Part 8

1.6K 88 4
                                    

"Boleh aku masuk kedalam?" Tanya Sujamal dengan tatapan yang sangat dingin.

"Silahkan," jawab Jalal dengan santai.

Jalal mempersilahkan Sujamal masuk dan merekapun duduk diruang tamu apartemen Jalal.

"To the point saja, ada keperluan apa kau kemari dan bagaimana kau tahu dimana letak apartemenku?" Tanya Jalal tanpa basa basi.

"Hal yang mudah untuk seorang Sujamal mengetahui alamat seseorang. Aku kemari bertujuan untuk memperingatkanmu," sahut Sujamal juga tanpa basa basi.

"Itu suara Sujamal! Astaga! Kenapa dia bisa kemari? Ya Tuhan, semoga ia tak mengetahui keberadaanku," gumam Jodha didalam kamar Jalal nampak ketakutan.

"Kau ingin memperingatkanku? Soal apa?" Tanya Jalal kali ini menatap tajam mata Sujamal.

"Jauhi Jodha! Aku tak suka kalau kau terlalu dekat dengan calon istriku," mendengar ucapan Sujamal, tangan Jalal tiba tiba mengepal dengan keras karena kesal.

"Kami partner kerja. Aku lawan mainnya. Wajar saja bila kami dekat," jawab Jalal mencoba menahan emosinya.

"Aku minta akting yang kalian lakukan harus dalam batas wajar. Aku tak suka melihat aktingmu yang berlebihan itu," ucap Sujamal dengan ketusnya.

"Aku bukan Jodha yang bisa kau atur seenaknya. Jadi, kalau sudah tidak ada hal yang penting lagi, kau bisa pergi dari sini," Jalal sudah berada diambang batas kesabarannya. Dengan segera ia bangkit dan membuka pintu apartemennya seakan menyuruh Sujamal untuk pergi dari apartemennya.

"Lihat saja! Kalau sampai kau tak mengindahkan peringatanku ini, akan kubuat hidupmu menjadi menderita!" Ucap Sujamal menghampiri Jalal sambil menunjuk wajah Jalal dengan telunjuknya.

"Aku tidak takut sama sekali dengan ancamanmu, mister Sujamal!" Jawab Jalal sambil menyingkirkan telunjuk Sujamal yang mengarah ke wajahnya.

Tanpa basa basi lagi Sujamal pun langsung meninggalkan apartemen Jalal dengan langkah yang terburu buru sementara Jalal langsung menutup pintu apartemennya, menguncinya dan langsung menemui Jodha yang berada didalam kamarnya.

"Jalal," ucap Jodha langsung menghambur ke pelukan Jalal begitu melihat kedatangan Jalal.

"Ssssttt.... tenanglah sayang," sahut Jalal mencoba menenangkan Jodha.

"Apa dia sudah pergi? Bagaimana dia mengetahui letak apartemenmu? Apa dia tahu kalau aku berada di sini? Astaga! Tamatlah riwayatku," tanya Jodha secara beruntun.

"Cantik, tanyanya satu satu dong. Dia sudah pergi sekarang. Mengenai alamatku, entahlah. Aku juga tidak tahu bagaimana ia mengetahuinya. Tapi dari gerak geriknya, kurasa ia tak tahu keberadaanmu disini," jawab Jalal sambil mengusap usap punggung Jodha memberinya rasa nyaman.

"Ini semua salahku, Jalal. Ini tidak benar," lagi lagi Jodha merasa takut.

"Tenanglah, cantik. Percayalah padaku. Kita akan melewati semuanya secepatnya. Percaya padaku," ucap Jalal kembali meyakinkan Jodha.

"Antar aku pulang sekarang," pinta Jodha yang langsung dijawab Jalal dengan anggukan kepala.

Selama perjalanan menuju rumah Jodha mereka berdua sama sama terdiam tanpa suara. Jalal lebih memilih membiarkan Jodha larut dalam pikirannya tanpa ingin mengganggunya. Jodha-nya masih perlu berpikir sekarang. Jalal tahu kalau hati Jodha sedang gamang saat ini.

"Terima kasih, Jalal," ucap Jodha setelah mereka sampai didepan rumah Jodha. Beruntung Sujamal belum sampai dirumah Jodha.

"Kumohon jangan terlalu keras berpikir, Jo. Biarlah ini mengalir apa adanya. Aku mencintaimu," ucap Jalal kemudian mengecup kening Jodha penuh kasih sayang.

The Princess ActTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang