SLUT [DITERBITKAN]

By badgal97

559K 24.4K 2.4K

[TELAH DITERBITKAN DENGAN JUDUL 'LUST'] Shay McConnell yang memiliki nama 'lain' sebagai Rita, dan berakhir d... More

PROLOGUE
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5°1
Chapter 5°2
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8°2
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12°1
Chapter 12°2
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
AUTHOR NOTES
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Ini Penting
EXTRA CHAPTER
OPEN PO!!!!!!
CASHBACK!!!
EBOOK VERSION

Chapter 8°1

17.3K 622 17
By badgal97

8-1


"A-FUCK! APA YANG KAU LAKUKAN, JALANG!?"

Justin mulai meronta. Namun tambang sudah terlanjur mengikatnya kencang membuat Justin tidak bisa melawan. Matanya mulai menatap nyalang ke segala arah. Ia menggertakkan giginya, lantas mengerang.

Shay memutari tubuh Justin, hingga ia berdiri tepat di depannya. Tanpa banyak bicara, Shay meraih resleting seragam di punggungnya, membuka atasan pakaiannya dan membiarkannya menjuntai di pinggang. Menanggalkan korset dan bra berwarna putih yang ia kenakan. Selama ia membuka semua itu, iris matanya menatap Justin dengan senyuman nakal.

"Jangan Tuan pikir aku tidak bisa melakukan apa-apa." Ujar Shay seraya berjongkok. Ia mulai menggerayangi paha Justin yang hanya mengenakan celana bokser.

"Kau mau melakukan itu lagi padaku?" Tukas Justin sengit. "Cih, kau benar-benar murahan!"

Shay sudah tidak peduli lagi mengenai perkataan menyakitkan Justin. Yang terpenting baginya, Justin harus tahu. Bocah itu harus tahu bahwa Shay bukan wanita biasa. Ia bisa membuat Justin bertekuk lutut hanya dengan perlakuannya yang cukup mudah. Ia tidak mau kalah oleh bocah 18 tahun. Ingat itu.

Shay menarik kasar bokser yang dikenakan Justin. Dan munafiknya, lelaki itu hanya meronta ringan sembari mengumpat. Padahal Shay membiarkan kakinya menjuntai bebas tanpa ditali dan Justin tidak menggunakan kesempatan itu untuk menendang Shay. Persis seperti saat itu.

Hari ini, bocah itu memakai celana dalam berwarna abu-abu. Bordiran Calvin Klein tampak terukir jelas di sekitar karet celana dalamnya. Shit, bocah ini cukup selektif dalam memilih dalaman.

Dan tahu apa? Milik Justin sudah menyembul malu-malu di dalam sana.

"Lihat ini." Shay menunjuk milik Justin yang menyembul. "Begitu cepat eh? Bahkan aku belum telanjang, Tuan muda."

Justin tidak menjawab. Ia memalingkan wajahnya yang merah padam, lantas meludah.

Shay menyeringai. Ia mulai menarik celana dalam Justin dengan gerakan erotis yang mampu membuat para pelanggannya di Pigalle meleleh seketika. Hingga milik Justin muncul malu-malu, bulu rimbun mulai terlihat di sekitar miliknya. Milik Justin tampak seperti biasanya, putih dihiasi semburat kemerahan. Hanya bedanya, itu belum benar-benar tegang.

Dengan kepala mendongak sekilas, Shay meludahi milik Justin. Tangannya mulai bergerak lihai memberikan sentuhan birahi di sekitar sana. Telapak tangan Shay naik turun di sekitar milik Justin, sesekali jemari lentiknya meraih dua biji yang terdapat di sekitar sana bergantian. Dan dengan isengnya, Shay menggabungkan terapi foreplay itu dengan tarikan-tarikan kecil di bulu-buku kemaluan Justin. Membuat Justin mendesis seraya tak berhenti mengumpat.

"Kau benar-benar..he--hentikan!" Justin berteriak. Oh, dan Shay tidak peduli. Persetan dengan semua yang akan terjadi, ia tidak keberatan bila dipecat sekali pun.

"Jalang! Hentikan! Kau--memang..sialan!"

