ONE MORE TIME

By rikarianti18

2.2M 123K 3.3K

Forgiving you might be easy, trusting you back is another story * "Terima kasih Ram, terima kasih atas segala... More

prolog
part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
part 34
part 35
part 36
part 37
part 38
epilog
HELLO FROM THE OTHER SIDE
Extra part (1)
ada yang baru nih

part 27

48.9K 2.6K 24
By rikarianti18

Anisa menatap takjub suasana di English Garden siang ini. Cuaca hari ini masih terang dengan matahari yang dengan bangga selalu bersinar, tapi tak pernah merasakan panas yang berlebihan. Sejuk adalah satu kata yang terus digumamkan Anisa saat sampai di tempat ini.

Betapa tempat ini sungguh hijau dan luas. Hari ini termasuk week day! Jadi siapapun yang berpikir taman ini tidak sepi, kalian benar sekali! Memang begitu adanya, walau tak sampai berjubel dan berebutan tempat di sisi taman, tapi suasana yang sangat menenangkan masih bisa Anisa rasakan.

Sepasang wanita yang sedari tadi terus mendorong kursi rodanya dan lelaki di belakangnya terus berbicara seolah-olah hanya mereka berdua yang berada di tempat ini, melupakan Anisa yang duduk di kursi roda di depan mereka.

Anisa mendengus kesal. Sebelum akhirnya ia melihat banyak sekali burung-burung yang datang di tepian danau.

"Kak!" Anisa menoleh, memanggil dua orang di belakangnya.

Niki melirik adiknya yang tersenyum bahagia, "Apa Nis?" tanya Niki dengan mode super-sabar.

"Ke deket danau. Ayo dong! Aku dikacangin mulu."

"Gak ada yang ngacangin."

"Gak ngacangin sih, tapi ngomongnya sengaja pelan, sengaja kayak bisik-bisik. Biar apa? Romantis? Hmm." Anisa menggoda lagi, dan wajah Dila memerah seketika.

"Udah ayo, kita cari tempat yang enak di deket danau!" karena malu Dila tak menghiraukan obrolan kedua kakak beradik dan segera mendorong kursi roda Anisa menuju tepi danau yang lumayan sepi untuk mereka.

Setelah menggelar sejenis kain dan menata beberapa bekal yang mereka bawa karena memang tema hari ini adalah piknik, Anisa langsung berdiri dan Niki berteriak spontan.

"Anisaaa! Ngomong kek kan bisa aku bantuin!!" Niki segera berjalan ke arah Anisa sebelum perkataannya dibalas oleh Anisa.

"Stop! Kakak berhenti disitu. Lihat nih ya!" Anisa mulai mengangkat kaki kanan dan melangkahkannya. Walau pelan dan masih terasa kaku, Anisa mencoba untuk tetap melangkah, Dila bilang itu adalah hal yang wajar.

Niki memasang ekspresi kaget dan memfokuskan matanya pada setiap langkah yang diambil Anisa, sedangkan Dila yang tersenyum puas berdiri di sebelah lelaki itu dan berbisik.

"Adikmu itu punya semangat yang besar buat jalan lagi. Dua minggu terapi dia bisa melangkah pake kaki kanan, katanya udah gak sakit lagi. Dia juga udah ngelepas kruknya."

Niki menatap wajah cantik wanita di sampingnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga wanita itu, "Danke, aku tau kamu pasti bisa bantuin Anisa jalan lagi, Dil."

"Bitee." jawab Dila.

Anisa tersenyum dengan bangga pada dirinya sendiri karena walaupun masih lambat sekarang jari kakinya sudah menyentuh salah satu ujung kain yang tergelar di depannya.

Niki yang berdiri di ujung kain yang lain segera berjalan dengan cepat ke arah Anisa dan memeluknya erat hingga Anisa terhuyung ke belakang.

"Kak, aku kan gak bisa napas! Aduuh, mau jatuh nih!" kata Anisa sambil mencari keseimbangan dengan memeluk leher kakaknya.

