The Princess Act

By VhieRheplie

46.9K 2K 92

Kisah Seorang Aktris terkenal yang hidup mewah dan bergelimangan harta namun malah merasa seperti terkungkung... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23

Part 5

1.7K 79 1
By VhieRheplie

Ban ke titli dil uda, uda, uda hai kahin door...
Bagaikan kupu-kupu hatiku terbang ke suatu tempat yang jauh

Chalke khushboo se juda, juda, juda hai kahin door..
Terbang melayang menyatu dengan keharuman di suatu tempat yang jauh

Haadse yeh kaise
Rentetan peristiwa macam apa ini

Ansune se jaise
Seperti tak pernah terdengar sebelumnya

Choome andheron ko koi noor...
Seolah secercah cahaya mengecup kegelapan

Ban ke titli dil uda, uda, uda hai Kahin door..
Bagaikan kupu-kupu hatiku terbang ke suatu tempat yang jauh

Jodha POV

Aku seperti tersihir, hilang akal, dan hilang arah. Entah apa yang terjadi padaku. Menabrak tubuh Reshyam yang besarnya tiga kali lipat tubuhku dan berhasil membuatnya jatuh terjengkang adalah keanehan pertama yang terjadi. Kemudian tanpa sadar aku berlari meninggalkan ruanganku menuju ruangan sebelah. Spontan memanggil namanya begitu aku sampai diambang pintu dan semua orang yang berada dalam ruangan itupun menoleh kearahku. Pak Vikram, beberapa pemain pria dan wanita juga beberapa kru. Mereka memandangku dengan penuh tanda tanya. Mungkin yang ada dalam benak mereka saat ini adalah sebuah pertanyaan besar akan mengapa aku bisa datang ketempat ini dengan wajah khawatir yang tak bisa kusembunyikan. Seorang Jodha Alleandra perduli akan keadaan pemain lainnya yang baru saja tertimpa kecelakaan. Surprise! Aku yang begitu acuh tiba tiba bisa merasa begitu khawatir. Kalau mereka menanyakan hal itu padaku saat ini aku hanya bisa menjawab entahlah, aku tidak tahu. Setidaknya saat Reshyam memberitahukan berita itu aku langsung merasa terkejut dan takut. Sebenarnya ada apa dengan Jalal? Mengapa ia begitu mempengaruhiku sejak pertemuan kami kemarin?

Author POV

"Jalal!" Jodha memekik menyerukan nama Jalal dan berdiri diambang pintu ruangan Jalal. Semua orang yang mendengar suara Jodha langsung menoleh tidak terkecuali Jalal sendiri yang sekarang dalam keadaan bertelanjang dada dengan bagian punggungnya yang sedang dibalur semacam salep oleh salah seorang tim medis yang didatangkan sang sutradara untuk mengobati Jalal.

"Jodha!" Jawab Jalal lirih.

"Masuklah, Jo," sahut pak Vikram sang sutradara. Jodha pun melangkah masuk dengan sedikit ragu diiringi tatapan penuh tanda tanya dari beberapa pemain dan kru yang juga ada dalam ruangan itu.

"Kudengar dari Reshyam kalau Jalal.....,"

"Aku tidak apa apa, Jo," sahut Jalal sambil tersenyum manis tapi Jodha malah memandangnya dengan penuh rasa khawatir. Sang sutradara yang sedang memperhatikan mereka malah menangkap hal yang tak biasa antara pandangan mata mereka.

"Oke semua! Aku minta tinggalkan ruangan ini sekarang. Punggung Jalal hanya terkilir dan ia hanya perlu istirahat sekarang," ucap sang sutradara dengan suara yang cukup lantang. Mereka pun menurut dan satu persatu dari mereka mulai meninggalkan ruangan itu.

"Jalal, kalau kau butuh sesuatu, jangan sungkan menghubungiku ya," Amisha menghampiri dan menyentuh pundak Jalal lalu Jalalpun menjawabnya dengan anggukan kepalanya.

"Aku juga pergi dulu kalau begitu, semoga kau......,"

"Jo, kau tetaplah disini. Kau bisa mengobrol dengan Jalal. Siapa tahu kalian bisa sambil berdiskusi soal adegan kalian berikutnya," sang sutradara mencegah kepergian Jodha.

"Tapi tadi kata anda Jalal perlu beristirahat," jawab Jodha.

"Ah ya! Kau benar, Jo. Aku sampai lupa. Baiklah, ayo kita pergi sekarang. Biarkan Jalal sendiri disini," ucap sang sutradara menunggu reaksi Jodha. Ia sengaja mengusir semua orang keluar agar ia bisa lebih menyelidiki lagi tentang perasaan antara keduanya.

"Ehm, pak Vikram. Biar aku disini dulu sebentar," ucap Jodha yang sebenarnya memang ingin berbicara pada Jalal.

"Oh begitu. Baiklah, aku tinggalkan kalian disini ya," sahut sang sutradara langsung meninggalkan mereka.

Hening!

Jalal mencoba merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur yang telah disediakan untuk para pemain agar bisa beristirahat. Dengan perlahan dan sedikit meringis menahan nyeri pada persendiannya, ia masih berusaha merebahkan tubuhnya. Melihat Jalal sedikit kesusahan, Jodha pun membantunya dengan memegangi kedua lengan Jalal. Tubuh mereka yang begitu dekat membuat keduanya bisa dengan mudah menghirup aroma tubuh masing masing dari mereka.

"Apa benar kau hanya terkilir?" Tanya Jodha yang kini duduk disamping Jalal yang tengah berbaring.

"Iya Jo. Kamera tadi menimpa punggungku membuat punggungku sedikit terkilir. Sebenarnya pak Vikram menyuruhku untuk melakukan ronsen tapi aku menolak. Hanya kecelakaan kecil tidak akan mampu melukai tulang seorang stuntmant kan?" Ucap Jalal sambil tertawa kecil.

"Stuntmant juga manusia kali! Kau terlalu menyepelekan," ucap Jodha sambil memutar bola matanya kesal.

"Wow! Matamu itu lucu sekali, Jo. Seperti mata kelinci peliharaanku di kampung," ucap Jalal sambil tertawa melihat Jodha memutar bola matanya.

"Apa? Kelinci di kampung? Ikh! Enak saja kau!" Sahut Jodha kesal dan spontan memukul lengan Jalal.

"Auwwwww!" Pekik Jalal.

"Kenapa Jalal? Aku kan hanya memukul lenganmu saja bukan punggungmu? Apa lenganmu juga sakit?" Tanya Jodha tampak panik.

"Tidak Jo! Tidak hanya sakit, sepertinya malah tanganmu itu yang bisa mematahkan tulangku," goda Jalal kembali tertawa lebar. Kali ini Jodha semakin kesal dan spontan mencekik leher Jalal membuat Jalal menjadi terbatuk batuk dan Jodha pun tertawa puas bisa membalas perlakuan Jalal padanya.

"Jalal, apa Amisha itu kekasihmu?" Tanya Jodha tiba tiba setelah mereka puas tertawa.

"Belum. Mungkin bisa dibilang calon," sahut Jalal santai.

"Oohhh....," raut wajah Jodha tiba tiba berubah murung. Jalal tersenyum miring melihat perubahan ekspresi wajah Jodha.

"Kok cuma oh? Apa kau tak ingin memberiku selamat?" Tanya Jalal.

"Kan baru calon, belum juga jadian. Untuk apa diberi ucapan selamat," jawab Jodha memalingkan pandangannya ke arah meja rias.

"Oh ya kau benar! Lagipula kan cuma calon. Itu juga aku sendiri yang bilang calon. Pendekatan saja belum. Belum lagi aku mau apa tidaknya sama dia. Ya! Kau benar Jo. Tak perlu memberi selamat," jawab Jalal masih dengan santainya.

"Loh? Jadi kamu belum tentu mau? Kenapa bilang calon? Dasar pria aneh!" Sahut Jodha sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Suka suka aku donk, Jo. Aku juga bisa bilang kamu calon pacarku. Ankita juga bisa, Rukaiya juga bisa," ucap Jalal membuat Jodha melotot kearahnya.

"Dasar playboy cap kumis. Sok cakep!" Ejek Jodha malah membuat Jalal terpingkal pingkal.

"Justru kumisku ini Jo yang jadi ikon ketampananku," sahut Jalal masih sambil tertawa.

"Ikh!!! Capek ah ngomong sama kamu. Bawaannya godain aku terus. Baiknya aku keluar saja lah," sahut Jodha bangkit namun dengan cepat Jalal mencegahnya dengan menggenggam tanganya.

Seketika darah keduanya terasa berdesir manakala kulit mereka kembali saling menyentuh dan seperti tak ingin terpisahkan.

"Maaf Jo. Aku hanya ingin bercanda denganmu. Hidup ini jangan terlalu sering dibawa serius, Jo," ucap Jalal kali ini menatap serius kedalam mata Jodha.

"Tapi bercandanya bisa kan gak godain aku terus?" Sahut Jodha entah mengapa mengeluarkan gaya bicaranya yang manja.

"Iya deh. Aku janji. Sepertinya aku godain Reshyam aja kali ya," ucap Jalal tanpa sadar tangan mereka masih saling bertautan.

"Nah kan.....,"

"Upss! Iya Jo. Iya! Janji!" Ucap Jalal sambil memegang kedua telinganya.

********************

"Hei, kau lihat tidak? Si Lucky daritadi masih berada didalam ruangannya Jalal," ucap Amisha yang masih memandang kearah ruangan Jalal yang tertutup pintunya.

"Sepertinya dia sangat tertarik dengan si stuntmant itu," ucap Rukaiya sambil kembali fokus pada naskahnya.

"Tapi dia tidak boleh merebut Jalal dariku," sahut Amisha.

"Memangnya kau sudah jadian dengan Jalal apa? Jalal masih single, Amisha. Dia bisa dekat dengan siapa saja termasuk dengan Jodha," ucap Rukaiya mulai kesal karena Amisha selalu mengganggu konsentrasinya.

"Tapi Jodha sudah punya tunangan, Ruk. Itulah yang salah! Lagipula kau ini temanku atau temannya sih? Koq terkesan membela dia?" Ucapan Amisha malah membuat Rukaiya semakin kesal.

"Aku tidak membela siapa siapa! Aku ini sedang fokus pada naskahku dan konsentariku terganggu itu semua gara gara kau yang sedari tadi tidak bisa berhenti mengoceh. Sebaiknya kalau kau masih saja mengoceh, cepat tinggalkan ruangan ini!" Seru Rukaiya tak kalah sewotnya.

"Sudah! Sudah! Mengapa malah kalian yang ribut? Amisha, ayo kita keluar saja. Biarkan Rukaiya sendiri disini," Ankita menengahi mereka dengan menyeret Amisha keluar dari ruangan.

"Dasar norak!" Cibir Amisha sebelum meninggalkan ruangan mereka.

"Kau yang norak!" Sahut Rukaiya tak mau kalah sementara Ankita dan Amisha sudah menghilang dibalik pintu.

*********************

"Oh maaf. Aku tak tahu kalau kalian.....," Billy mengusap tengkuknya bingung mendapati Jalal dan Jodha berada didalam satu ruangan hanya berdua.

"Tidak apa apa, Bill. Masuklah. Jodha tadi sedang menjengukku dan kami sekarang sedang latihan sedikit untuk take scene berikutnya," sahut Jalal sambil memamerkan naskah yang ada ditangannya.

