ONE MORE TIME

By rikarianti18

2.2M 123K 3.3K

Forgiving you might be easy, trusting you back is another story * "Terima kasih Ram, terima kasih atas segala... More

prolog
part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
part 34
part 35
part 36
part 37
part 38
epilog
HELLO FROM THE OTHER SIDE
Extra part (1)
ada yang baru nih

part 20

55.6K 3.1K 127
By rikarianti18

Terhitung ini adalah hari ketiga sejak pertengkaran Rama-Niki di rumah sakit usai. Dan belum ada kelanjutan dari cerita itu sampai sekarang.

Siang ini Natania berjalan di koridor rumah sakit swasta elit bersama dengan Isya yang menggandeng tangan kirinya. Isya terlihat sangat senang dan terus berceloteh sepanjang perjalanannya.

Natania mengarahkan kakinya ke sebuah pilar bertuliskan paviliun 4 dan langsung menuju kamar rawat inap yang ia hapal diluar kepala.

Natania mengetuk pintu dahulu sebelum membukanya perlahan tanpa perlu jawaban dari orang yang berada di kamar tersebut.

Natania meletakkan buah-buahan di nakas dekat ranjang dan melepas genggaman tangannya pada Isya agar gadis kecil itu dapat berlari ke arah wanita yang sedang menatap pemandangan luar dari jendela kamar.

"Tante Nisa!" sapa Isya riang saat gadis kecil itu sudah sampai di hadapan Anisa dan dengan cepat meraih tangan Anisa untuk salim, seperti biasa.

Anisa yang sedari tadi melamun langsung sadar dan mengerjapkan matanya melihat sesosok gadis cilik yang sedang tersenyum manis di depannya.

"Loh, Isya. Kesini sama siapa?" tanya Anisa lembut sambil berharap-harap cemas menunggu jawaban Isya.

"Sama mama."

Anisa menghela napas lega. Setidaknya bukan lelaki itu yang datang bersama Isya.

"Halo Nis." suara lembut di belakang Anisa membuatnya berbalik.

"Kak Tania apa kabar?" Anisa segera mendorong kursi rodanya maju beberapa langkah ke arah Natania.

"Kamu yang apa kabar?" tanya Natania balik. Anisa membalas dengan senyuman tipis. Ia tau betul apa maksud dari perkataan Natania.

"Sendirian, Nis?" Anisa mengangguk sebagai jawaban.

Tidak ada lagi percakapan. Hanya terdengar rengekan dari Isya yang meminta mengambilkan susu kotak dari kantong belanjaan yang tadi di beli khusus untuk Isya.

Natania menghampiri Anisa dan mendorong kursi roda Anisa menuju sofa.

Belum juga ada yang berbicara walau sekarang Natania sudah duduk tenang di sofa dan Isya bermain tablet di jarak yang jauh dari mereka. Suasana hening seperti ini juga yang membuat Anisa menjadi ikut terdiam. Rasanya bibirnya sudah terbiasa tertutup, menjadi kaku jika digerakkan.

"Dia nginep di rumahku, gak pernah pulang ke rumah." Natania membuka suara dan menekan kata dia di depan kalimat yang membuat Anisa sadar siapa maksudnya.

"Takut kalo mama sama papa nanya yang aneh-aneh. Katanya masih belum nyiapin jawaban jadi sampe sekarang belum pulang ke rumah."

Anisa tetap mempertahankan kebisuannya.

"Rama cerita semuanya, Nis. Semua versi dia. Yang aku yakin pasti beda dengan semua versi kamu."

"Aku tidak menyalahkan Niki yang memukulinya habis-habisan. Aku juga menyebutnya lelaki yang bodoh. Tapi dia bercerita dengan penuh penyesalan. Aku sebagai kakaknya, bukan melihat dia yang menyesal karena sudah berselingkuh. Tapi dia menyesal karena sudah kehilangan kamu. Dia meyakinkanku kalau itu hanya kesalahpahaman. Aku mengenal dia-"

"Aku juga mengenalnya, Kak." ucapan Anisa akhirnya muncul memotong penjelasan Natania.

"Aku juga mengenalnya. Dan Kak Tania juga gak boleh lupa. Aku sangat mengenalnya, aku mencintainya bertahun-tahun."

Anisa menghela napas berat. Natania pun melakukan hal yang sama, niatnya kesini bukan karena Rama yang meminta. Sungguh! Tapi melihat adiknya yang kacau seperti sekarang, ia juga pasti merasakan kasihan. Jangan salahkan brother-power dari Niki jarena sekarang Natania akan menunjukkan sister-power yang ia punya untuk bicara hati-ke-hati dengan Anisa.

"Kenapa harus Dia, Kak?" tanya Anisa. Matanya menerawang, dan terlihat cairan bening sudah menyelimuti bola matanya.

"Aku juga menyimpan pertanyaan yang sama. Kenapa harus Rama yang melakukannya?"

Natania memejamkan mata dan bersandar pada sandaran sofa di belakangnya, "Jika kamu mencintai adikku selama bertahun-tahun. Harusnya kamu tak lupa, aku adalah kakaknya, dan aku lebih mengenalnya daripada kamu, Nis."

"Aku sangat sangat mengenalnya. Aku juga menyesalkan hal yang sama. Aku tidak pernah menyangka adikku akan seperti ini."

"Percayalah Nis, jika kamu hancur, adikku juga hancur. Dia juga sama rapuhnya seperti kamu. Kamu tersakiti, dia juga tersakiti. Aku gak tau mana yang benar dan bagaimana hal yang sesungguhnya. Tapi-"

"Kenapa Rama harus merasa tersakiti?"

