ONE MORE TIME

By rikarianti18

2.2M 123K 3.3K

Forgiving you might be easy, trusting you back is another story * "Terima kasih Ram, terima kasih atas segala... More

prolog
part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
part 34
part 35
part 36
part 37
part 38
epilog
HELLO FROM THE OTHER SIDE
Extra part (1)
ada yang baru nih

part 17

46.8K 3K 305
By rikarianti18

Angin berhembus menyapa Rama saat ia turun dari mobilnya. Sayup-sayup terdengar debur ombak pantai dari tempat ia berdiri.

Rama sungguh terkejut, setidaknya Gadis tak perlu repot-repot menjadi penunjuk jalan jika dari awal wanita itu mengatakan akan menuju pantai ini. Karena jalan ke arah pantai sudah Rama hapal di luar kepala.

"Gak surprise ya?" Gadis tertawa ke arah Rama.

Rama mengangguk sebagai jawaban, "Kalau tempat ini udah tau dari dulu kali. Dari jaman sekolah."

Gadis belum bisa menghentikan senyum gelinya sedari tadi mereka sampai.

"Habisnya gak banyak orang yang tau ada pantai bagus banget di daerah sini."

"Kamu juga sering kesini?" Rama balik bertanya.

"Iya, sering kesini. Tiap bosen, butuh hiburan, mainnya kesini. Tempatnya masih bagus, gak banyak yang dateng juga."

"Jadi ini alasan kamu gak bangun toko kue di daerah pusat kota?"

Gadis menoleh ke arah Rama dan tersenyum lembut, lelaki ini selalu bisa membaca pikirannya.

"Iya, biar deket gitu kalo mau main-main ke pantai. Kok peka banget sih?" goda Gadis mengedipkan sebelah matanya.

"Udah ayo ke pantai ntar kita ketinggalan sunset." ajak Rama langsung menggandeng tangan Gadis. Sedangkan yang digandeng hanya diam menatap tangan besar lelaki yang membungkus pergelangan tangannya.

*****

Gadis berlari menyambut ombak yang datang. Terlihat tidak takut dengan gulungan air yang akhirnya menjadi buih-buih dan kembali ke lautan itu.

Rama ikut berdiri di sampingnya dan menatap Gadis dalam-dalam. Gadis yang tidak menggunakan makeup berlebihan. Hanya sebatas memberi maskara, eyeliner dan lipstick pink di bibir mungilnya.

Gadis selalu menjadi objek perhatian Rama. Dia wanita yang baik, cantik, pintar, dan berpikiran luas. Rama yakin wanita macam Gadis ini bisa saja menjadi model atau sekretaris dengan kepintaran dan kecantikannya. Tapi ia lebih memilih jalan sesuai dengan passionnya. Hal itulah yang menjadi poin penting bagi Rama. Baginya seseorang bisa dikatakan hebat jika sudah berani berjuang untuk mendapatkan apa yang mereka impikan.

Gadis membuka matanya yang sedari tadi menutup dan sadar jika lelaki di sebelahnya sedang melamun memandanginya.

Jelas hal itu membuat hatinya menghangat. Tanpa diperintah pun, rona kemerahan sudah keluar dan bersemayam indah di kedua pipinya.

"Ram?" Gadis mencoba menyadarkan Rama, bisa bahaya kalau-kalau Rama tak segera sadar dan terus memandanginya.

Rama tersadar dan malu sendiri karena sudah tertangkap basah memandangi wanita cantik di sebelahnya.

"Suka banget ya Dis?"

"Iya, main ke pantai itu asik. Aku gak bilang pegunungan itu membosankan ya. Cuma menurutku kalo di pantai rasanya beda. Apalagi kalo mau sunset gini."

"Suara ombak dan air laut selalu jadi kesukaan aku, Ram. Mereka menenangkan. Angin yang selalu menyejukkan dan matahari yang seperti akan tenggelam menuju lautan. Aku selalu rindu pantai Ram. Kayaknya setiap saat aku butuh vitamin sea."

Kayaknya setiap saat aku butuh vitamin sea. Rama tersentak mendengar perkataan Gadis yang terakhir. Rasanya ia pernah mendengar seorang wanita yang sering mengatakan itu padanya.

Rama hapal betul saat Anisa mengatakan hal itu sambil memejamkan matanya. Anisa, wanita yang sama-sama menyukai pantai ini, sekarang mungkin sedang menunggunya. Entah kenapa hatinya gelisah memikirkan itu. Ingin sekali ia mengajak Gadis pulang dan segera ke rumah sakit bertemu dengan Anisa.

Tapi pesona Gadis dan pantai ini mengalahkan segala firasat buruknya. Ia ingin tetap tinggal, melihat Gadis tersenyum dan bercerita lebih banyak tentang segala kesukaannya.