Niki langsung melepas pelukannya dan membantu Anisa duduk di kain itu. Dila memberi Anisa segelas soft drink rasa strawberry yang langsung diminum Anisa dengan rakus.

"Kok gak pernah cerita sih kemajuan terapinya?" tanya Niki kesal.

"Kan biar surprise!" jawab Anisa asal.

"Kamu juga Dil?" tanya Niki yang langsung di balas Dila kerutan di keningnya.

"Posesif banget sih Nik. Orang Anisanya yang minta juga."

"Jadi ini tadi mau pamer gitu?"

Anisa mencebik kesal, "Ya enggak lah kak! Kan ini aku pengen aja main keluar bareng Kak Dila sebenernya sih girls time. Tapi yaaa karena Kak Niki minta ikut, gak masalah sih." Anisa melirik Dila dan dijawab wanita itu dengan anggukan.

"Aku bosen kan udah di Jerman beberapa hari, masa keluarnya ke cafe-cafe doang. Di Jakarta mah cafe juga banyak. Yaudah, aku minta Kak Dila ngajak aku ke taman gitu."

"Jadi aku ajak aja Anisa kesini, Nik. Gitu ceritanya. Udah ini ayo makan. Mau?"

Dila menyodorkan sekotak makanan. Niki mengerutkan keningnya.

"Pisang goreng?" dan Dila mengangguk.

"Jauh-jauh ke Jerman makannya tetep pisang goreng." Niki mencibir

"Yee, disini kan namanya jadi fried banana."

Dan tawa mereka bertiga pun pecah seketika.

*****

Anisa tersenyum senang menunjukkan sebagian deret gigi putihnya saat melihat Niki dan Dila yang tertawa bersama jauh dari tikar kain tempatnya duduk.

Sesekali Niki mencolek lengan Dila dan dibalas Dila dengan menyerang leher Niki karena disitulah titik lemah pria itu. Niki tertawa kegelian kemudian dan Dila tersenyum puas.

Anisa mengubah arah tatapannya pada pohon dan beberapa tanaman yang tumbuh di English Garden itu. Sangat menakjubkan. Musim semi memang tak boleh terlewatkan, apalagi jika hanya duduk di dalam ruangan saja.

Anisa sempat berbincang-bincang dengan teman baru yang ia temui di tempat terapi. Temannya itu berkata dan begini jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Keluarlah pada saat musim semi, karena saat itu cinta sedang bermekaran.

Anisa mengangguk setuju, apalagi jika melihat banyaknya pasangan pria dan wanita yang tidak Anisa ketahui statusnya apa sedang mengobrol bersama, keluarga harmonis yang tampak bermain dengan anak mereka masing-masing di sekitar taman, dan tak lupa juga potret terdekat dari Dila dan Niki yang baru saja ia lihat.

Sepertinya musim semi sedang mengejeknya. Memperlihatkan banyaknya pasangan bahagia disekitar taman seolah-olah berkata Anisa adalah salah satunya yang bersedih karena duduk sendirian tanpa ditemani pasangan hari ini.

Hey! Aku punya satu di Indonesia dulu.. Ya, tapi dulu. Batin Anisa merengut kesal.

"Suka, Nis? Dulu waktu pertama kali di Jerman yang paling aku tunggu-tunggu juga musim semi." suara lembut Dila menyadarkan Anisa dari lamunannya.

Anisa tersenyum dan menatap ke arah Dila.

"Kamu orang yang mellow-mellow gak?" pertanyaan Dila membuat Anisa mengerutkan keningnya.

"Dulu aku suka banget sama musim semi. Tapi ternyata waktu ngerasain sendiri gimana bagusnya musim gugur, aku jadi exciting sama musim gugur. Apalagi waktu tau filosofinya."

Anisa yang masih bingung bertanya, "Trus apa hubungannya sama mellow-mellow kak?"

"Setiap musim itu punya filosofinya masing-masing. Mulai dari musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin."

Anisa mulai menaruh minat pada cerita Dila mulai menatap ke arah wanita cantik itu penuh semangat.