Mungkin sekarang sudah menjadi kebiasaan Anisa sedikit dalam berucap dan suka memotong pembicaraan orang lain.

"Karena dia kehilangan kamu."

"Jadi aku yang bersalah? Jadi aku yang menyakitinya? Jika dia hancur karena aku sakiti lalu siapa yang menyakiti aku?"

Natania bersiap membuka suaranya lagi, sebelum akhirnya Anisa melanjutkan perkataannya.

"Siapa yang sudah menghancurkan hatiku?" tanya Anisa lebih kepada dirinya sendiri.

Anisa sungguh tak mengerti. Apa gunanya Natania kemari? Dia hanya ingin menjelaskan hati adiknya yang terluka. Lalu bagaimana dengan hati Anisa yang juga terlukai oleh sikap Rama?

Air mata Anisa tak tertahan lagi, dibiarkan air matanya jatuh untuk kesekian kali.

Suara pintu terbuka menampilkan wajah Niki bersama kedua orang tua Anisa.

"Kakek! Nenek!" seru Isya yang pertama kali mendongak dan berlari ke arah ayah Anisa.

Bukankah sudah pernah dijelaskan jika keluarga mereka dekat? Jika belum lihatlah pemandangan ini, bukan hanya Anisa dan Rama yang saling mengenal keluarga yang lain. Terbukti dari Isya yang sekarang sudah berada digendongan ayah Anisa dan memeluknya erat.

"Isya sudah lama?" tanya ibu Anisa menepuk punggung Isya.

Isya menggeleng, "Balu." Ayah Anisa tersenyum mendengar jawaban Isya. Semua keluarga ini sudah tau jika Isya cadel, hal itu membuat mereka paham dengan sendirinya setiap ucapan Isya.

Ayah Anisa menyerahkan Isya untuk digendong istrinya, "Isya main sama nenek dulu ya."

Ibu Anisa mengangguk paham dan membawa Isya bermain keluar.

"Ngapain disini?" tanya Niki dingin ke arah Natania. Dijauhkan kursi roda adiknya dari wanita itu.

"Halo Om." Natania mengabaikan pertanyaan Niki dan menyalami Ayah Anisa. Memberikan tempat agar lelaki paruh baya itu dapat duduk di sofa sebelahnya.

"Ada apa nak Tania, kok ngobrolnya kaku gini?" ayah Anisa mengeluarkan pertanyaan basa basi untuk sekedar mencairkan suasana.

"Mau jenguk Anisa. Udah lama gak main kesini. Isya kangen. Rama juga rewel." jawab Natania jujur.

"Sudah besar kok rewel ya Nis?" ayah Anisa mengulurkan tangannya dan mengelus lembut tangan anaknya tercinta yang ada tepat di sampingnya.

Anisa yang sadar diajak bicara hanya mengangkat bahu dan tersenyum canggung.

"Ngapain kesini sih, Nat?" tanya Niki terkesan mengusir.

"Emang gak boleh?"

Niki hanya mengangkat bahu tak acuh, "Kalau kita disuruh dengerin cerita yang berbau-bau adikmu itu mending disimpen aja deh Nat. Udah keburu males."

"Udah-udah di dengerin dulu dong Tania mau ngomong apa." ayah Anisa melerai keduanya. Sedangkan Anisa hanya terdiam kaku diatas kursi rodanya.

"Aku kemari bukan karena ingin membela adiku, mengatakan segala kelebihannya. Enggak, aku cuma mau bilang ke Anisa gimana keadaan Rama sekarang. Dia hancur, dia juga tersakiti sama kayak kamu Nis."

"Aku tau ini gak akan merubah apapun, tapi aku cuma mau bilang kalo penjelasan orang lain itu penting. Setidaknya mendengar cerita dari sudut pandang orang lain itu adalah hal yang bijak dalam mengambil keputusan."

Natania menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan kembali perkataannya.

"Maafkan adikku, Nis. Jika dia menyakitimu, percayalah dia lebih menyakiti dirinya sendiri."

*****

Anisa terdiam diatas ranjang saat ia mendengar ketukan pintu dari luar. Anisa mengerutkan keningnya. Siapa yang datang? Bukankah Kak Niki baru akan kembali pukul 7 dari kantornya?

"Masuk." kata Anisa pada akhirnya saat ketukan itu tak kunjung berhenti.

Pintu terbuka dan seorang wanita masuk ke dalam dengan sekeranjang buah-buahan yang digendongnya.

Wanita yang memakai dress berwarna biru tua itu mendongakkan kepalanya menatap Anisa dan tersenyum penuh ketulusan.

Anisa menegang kaku, ia mengingatnya. Masih hafal betul siapa wanita ini. Masih terpatri jelas diingatannya siapa sosok cinderella yang ada di depannya ini.

"Anisa ya? Halo, aku Gadis."

----------

Ciyee Anisa sama Gadis ketemuan tuh hahaha.

Sampai ketemu di part selanjutnya yang pastinya bakal adeeem seadem perang dingin wkwkwk

Continue Reading

You'll Also Like

4.7K 1K 26
[SLOW UPDATE] Judul awal [Bumi dan Langit] "Lo tau gak matahari dan bulan?" - Renjun. "Iya tau," - Shuhua. "Mereka bisa bersatu gak?" - Renjun. "engg...
88.1K 4.6K 52
Pada akhirnya, pertemanan kita hanya sebentar. Bolehkah jika aku ingin merubah itu dengan selamanya? Berteman selamanya, menua bersama. Kelak hanya a...
2.1M 10.1K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
811 68 24
༺June: Happy Birthdie༻ ~ Kisah Membiru di Bulan Juni ~ "... bahagia ternyata cuman delusi di otakku aja, ya?" June Clara Sabian, gadis pemilik luka y...