kenyataan?" Yoona menaikkan sebelah alisnya.

Menatap penuh arah ke arah Jongsuk yang melirik dari ujung matanya. Hingga kemudian ia mendapati pemudia itu memejamkan matanya dan tersenyum kecil.

"Kenyataan kalau aku juga menyukaimu. Sangat."

"..."

"Sangat hingga aku tak bisa berhenti memikirkanmu."

"..."

"Sangat hingga aku tak bisa jatuh terlelap karnamu."

Yoona hampir lupa bernafas saat itu juga. Jantungnya hampir lupa berdetak mendapati kalimat yang barusan terucap keluar dari bibir lelaki itu.

Ia hampir lupa segalanya karna kini yang ia ingat hanyalah Jongsuk dan kalimat yang ia ucapkan.

Hingga tanpa ia sadari kini kedua lengannya telah merangkul erat tubuh lelaki itu hingga membuat Jongsuk membuka kedua kelopak matanya dan mendapati surai coklat yang tengah bersandar di antara bahu dan lehernya.

"Tolong katakan kalau ini bukan mimpi. Ini bukan imajinasiku saja 'kan, Jongsuk-oppa?" Yoona kembali terisak. Memeluk erat lelaki yang ia cinta dan membiarkan airmata menetes kembali dari ujung kelopak matanya.

"Bukan. Ini bukan mimpi, Yoona-ya." Jongsuk tersenyum. Membalas pelukannya erat. Membenamkan wajahnya pada helaian coklat miliknya. "Ini kenyataan." Menciumi leher jenjangnya selagi hidungnya terus menghirup aroma lavender yang begitu khas menempel pada tubuh gadis itu.

"Maaf." Yoona berbisik setelahnya.

"Aku terlalu takut kalau orang lain tahu bila aku menyukaimu. Aku terlalu takut bila orang lain akan sakit hati karna perasaanku padamu. Aku telalu takut hingga tak menyadari justru itulah yang menyakiti kita." Gadis itu mulai bercerita.

Membiarkan lelaki yang ia peluk balik memeluknya selagi tangan lelaki itu mengusap punggungya lembut.

"Makanya aku menyembunyikannya. Kupikir setelah kita tak bertemu lagi, aku akan berhenti menyukaimu. Tapi kenyataannya, aku malah terus-terusan memikirkanmu."

"Aku menyukaimu Jongsuk-oppa. Aku ingin selalu bersamamu." Yoona kembali tersenyum. "Tak peduli apa yang orang lain katakan."

Tangan lelaki itu terangkat. Mengelus pipi pualam Yoona dan menatap manik madu milik gadis itu dalam.

"Aku juga, Yoona-ya. Bahkan lebih dari yang kau bayangkan." Ia berbisik tepat di hadapan gadis itu.

Membingkai sebuah senyum kecil selagi tangannya bergerak menyentuh dagu milik Yoona. "Maka dari itu, mulai sekarang aku ingin kita selalu bersama. Tak peduli apa yang orang lain ucapkan." Dan bersamaan dengan kalimat yang selesai ia ucapkan. Jongsuk bergerak maju, menghapus jarak yang selama ini selalu memisahkan keduanya.

"Kau tahu, setidaknya imajinasi dari Lupinus itu kini telah menjadi kenyataan." Yoona tersenyum lembut pada pot-pot bunga Lupinus yang mengintip dari balik jendela rumahnya, seolah turut berbahagia.






-LUPINUS-






"Harapan itu membuatku berimajinasi lagi. Seperti Lupinus yang penuh imajinasi. Setidaknya semua ini jadi kenyataan."








-LUPINUS-END-

Continue Reading

You'll Also Like

73.5K 7.1K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
471K 47.1K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
100K 17.9K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...