Part 16

2K 80 2
                                    

Bheesma Company

"Akhirnya kau datang juga, nak," sapa Humayun memandang Jalal yang sedang berdiri tegap di hadapannya sambil bersendekap.

"Katakan apa maumu, papa?" Tanya Jalal dengan menekankan kata kata "papa" di akhir kalimatnya.

"hmmh, sudah lama aku tak mendengar kau memanggilku dengan sebutan itu, Kafhka," sahut Humayun yang juga menekankan sebutan "Kafhka" pada akhir kalimatnya.

"Namaku Jalal, bukan Kafhka," sahut Jalal dengan nada yang begitu dingin.

"Baiklah, Jalal. Papa memintamu kesini hanya untuk menanyakan alasan mengapa kau menikah tanpa sepengetahuanku dan tanpa persetujuanku?" Tanya Humayun masih tetap dengan posisinya duduk dikursi kerjanya sedangkan Jalal kini melangkahkan kakinya dan duduk didepan Humayun dengan meja kerja sebagai pemisah jarak antara mereka.

"Apa aku pernah bertanya saat kau menikah dengan Stella dan mengkhianati ibuku?" Jawab Jalal balik bertanya.

"Tapi kau sudah berjanji dan ini bukti dari perjanjian kita bahwa kau.....,"

"P*rs*t*n dengan perjanjian ini karena aku sudah tak perduli lagi akan harta warisan Bheesma!" Teriak Jalal sambil meraih kertas perjanjian itu dan merobeknya berkeping keping didepan mata Humayun.

"Apa kau tahu apa konsekuensinya karena kau sudah melanggar janji itu?" Ancam Humayun kini dengan wajah yang kaku dan rahang yang mengeras.

"Ya! Aku tahu! Dan aku tidak perduli! Mereka tak mempermasalahkan jika harta warisanmu kau berikan kepada mereka. Karena mereka sadar bahwa kebahagiaanku tak bisa dibeli dengan uang. Kau tak bisa mengembalikan kebahagiaanku yang dulu kau rampas walau dengan kekayaanmu yang berlimpah ruah, tuan Humayun Bheesma," ucap Jalal dengan tatapan mata elangnya yang begitu tajam. Begitu tersakitinya ia akan kelakuan Humayun di masa lampau, membuatnya lupa akan posisinya sebagai putra dari pria yang ada di hadapannya ini.

"Tapi Patrice sudah datang ke Indonesia dan kau malah menikah dengan gadis lain? Apa yang harus papa katakan pada orangtua Patrice, Kafhka?" Tanya Humayun dengan nada suara meninggi.

"Itu urusanmu, tuan!! Atau kau nikahi saja wanita itu sekalian!!" Bentak Jalal sambil menggebrak meja kerja Humayun dan bangkit berdiri dengan tatapan yang semakin tajam dan raut wajah yang penuh emosi.

"Nakafhka!!" Bentak Humayun.

"Namaku Jalalluddin! Bukan Nakafhka!!" sahut Jalal berteriak dengan penuh kemarahan.

"Kau akan menyesal melakukan ini semua, Jalal! Papa akan benar benar memberikan seluruh harta papa kepada Stella dan anaknya!" Humayun mencoba mengancam Jalal agar ia berubah pikiran.

"Berikan saja padanya! Aku tak butuh lagi hartamu dan jangan pernah kau berharap bahwa aku akan menepati janji itu. Kau saja bisa mengkhianati orang yang mencintaimu, mengapa aku tidak? Bukankah apa yang diajarkan oleh orangtua harus dicontoh oleh sang anak?" Ucapan Jalal begitu menohok hati Humayun. Ia hanya diam tertegun tak bisa berkata kata. Tubuhnya bergetar dan nafasnya memburu merasakan emosinya yang tak terkendali.

"Kalau sudah tidak ada yang penting lagi, saya mohon pamit tuan Humayun Bheesma," ucap Jalal tanpa basi basi membalikkan tubuhnya dan pergi keluar ruangan kerja Humayun.

"Adam!! Adam!!" Panggil Humayun setelah kepergian Jalal.

"Ya tuan, apa anda.....astaga! Ada apa dengan anda tuan?" Adam berlari menghampiri Humayun yang nampak meringis menahan sakit sambil memegang dada sebelah kirinya.

"Cepat ambilkan obatku di laci itu," perintah Humayun yang langsung dilakukan Adam secepat kilat.

Setelah meminum obat tersebut, nafas Humayun berangsur angsur kembali teratur dan nyeri didadanya pun kini mulai berkurang.

The Princess ActTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang