Chapter 6

13.5K 680 60
                                    

6



Shay beruntung karena malam ini ia tidak mendapat jadwal untuk ikut menjamu keluarga Rousseau saat makan malam berlangsung. Ia mendapat tugas membereskan dapur bersama para koki dan beberapa nanny yang lain. Setidaknya, ia bisa menghindari Lydia sejenak. Dan untungnya, ia terpisah dari Lili.

Sembari menyimpan kuali berukuran sedang di wastafel besar, pikiran Shay kembali berkelana ke peristiwa tadi siang. Dimana Lydia yang menangis, menceritakan semuanya. Citranya bahkan seakan jatuh di hadapan Shay. Meskipun semua itu memiliki alasan.

Shay tidak terlalu ambil pusing mengenai masalah pelik yang dialami Lydia. Ia hanya..kasihan, iba, dan sebagainya. Shay bahkan tak percaya bisa sebijak itu menyikapi kesedihan Lydia. Memberi wanita itu motivasi meski dia sendiri menjalani hidup tanpa motivasi apa-apa selain uang dan bersenang-senang di Pigalle. Oh, Shay sejujurnya ingin segera kembali ke Pigalle. Ia muak berlama-lama menjadi nanny.

Lamunan Shay buyar ketika keributan terdengar bising di sepenjuru dapur saat ini. Ia menyapu pandangan ke sekeliling dan melihat para koki dan nanny tampak panik sembari berlalu-lalang. Shay mengernyit bingung, ia memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Tak mau berurusan lebih jauh. Memikirkan masalahnya sendiri saja, Shay sudah pusing sendiri.

"Antoine! Antoine!"

Kali ini, Shay merasa tertarik ketika teriakan Ambre terdengar menyeruak. Ia menengok dan melihat tubuh gemuk Ambre di ambang pintu, tengah celingukan dengan panik mencari sosok Antoine. Antoine merupakan seorang pria paruh baya yang menjabat sebagai orang kepercayaan Pierre. Aneh, batin Shay. Biasanya orang kepercayaan selalu siap siaga di samping majikannya.

"Antoine di ruangannya. Monsieur baru saja menyuruhnya mengurusi berkas, bukan?" Ucap salah satu nanny yang kini mulai menghampiri Ambre.

"Oh, tolong. Panggil dia! Cepat bantu aku! Mademoiselle tengah mengamuk di meja makan!"

Shay membelalak terkejut. Seketika suasana dapur semakin ribut. Suara perkakas makan yang saling berdenting terdengar nyaring. Para nanny dan koki pun kian panik. Mereka berlalu-lalang semakin cepat. Beberapa nanny bergerak keluar dari dapur sementara koki dan sisa nanny yang lain menetap. Shay yang tidak tahu apa-apa hanya bisa pasrah dan tetap melanjutkan pekerjaannya. Sudah, ia tidak mau terlibat lagi.

Hingga tiba-tiba, Lili muncul dan menariknya keluar dari dapur.

"Apa yang kau lakukan!?" Desis Shay protes ketika Lili mulai membawanya menyusuri lorong remang dengan tergesa-gesa.

"Aku mohon, untuk kali ini jangan banyak bicara." Tukas Lili lugas. Shay bisa melihat sekilas wajah Lili yang pucat.

Mereka pun memasuki ruang makan. Shay lagi-lagi terkejut melihat keadaan ruang makan yang penuh keributan, pekikan, dan kepanikan. Para nanny terlihat berkumpul mengerubungi sesuatu. Hingga Shay masuk ke dalam kerumunan itu, Shay tak bisa menahan diri untuk terlonjak ketika melihat meja makan yang terguling menyedihkan hingga makanan dan minuman yang tersedia tumpah ruah, disertai dengan pecahan mangkuk, piring, dan gelas-gelas yang terpecah belah. Ada apa ini!?

Iris coklat gelap milik Shay menelusuri meja makan yang tampak hancur hingga ia menemukan Lydia yang terduduk dengan posisi meringkuk di ujung meja. Tubuhnya bergetar dan isak tangis terdengar jelas. Dress berwarna violet yang ia kenakan tampak menjuntai tak beraturan, pecahan kaca pun tampak mengotori untaian dress-nya. Lydia tampak..hancur.

Dan Shay yakin, semua ini pasti berhubungan dengan Pierre.

Mata Shay kembali menyapu sekeliling, mencari sosok presdir terhormat itu. Namun Shay sama sekali tidak menemukannya. Alih-alih melihat Pierre, Shay hanya melihat para nanny yang berseru panik tanpa melakukan tindakan.

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now