Lagi-lagi, umpatan kasar Justin membuat Shay muak sekaligus terangsang. Ada dorongan dalam dirinya untuk membuat Justin semakin liar agar segera mendapatkan ejakulasi. Maka Shay dengan liar mulai menjulurkan lidahnya, ujung lidahnya bermain-main kecil di sekitar kepala kemaluam milik Justin yang merekah.

"Jalang! Jangan!! A--tidak! Jangan lakukan itu, bastard!"

Keringat mulai timbul di area selangkangan Justin, Shay merasakannya. Penolakan Justin kian menipis membuat ia semakin terobsesi membuat Justin bertekuk lutut. Bocah itu kini memejamkan matanya dengan raut memelas. Mulutnya sedikit terbuka dan dengusan sesekali terdengar di sana. Bam! Siapa yang berkuasa sekarang?

Di genggaman tangannya yang gencar memainkan milik Justin yang semakin keras, Shay mulai merasakan kedutan pada milik Justin. Kemaluan itu semakin mengkilap karena ludah Shay yang bercampur dengan cairan bening milik Justin yang keluar. Justin akan mencapai puncak. Dengusan terdengar semakin keras, kaki Justin mulai bergerak-gerak menggelepar. Dan sesekali Justin meronta seraya mendesis.

"Aku--aku.." Justin mengerang. Kedutan di miliknya semakin menjadi. Sedikit sentuhan lagi, sperma akan menyembur keluar.

Dan Shay menghentikan semua aksinya. Berhenti. Benar-benar berhenti. Membuat puncak kenikmatan yang akan Justin raih seakan jatuh. Menyisakan tanggung yang menyiksa.

"WHAT THE FUCK!!!" Erangan Justin terdengar frustasi. Keringat semakin membanjiri sekujur tubuhnya hingga menetes-netes di ujung rambut emasnya yang kini tampak basah. Matanya mulai menyala-nyala dengan sedikit memerah. Justin meronta. Miliknya yang terus menegang tanpa mendapatkan pelepasan membuat Justin gila.

Keadaan Justin menjadi pemandangan indah yang memiliki sensasi tersendiri bagi Shay. Justin memang harus diberi pelajaran seperti ini, menurutnya. Apalagi mengingat Justin adalah putra bangsawan yang pembangkang dan sedikit gila. Shay mulai beranjak dari posisinya lantas melipat kedua tangannya di depan dada seraya tersenyum miring.

"Frustasi, Tuan muda?" Bisik Shay seraya membungkuk. Mendekatkan wajahnya dengan wajah Justin yang memerah dan berkeringat.

"Ini menyakitkan, Jalang! Kau memang kurang ajar!" Gumam Justin tajam. Ia mulai merasakan miliknya yang ngilu dan kepalanya yang mulai pening.

"Kau menyuruhku berhenti sebelumnya."

Mendengar itu, Justin memalingkan wajahnya lantas kembali meludah.

"Dengar." Shay menyentuh pipi Justin yang berkeringat, membelainya. Dan Justin hanya diam. "Katakan padaku, apa yang Tuan inginkan sekarang?"

Deru napas Justin terdengar kasar, geraman terdengar samar. Ia tetap memalingkan wajahnya dan enggan menatap iris coklat milik Shay sedikit pun.

"Aku sudah bilang soal hukuman bukan?" Shay menyeringai. "Jika Monsieur dan Mademoiselle tahu soal ini, Tuan muda akan mati karena malu."

"Tutup mulut sialanmu, Jalang menjijikkan!" Seru Justin gemetar.

"Bagaimana rasanya? Nikmat sekaligus menyakitkan? Rasa sakit Tuan tidak sebanding dengan apa yang dirasakan rekanku. Dengan penuh rasa hormat, aku ingin Tuan menyesali semuanya dan meminta maaf pada rekanku yang sering mendekatimu, Tuan muda."

Justin tertegun. "Gadis..China?"

Shay mengangguk seraya menjilat pipi Justin dengn ujung lidahnya. "Ya, si gadis China. Besok pagi, Tuan temui dia di dapur dan minta maaflah padanya. Itu pun jika Tuan ingin semua penyiksaan ini cepat beakhir."

Lamat-lamat, Justin mengangguk. Wajahnya masih berpaling dari hadapan Shay meski ia tidak menolak kala Shay menjilati pipinya.

Shay tertawa ringan. Ia beranjak sembari membuka branya dengan cepat dan melemparnya ke tempat tidur Justin. Gundukan payudara yang indah membuat Justin diam-diam melirik lewat sudut matanya. Shay membiarkan korsetnya yang terpasang di sekitar pingganya. Lalu ia menyingkap bawahan seragamnya. Berniat untuk lepas stocking yang membalut kaki jenjangnya.

"Apa..yang kau lakukan?" Bisik Justin parau. Kemaluannya masih tegak berdiri dan semakin memerah. Melihat itu, Shay buru-buru melepaskan stocking-nya, kemaluan Justin seakan-akan menantangnya. Sialan.

Shay memakai kembali sepatunya setelah stocking itu terlepas. Takut jika kakinya terkena pecahan kaca yang berserakan di lantai akibat ulah Justin. Setelah itu, ia berjalan pelan menghampiri Justin. Tangannya kembali meraih milik Justin yang tegak berdiri. Merabanya kembali, membuat Justin seketika menegang lantas mendengus.

Shay mendekat, dengan liar ia kembali menjilat setiap inci wajah Justin. Melewati hidungnya, kelopak matanya, sekitar dahinya, hingga menyapu keringat Justin yang menitik. Kini Justin tak mengumpat atau berteriak, ia hanya menggeram dengan munafiknya. Bocah sialan.

Shay terengah sebentar. Ia mulai merasakan miliknya yang basah. Katakan, sudah berapa lama ia tidak bercinta? Tabiat pelacur pasti sudah melekat dalam dirinya, wajar jika Shay basah dalam kurun waktu yang singkat. Benarkan?

Shay mulai berkeringat. Suasana yang sepi hanya menyisakan deru napas yang terdengar dari dirinya dan Justin. Detik jam di dinding bahkan terdengar di telinga Shay membuat wanita itu teringat akan waktu. Waktu yang terus berjalan. Ia harus cepat.

Shay perlahan mengangkat kakinya. Tanpa di duga, ia merangkak naik ke pangkuan Justin. Duduk di atas pahanya hingga milik Justin terasa menyentuh perutnya. Shay memejamkan matanya sekilas. Dan ia bisa merasakan tubuh Justin yang menegang.

"Jalang, sialan! Kau mau apa!?"

"Diam!" Desis Shay tajam. Ia menumpu tangannya di kepala kursi seraya melebarkan selangkangannya. Dan menyibakkan celana dalam yang dikenakannya.

"Jalang! Aku--aku tidak memintamu untuk melakukan ini!"

"Kau ingin menyelesaikannya atau tidak?"

"Putain! Maksudku tidak se--"

Ucapan Justin tenggelam begitu saja ketika Shay langsung merengkuh wajahnya lantas melumat bibir Justin kasar. Ia menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Justin lantas bergerak liar di dalam sana. Lidah Shay menyapu langit-langit mulut Justin. Bibirnya sesekali melumat bibir bagian bawah Justin dan menggigit bagian atasnya. Alih-alih membalas ciuman Shay, Justin hanya membuka mulutnya dengan tubuh yang semakin menegang.

Dan tanpa Justin sadari, Shay memasukannya. Memasukkan milik Justin hingga menyentuh ke dalam inti dirinya. Mereka menyatu, mereka bersatu.

Shay McConnell, Rita, Jessica. Seorang pelacur di Pigalle baru saja merenggut keperjakaan seorang anak Bangsawan Perancis.

"K--kau!?" Pekik Justin tertahan di sela-sela ketegangannya. Ia mulai merasakan miliknya yang terjepit oleh sesuatu yang benar-benar membuat nikmat. Berkedut memijit miliknya.

"Diam dan jangan banyak bicara." Shay sudah mulai lupa akan segalanya. Ia lupa siapa pasangan bercintanya, ia lupa situasi yang tengah ia hadapi. Yang ia ingat adalah dirinya yang mulai melayang merasakan kemaluan yang begitu keras hingga menohok ke dalam rahimnya. Kemaluan yang segar, sudah cukup lama Shay tidak merasakan yang seperti ini.