"Musim semi, musim tempat tumbuhan bersemi. Atau bisa diibaratkan cinta bersemi. Musim semi itu awal hubungan, ketika kita sedang jatuh cinta. Pasti hati kita merasa berbunga-bunga. Ya kan? Kita merasa pasangan kita itu adalah orang yang paling cocok, kita sangat bersyukur pada Tuhan telah memberikan kita orang seperti itu."

Anisa mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penuturan dari Dila. Cinta yang bersemi. Teringat bayangan Rama dan Anisa saat pertama kali kenalan dan berkencan dengan alasan ingin belajar bersama.

Klasik? Bukan karena Rama tipe cowok cupu, tapi Anisa sewaktu itu memang tidak ingin meladeni pria yang tidak penting dan sekedar mencari perhatian lewat kencan malam minggu semata.

Tapi entah kenapa Rama mengubah pandangannya. Anisa sudah tertarik pada lelaki itu dan memberikan sepenuh cintanya dengan jawaban iya saat Rama menembaknya.

"Musim panas, disini matahari bersinar lebih panas, teriknya sangat menyengat. Musim ini banyak ilalang dan rumput yang harus dicabut hingga akarnya. Diibaratkan cinta, kita mulai merasakan jika ternyata cinta itu tak selamanya mudah, tak selamanya indah. Kita mulai sering terlibat konflik dengan pasangan, bahkan merasa jika ternyata dia bukanlah pasangan yang cocok."

"Seperti tumbuhan yang membutuhkan lebih banyak air agar dapat bertahan dari teriknya matahari. Cinta juga membutuhkan kerja keras untuk mempertahankannya. Jadi kesetian dan perhatian sangat dibutuhkan untuk menguji cinta kita."

Pikiran Anisa menjelajah saat ia dan Rama terlibat cekcok, perselisihan masalah hal-hal sepele yang sebenarnya sangat ingin Anisa tertawakan saat ini juga.

Anisa masih ingat ada seorang model dari fakultas tetangga yang melirik Rama dan kerap diketahui banyak pesan yang dikirim oleh wanita itu. Anisa yang cemburu jelas berubah posesif dengan menempel terus dengan Rama.

Sedangkan Rama hanya tertawa melihat kecemburuan Anisa dan berkata apa aku keliatan suka sama dia? Nis, percaya sama aku ya, aku cuma cinta sama kamu.

Juga masih teringat jelas dalam benaknya beberapa kali Rama memeluknya karena Anisa yang selalu uring-uringan saat awal-awal tau bahwa dia harus mengalami kelumpuhan. Anisa yakin pada Rama dia akan sembuh, Anisa yakin Rama akan selalu menunggunya.

"Lalu, musim gugur. Ini favorit aku, Nis. Musim yang tepat untuk memanen semua hasil kebun kita saat musim panas. Musim kekayaan, keemasan, dan kejayaan."

"Sama seperti musim gugur, cinta kita mengalami masa keemasannya. Jika kita bersakit-sakit dahulu saat musim panas, banyak konflik yang menghadang di musim panas. Disini cinta kita mengalami kedewasaan karena berhasil melewati rintangan di waktu sebelumnya."

"Kita bersyukur pada Tuhan karena sudah memberikan orang yang ternyata tepat. Hanya saja di musim sebelumnya kita sempat meragu. Tapi setelah berbagi kasih sayang dan pengertian, kita mendapatkan cinta yang lebih indah daripada sebelumnya. Sama seperti petani yang berkali-kali mengucap syukur karena hasil panennya melimpah."

Anisa kembali ditarik lagi pada ingatan tentang cincin yang melingkar di jari tangan kirinya saat itu. Nyatanya benda kecil itulah yang dapat mewakili kedewasaan cintanya dan Rama.

Dimana akhirnya Anisa dan Rama mendapat masa keemasan cintanya yang ditandai dengan naiknya satu tingkat cinta mereka berdua.

Dimana dengan bangganya Anisa sudi memamerkan jari tangan kirinya yang dihiasi cincin berlian dari lelaki yang paling dicintainya.

Setelah banyak masalah yang menghadang, setelah banyaknya hal-hal yang menguji cintanya, akhirnya Anisa sangat bersyukur Tuhan sudah memberikan lelaki yang tepat, lelaki yang memang sepertinya sudah tercipta untuk Anisa.

Anisa tersenyum pahit, ternyata cintanya belum menemukan masa-masa emas. Mungkin cincin itu masih menjadi sebagian kecil dari masa indah mereka.

Sepertinya Tuhan mengembalikan lagi ia dan Rama pada musim panas yang teriknya lebih menyengat dari sebelumnya, lebih membakar hingga ke ulu hatinya.

"Dan yang terakhir, musim dingin. Musim dimana kita bisa beristirahat, bermalas-malasan di rumah. Waktu tidur lebih banyak. Disini cinta kita mengalami refleksi dan pembaruan."

"Masa dimana cinta kita mulai bercermin dalam diri kita sendiri. Mencari celah kosong dan kesalahan pada diri kita agar dapat kita perbarui."

"Seperti petani dan binatang yang mulai beristirahat, cinta kita mungkin diminta untuk beristirahat sejenak, menyembuhkan diri. Mungkin musim ini adalah musim yang sangat penting, karena jika kita sudah melakukan penyembuhan dan pembaruan diri yang cukup, barulah kita bisa siap menerima anugerah cinta berikutnya."

"Kadang Nis, kesalahan kecil membuat kita merasa berontak. Merasa ini adalah akhir. Tapi kadang kala hal itu salah, maka dari itu kita bisa menyempatkan musim ini untuk kita berkaca dan mengembalikan segala hal yang sudah rusak, misalnya kepercayaan, kesetian. Dan dengan begitu cinta kita berikutnya akan tumbuh semakin bersinar."

Anisa tersenyum. Sama persis! Mungkin saat ini hatinya sedang melewati musim dingin. Dimana sekarang Anisa ingin menjadi beruang kutub yang masuk ke dalam gua tempat mereka tinggal dan melakukan hibernasi. Ingin sekali ia tidur, bukan tidur yang sekedar memejamkan mata, karena sesungguhnya ia sudah lelah.

Ternyata cinta butuh sebuah perjuangan yang besar. Dan untuk sampai tahap ini, Anisa sungguh tak percaya.

Ia dan Rama bisa melewati musim semi yang berhasil memekarkan bunga di segala penjuru hatinya, berhasil menerjang terik matahari yang menyengat saat musim panas datang, berhasil memanen hasil kedewasaan cinta yang sudah mereka perjuangkan.

Tapi ternyata musim lain datang, dan musim dingin berhasil membuatnya menjadi salju abadi.

Anisa orang yang lemah, karena kelumpuhannya ia tak dapat sampai di tempat persembunyiannya dan menyalakan api untuk menghangatkan tubuhnya.

Nyatanya sekarang ia berada di daerah terbuka dengan salju dingin yang berhasil menutup seluruh tubuhnya, membuatnya menjadi patung es yang mati rasa.

Hanya air mata yang masih dapat keluar beberapa, tapi ternyata tetesan kecil dari air matanya itu belum mampu memecahkan bongkahan es yang terlanjur menutup tubuh hingga membekukan hatinya.

Ah, Rama lagi.. Anisa mencebik tak suka, melihat hatinya yang selalu berkhianat pada otaknya yang sudah disistem secara otomatis untuk melupakan Rama.

Dengan cepat ia mengusap setetes air mata yang masih menggantung di ujung matanya.

Dua bulan disini, dan aku masih mengingatmu Ram...

—————————————




*Danke : terima kasih (dalam bahasa Jerman)

*Bitee : sama-sama (dalam bahasa Jerman)

Continue Reading

You'll Also Like

2M 119K 18
Saira pernah mencintai Gara dan mereka sempat menjalin hubungan selama kurang lebih satu semester. Lama berpacaran, Saira tak sengaja tahu kalau pera...
468K 13.9K 16
PART MASIH LENGKAP (Follow aku dulu yaa) Dituntut menjadi wanita mandiri sejak remaja bukan lagi hal yang susah bagi Dera. Tak punya teman dekat, k...
2.1M 10.1K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.9M 93.2K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...