"Oh! Tidak apa apa, Jalal. Aku hanya ingin mengambil charger ponselku. Kalau begitu, aku tinggal dulu ya," sahut Billy kemudian pergi lagi setelah mengambil charger ponselnya.

"Jalal, latihannya cukup dulu ya. Kau belum istirahat sejak tadi. Setelah ngobrol kita malah lanjut latihan," ucap Jodha sambil membereskan naskah yang dipegangnya.

"Baiklah, Jo. Terima kasih telah menjengukku," ucap Jalal.

"Sama sama. Lekaslah sembuh. Aku tidak biasa menunggu pemain lain untuk syuting bersamaku tapi akulah yang biasa ditunggu mereka," ucap Jodha dengan tampang angkuhnya.

"Baik nona papan atas," sahut Jalal yang dijawab Jodha dengan tatapan sengitnya. Entah mengapa ia semakin menikmati godaan godaan yang Jalal lontarkan untuk dirinya.

***********************

Beberapa hari kemudian kondisi Jalal sudah mulai pulih dan merekapun sudah bisa melanjutkan proses syuting seperti biasa. Kedekatan diantara mereka mulai terjalin walau sikap Jodha belum banyak berubah. Masih angkuh dan ketus kepada orang lain terkecuali pada Jalal. Aneh memang, bahkan Jodha sendiri merasa bingung dengan kelakuannya.

"Jo, besok kan libur syuting, para pemain dan kru rencananya akan pergi ke Ancol. Kamu ikut ya," ajak Jalal saat mereka bersama sama menuju ruangan mereka setelah menyelesaikan take scene terakhir mereka.

"Maaf Jalal. Aku nya sih mau saja tapi Sujamal pasti akan melarangku," jawab Jodha sambul tersenyum kecut.

"Kalau begitu suruh saja Sujamal ikut juga," sahut Jalal santai.

"Tidak semudah itu, Jalal. Ia tak suka hal hal seperti itu," jawab Jodha.

"Lalu, kalau ia tak suka kau juga harus tidak suka begitu? Ini hidupmu, Jo. Kau yang menentukan mana yang kau mau dan mana yang tidak. Kau itu tunangannya bukan bonekanya," sahut Jalal sedikit kesal.

"Mungkin kau benar, tapi dia bilang ini demi kebaikanku juga," sahut Jodha membuat Jalal semakin heran melihat keteguhan sikap Jodha.

"Oke, sekarang kita buat simple saja. Kau mau ikut atau tidak?" Tanya Jalal sambil memegang kedua pundak Jodha dan menatap kedalam mata Jodha.

"Seb....sebenarnya mau," jawab Jodha lirih.

"Fix! Kita berangkat. Besok aku jemput kau jam 9 pagi," jawab Jalal membuat Jodha membelalakan matanya.

"Tapi Sujamal.....,"

"Gampang. Kau bilang saja kau tidak jadi libur. Ajak Hana dan Reshyam bersamamu. Aman kan?" Sahut Jalal seketika senyum mengembang di bibir Jodha.

"Boleh juga. Oh Tuhan! Maafkan aku karena telah membohongi tunanganku," sahut Jodha sambil berbicara menghadapkan wajahnya keatas langit dengan mimik memelas.

"Oh Tuhan! Maafkan aku karena telah membawa pergi tunangan orang tanpa ijin," sahut Jalal mengikuti sikap Jodha. Dan merekapun tertawa lepas seolah seperti penjahat yang sedang merencanakan target kejahatan mereka.

*******************

Rencana merekapun berhasil. Hana, Reshyam, Jodha dan Jalal kini berada didalam mobil Pajero kesayangan Jalal yang melaju menuju tempat dimana para pemain dan kru berada.

"Ikh, akika lama bo gak maen itu kuda kudaan," celetuk Reshyam sambil menunjuk arena komedi putar.

"Sana buruan! Naikin aja tu kuda. Awas ya kalo tu kuda jebol, kita kita gak mau bantu tanggung jawab," sahut Hana membuat Jodha dan Jalal tertawa.