Rama menarik napas panjang, "Yang paling aku suka itu waktu sunset, suasana di pantai sama langit mendukung banget."

"Seolah-olah hal itu memang sudah tercipta dari Tuhan Ram, saat sunset melambangkan keromantisan."

"Bukan Dis, tapi jingga yang menawarkan keindahan. Langit yang berubah warna itu ciptaan paling mengagumkan. Saat pagi bisa terlihat berwarna biru, sore menjelang malam berubah menjadi jingga, dan saat malam menjadi hitam gelap."

Gadis tersenyum, Rama adalah sosok lelaki yang terlihat sangat menarik daripada lelaki lainnya. Tak jarang Gadis bertemu lelaki kaya dan tampan. Tapi Gadis merasa nyaman, Rama seolah menyuguhkan keindahan disetiap perkataan dan perbuatannya yang selalu Gadis dambakan.

Iya! Katakan benar jika Gadis menginginkan lelaki ini, lelaki yang berada di hadapannya. Lelaki yang menjadi daya tarik dari kedua bola matanya untuk tak terpejam menatap keindahan ciptaan Tuhan satu ini.

Berlatarkan pantai dan langit yang berwarna jingga, matahari yang mengintip malu-malu dari ujung pantai dan hampir tenggelam ke belahan bumi lainnya. Gadis memberanikan dirinya untuk mengucapkan kata-kata yang sudah ditahannya sedari dulu saat pertama kali ia bertemu Rama.

Gadis maju beberapa langkah menutup jarak antara dirinya dengan lelaki itu. Menggenggam jari-jari tangan lelaki di hadapannya.

"Maaf kalo kamu berpikir aku wanita seperti apa, Ram. Aku memang harus mengatakan ini, entah berarti apa untukmu, tapi ini kejujuran hatiku."

Gadis menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya.

"I love you, Ram"

Dan yang terjadi berikutnya adalah sebuah ciuman malu-malu dari Gadis yang berada tepat di bibir Rama. Jangan katakan Rama bodoh karena hanya diam. Karena sungguh Rama tidak siap dengan semua ini.

Saat dirasakan tubuh wanita yang mulai melemas di hadapannya, segera Rama melingkarkan tangannya membungkus bagian pinggang wanita itu tanpa sekalipun dari keduanya yang menarik bibir mereka.

*****

Entah sudah berapa kali air mata itu jatuh menetes dari kelopak mata indahnya. Wanita itu juga tak mau repot-repot menghapus air matanya. Dibiarkan mengering dengan sendirinya. Tangannya sudah lemas, andai tidak ada kruk yang ia pegang untuk menyangga tubuhnya. Ia yakin tubuhnya akan limbung dalam sekejap.

Celaka! Sungguh Tuhan begitu baiknya memberikan sebuah pemandangan romantis yang menyentuh hatinya hari ini.

Mulutnya terkunci rapat, terlalu banyak kata-kata yang ingin tumpah menyumbat bibir pucatnya. Andai langit dan laut tau apa yang ia inginkan sekarang. Yakinlah akan ada badai tsunami yang menghanyutkannya kali ini.

Biarlah ia mati! Ia tak peduli. Setidaknya kesakitan itu dirasakannya sekali, bukan bertubi-tubi seperti ini.

Ya Tuhan, tolong katakan kepada siapa lagi ia harus bersandar saat Kau menunjukkan bahwa sandarannya bukanlah tempat yang tepat.

Tolong katakan padanya bagaimana lagi ia bisa tetap percaya saat kepercayaannya sudah berkhianat padanya?

Tolong berilah aku kekuatan, adalah kata-kata yang dirapalkan wanita itu saat melihat pemandangan mengejutkan ini.

Tubuhnya kaku tepat pada saat sang wanita menarik bibirnya menjauh dan tersenyum ke arah pria yang tangannya tetap tersemat di pinggang wanita tadi.

Seolah Tuhan sedang menunjukkan bahwa kisah Cinderella sudah menemukan kebahagiaannya, dimana Cinderella yang cantik jelita bertemu dengan pangeran impiannya dan hidup bahagia bersama.

Lalu katakan dimana letak wanita ini dalam kisah Cinderella? Bukankah dalam kisah Cinderella tidak mengenal wanita cacat yang harus berdiri dengan disangga kruk?

Mata sembabnya bertemu dengan mata sang lelaki berwujud pangeran tampan itu. Terlihat sang lelaki terkejut menemukan wanita lain yang sedang diam menatap tajam ke arahnya.

Bodoh! Runtuk wanita itu. Apakah kau masih mengharapkan dia datang padamu?

Yang terlintas dipikiran wanita itu adalah lari! Entah bagaimana pun kondisinya, ia harus segera lari, keluar dari kisah bahagia ini. Karena ia menyadari, ini bukan kisah untuknya, ia tidak akan bahagia!