Shay mulai menggerakan pinggulnya. Naik turun berulang-ulang. Kedua tangannya menumpu di kepala kursi mengelilingi pundak Justin. Dan keadaan Justin sungguh memprihatinkan. Ia terjebak birahi dalam keadaan tubuh yang terikat oleh tambang. Ia mengejang, pikirannya mulai kalut oleh birahi yang tercipta. Justin mulai hilang kendali. Tubuhnya kesulitan untuk menolak akan apa yang terjadi.

"B--bajingan! He..hentikan! Kau--engh..Jalang!"

Shay tidak menggubris. Pikirannya sudah didominasi oleh kenikmatan yang semakin mejalar. Ia semakin gencar menggerakan pinggulnya. Mulai dari ritme lamban, hingga berangsur ke ritme yang paling cepat. Dan berakhir dengan goyangannya yang tidak beraturan. Shay hilang kendali.

"Fuck!!! Hentikan! Ohh--Bastard!! Hentikan sudah hentik--"

"Shut fucking up!"

Shay mendengus, ucapan Justin kembali teredam kala Shay memberikan payudaranya ke wajah lelaki itu. Sementara Justin yang menggeram di sekitar dadanya, Shay terus menggoyangkan pinggulnya hingga ia mulai merasakan efek yang semakin dahsyat mengarungi birahi dan siap untuk berlabuh ke puncak kenikmatan.

Shay melenguh menahan nikmat. Ia merasakan gigi Justin mengigiti sekitar payudaranya. Meski gigitan Justin terbilang kasar, Shay tak peduli. Kenikmatan mengalahkan semuanya.

"Ahh!" Shay memejamkan matanya kuat-kuat.

Shay mulai merasakan milik Justin yang berkedut kencang. Dengan sisa pikiran normal yang tersisa, Shay beranjak cepat dan melepaskan persatuan tubuh mereka. Ia berdiri sekuat tenaga, satu tangannya mulai gencar memainkan milik Justin sementara tangan yang lain mulai beraksi memainkan miliknya sendiri. Shay mahir melakukan itu di tengah posisinya yang sulit. Pelacur ulung.

"K--kau pembantu bajingan!" Pekik Justin tertahan di detik-detik menunju puncak.

Tak lama kemudian, Shay menggigit bibirnya kuat-kuat seraya mengejang dengan tubuh yang meliuk ke arah Justin. Di susul oleh Justin yang tidak bisa menahan pekikkannya. Sperma Justin seketika membasahi telapak tangan Shay. Shay tiba-tiba mengangkat tangannya dengan lemah dan memasukan empat jarinya yang berlumuran sperma ke dalam mulut Justin. Sontak Justin tercengang dan tertegun merasakan spermanya sendiri tanpa bisa menolak.

"Itu, untukmu yang selalu berisik." Gumam Shay terengah.

Setelah itu, Shay berjalan gontai ke tempat tidur Justin. Ia mendudukkan tubuhnya lantas memejamkan matanya, dan seketika bayangan Lili berputar cepat dalam pikirannya. Membuat Shay langsung menegang.

Sekarang, apa yang harus Shay lakukan?

TO BE CONTINUED!

A/N: Seperti biasa, adegan adult dibagi dua. Jadi maaf kalo sedikit. Nanti chap 8-2 bakalan cepet2 di update. Btw, mau nanya nih buat pembaca Slut yang setia.

Kira-kira, gimana reaksi Justin sama Shay kalo mereka ketemu lagi setelah kejadian ini? Jawab yaa, biar gue mood buat update. Hehe. Vomments!

Love, badgal❤

Continue Reading

You'll Also Like

494K 52.4K 110
Book I [Sudah Tamat] Jeon Jungkook dan Kim Taehyung. Dua manusia yang tak bisa di hilangkan dari benakku. Dua nama yang ingin ku miliki, aku ingin me...
498K 37.1K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
472K 5K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
66.8K 3.8K 30
Justin Bieber. Siapakah orang dungu yang tak kenal dengan pria tampan nan macho ini? Bukankah Justin Bieber mempunyai miliaran fans yang tersebar dim...