"Han, kita pencar aja yuk seperti yang lain. Aku sama Jalal, kamu sama Resy," ucap Jodha yang terlihat cantik dengan kaos putih polos, celana jeans belel dan topi yang menghiasi kepalanya bertujuan agar tak banyak pengunjung yang mengenali dirinya.

"Ih! Lu mah enak sama yang ganteng. Lha gue dapet yang sepet gini," gerutu Hana pada Jodha.

"Sudah deh! Sepet sepet juga sahabat kamu," jawab Jodha kemudian merekapun pergi meninggalkan Hana yang kesal karena harus bersama Reshyam yang tingkahnya mirip kuda lumping.

"Jo, kita naik itu yuk!" Ajak Jalal yang terlihat tampan dengan Polo shirt biru-nya dan juga topi yang menutupi sebagian wajahnya. Ia mengajak Jodha menaiki wahana tornado.

"Ih enggak ah! Aku takut!" Seru Jodha.

"Gak usah takut, kan ada aku. Ayo!" sebelum Jodha menolak, Jalal sudah terlebih dulu menyeret lengan Jodha menuju wahana permainan itu.

Bisa ditebak, Jodha berkali kali berteriak histeris saat menaiki wahana tersebut. Lengan dan perut Jalal sukses menjadi santapan empuk jari jemarinya yang berulang kali kena cubit setelah mereka turun dari wahana itu.

"Aku mau pulang!" Rengek Jodha sambil menghentakkan sebelah kakinya.

"Ngambek?" Tanya Jalal.

"Banget!" Jawab Jodha.

"Oke. I'm sorry Princess. Bagaimana kalau kita beli es krim saja?" Tawar Jalal.

"Es krim? Kaki lima? No!" Jawab Jodha kembali dengan gaya sok nya.

"Sudah deh, Jo. Gak usah gengsi begitu. Kebanyakan gengsi bisa menyebabkan kematian, Jo," sahut Jalal sambil menyeret lengan Jodha.

"Lagi lagi kamu kok maksa sih? Aku gak mau ya gak mau! Titik!" Sahut Jodha ketus.

"Oke! Aku beli sendiri saja," ucap Jalal kemudian melangkah menuju stand es krim. Mau tidak mau Jodha membuntuti langkah Jalal dari belakang.

"Pak, es krim vanilla nya satu," ucap Jalal pada penjual es krim.

"Lho koq cuma satu mas? Istrinya gak dibeliin?" Celetuk si penjual es krim.

"Gak usah pak. Istri saya lagi diet," sahut Jalal sekenanya membuat Jodha langsung melotot.

"Sudah langsing dan cantik ini istrinya mas. Gak perlu pake diet lagi," sahut si penjual sambil menyerahkan es krim yang dipesan Jalal.

"Istri saya takut saya diambil orang, pak. Makanya dia diet mati matian untuk saya," sahut Jalal sambil melirik kearah Jodha yang kini memasang tampang sengit bukan main.

"Pak! Es krim cokelatnya satu," ucap Jodha membuat si penjual tersenyum penuh arti.

Setelah mengambil pesanannya, Jodha pun langsung berbalik dan pergi meninggalkan Jalal begitu saja. Ia begitu kesal dengan ulah Jalal yang tidak ada habis habisanya menggodanya terus menerus.

Keasyikan berjalan sambil menikmati es krimya membuat Jodha lupa kalau ia sudah pergi terlalu jauh dari Jalal. Sementara Jalal pun kini nampak panik mencari Jodha kesana kemari setelah tadinya ia sempat lengah karena ia sedang membayar pesanan es krim mereka.

Jodha mulai panik dan ketakutan setelah kesana kemari mencari keberadaan Jalal ataupun siapa saja yang ia kenal namun tak satupun ia temukan. Ditambah lagi ponselnya yang kini dipegang oleh Hana membuatnya semakin kesulitan untuk menghubungi orang yang ia kenal. Bahkan Jodha mulai merasa ada beberapa orang dengan pakaian serba hitam terlihat membuntutinya. Jodha semakin merada katakutan dan luar biasa panik. Dan Jodha mulai ingin menangis ketika tiba tiba pergelangan tangannya ditarik kuat oleh seseorang.

"Tidak! Jangan apa apakan aku! Jalal!" Seru Jodha membuka matanya setelah melihat sosok yang menariknya. Ia pun langsung menghambur kedalam pelukan Jalal.

"Kamu boleh marah, Jo. Tapi jangan ceroboh begini. Aku sempat panik mencarimu," ucap Jalal sambil mengusap usap pundak Jodha.

"Kau kemana saja? Aku takut. Ada beberapa orang misterius yang mengikutiku tadi," rengek Jodha malah membenamkan wajahnya kedada Jalal.

"Jo, sebaiknya kita kembali ke mobil saja. Aku akan mengirim pesan kepada pak Vikram," ucap Jalal sambil melihat kekanan dan kekiri takut ada seseorang melihat mereka dalam keadaan saling berpelukan yang bisa menimbulkan berita yang tidak enak untuk mereka.

Setelah mengirim pesan pada pak Vikram, merekapun pergi menuju ke area parkir. Sepanjang perjalanan, Jodha masih saja memeluk pinggang Jalal dengan erat membuat jantung Jalal semakin berdetak tidak karuan. Entah mengapa ia selalu saja ingin berada dekat dengan Jodha, melindunginya, menggodanya dan ingin membuat Jodha selalu tersenyum, tertawa lepas tanpa beban. Sepanjang langkah mereka menuju area parkir, Jalal sbbenarnya mengetahui bahwa ada beberapa pria berpakaian hitam yang sedang membuntuti langkah mereka.

"Jo, kau tunggulah sebentar disini. Aku hendak menelepon seseorang terlebih dahulu," ucap Jalal setelah membawa Jodha masuk kedalam mobil.

"Kau mau kemana?" Tanya Jodha sambil mencengkram tangan Jalal dengan kuat. Ketakutan masih menyelimuti pikirannya.

"Aku hanya akan menelepon sebentar, Jo. Kau tunggulah disini. Aku hanya akan berdiri disitu," ucap Jalal sambil menunjuk kearah kap depan mobilnya.

"Tapi Jalal.....,"

"Sssst....tenanglah. Aku hanya sebentar. Percayalah," ucap Jalal kemudian dengan tiba tiba mengecup kening Jodha lembut. Bukannya terkejut, Jodha malah menutup matanya meresapi kecupan bibir Jalal dikeningnya yang memberinya rasa yang begitu damai. Seketika Jodhapun mengangguk dan menyunginggkan senyum tipis untuk Jalal.

~Adhoori thi zara si
Sebelumnya aku sedikit tak sempurna

~Main poori ho rahi hoon
Namun aku sedang menyempurnakan diri

~Teri saadgi mein hoke choor
Setelah hancur berkeping-keping karena pesona kesederhanaanmu

"Ya Tuhan.... perasaan apa ini?" Batin Jodha tiba tiba berkecamuk.

Jalal melangkah sedikit menjauh dari mobil dan menelepon seseorang.

"Hallo,"

"Iya Jalal,"

"Mengapa kau menyuruh mereka mengikutiku?"

"Jalal...mereka....,"

Next






Continue Reading

You'll Also Like

151K 18.8K 23
Kisah cinta dari dua latar belakang berbeda. Tentang Darian dan Emilia yang bertemu lalu terpisah hingga 14 tahun kemudian mereka dipertemukan lagi...
1.5M 136K 71
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
924K 76.3K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
5M 55.9K 6
[Mohon Bijak Dalam Memilih Cerita!] Perjodohan. Siapa orang yang mau dijodohkan? Tidak ada. Mungkin di era sekarang ini tidak ada yang ingin...