Wanita itu mengarahkan kruknya dan berbalik. Mencoba mengambil langkah lebar-lebar walau kesusahan karena terhalang pasir pantai yang seolah ingin menenggelamkan kakinya.

"Anisa!" teriak seseorang dari arah belakangnya.

Tanpa menoleh wanita yang namanya disebut ini tetap menjalankan kakinya secara paksa. Ia hapal betul siapa lelaki yang suaranya seperti itu, hanya ada satu lelaki! Ya, kalian benar. Itu adalah Rama. Sang pangeran dari kisah Cinderella yang berakhir bahagia. Bahkan upik abu pun sudah tak lagi cocok diperankan oleh Anisa.

"Anisa!" teriakan itu terdengar lagi, sekarang disusul oleh langkah seseorang di belakang sana. Rama bukanlah lelaki patah semangat yang Anisa yakini akan terus mengejarnya.

Saat sudah sampai di barisan mobil taksi segera Anisa masuk ke dalam salah satu taksi tersebut dan meminta sopirnya untuk berjalan cepat keluar dari area pantai itu.

Tak peduli ada suster Martha yang ia tinggalkan entah dimana. Tak peduli pada rasa sakit di kakinya yang sepertinya akan kram dan bengkak esok hari. Tak peduli pada cintanya yang berakhir saat ini.

Hanya menangis dan terus menangis, bahkan Anisa masih ingin menikmati setiap air mata yang jatuh tanpa mau menghentikannya.

*****

Gadis hanya bisa terdiam menatap Rama yang memasuki mobilnya dan dengan cepat mengejar taksi yang ditumpangi wanita tadi.

Rasanya semua begitu cepat. Saat Gadis menghentikan ciumannya dan Rama menatap penuh keterkejutan pada wanita yang menatap ke arah Gadis dan Rama dengan tubuh kakunya.

Walau dari jauh tak jelas. Tapi sebagai wanita Gadis yakin, wanita tadi menangis dan menatap dengan iba.

Hingga akhirnya Rama melepaskan pelukannya dan berteriak memanggil wanita yang sama sekali tidak menoleh ke arah Rama.

Gadis tetap bungkam sampai Rama berlari mengejar wanita itu. Gadis bingung dan hanya melihat apa yang akan Rama lakukan selanjutnya.

Gadis seperti orang bodoh sekarang, ia sendirian dan ditatap oleh beberapa sopir taksi dan penjual toko yang kebingungan melihat adanya adegan drama tadi. Sampai seseorang menepuk bahunya.

Gadis menoleh dan menatap wanita di depannya dari atas ke bawah berulang kali. Jika dari pakaiannya, Gadis yakin jika orang dihadapannya ini adalah seorang perawat.

"Halo, saya suster Martha, suster pribadi Anisa yang jika kamu ingin tau, ia adalah tunangan Rama."

Gadis membulatkan matanya. Apa tadi? Tunangan? Tolong benarkan perkataan Gadis yang berpikir bahwa tunangan adalah pacar yang sudah terikat satu jenjang lebih atas dengan tanda cincin yang melingkar di salah satu jari tangan kiri?

"Wanita tadi adalah Anisa?" tanya Gadis dengan bibir keringnya yang pucat pasi.

Suster Martha mengangguk mantap, "Iya, dia Anisa. Wanita yang menggunakan kruk yang menangis dan dikejar oleh Rama adalah Anisa."

Gadis menutup mulutnya setengah tak percaya. Jadi Rama sudah memiliki calon istri? Ya Tuhan...

Gadis menutup mata dan dengan sendirinya jatuhlah air mata dari pelupuk matanya.

-----------


Siapa yang dari kemarin-kemarin tanya dimana konfliknya? Itu udah aku kasih hahaha.

Makasih yang udah nunggu cerita ini karena konfliknya lama muncul wkwk, biar alurnya jelas gitu, dapet feelnya.

Aduu berasa cerita ini mau end yaa, tapi belum kok karena sebenernya disini awal masalah yang bakal munculin banyak part lagi. Jadi tunggu kelanjutannya yaa. Thank you❤

Continue Reading

You'll Also Like

39.5K 6K 37
"Take me home, please," pinta Chika "You've been already at home," jawab Aran merengkuh Chika ke dalam dekapannya.
2.2M 10.3K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
4.7K 1K 26
[SLOW UPDATE] Judul awal [Bumi dan Langit] "Lo tau gak matahari dan bulan?" - Renjun. "Iya tau," - Shuhua. "Mereka bisa bersatu gak?" - Renjun. "engg...
si kembar By Via

Teen Fiction

2.3K 158 15
Tugas ku adalah melindungi dan menyayangi mu sepenuh hati jadi kamu tidak perlu merasa khawatir kalau aku terlalu Cuman gara gara kamu - Novia Aku b...