Chapter 30

9.5K 687 129
                                    

*yang gak vote sebelum baca ntar bisul


30


Pembicaraan Kelvin beberapa jam lalu terus terngiang dan berputaran secara acak ke dalam otaknya. Bukan pembicaraan mengenai alasan Kelvin datang atas perintah ibunya, bukan pembicaraan mengenai foto sialannya saat liburan yang terus tersebar, bukan pembicaraan mengenai kenangan lamanya bersama Kelvin, atau topik menyenangkan lainnya. Justru sebelum membicarakan itu semua, pembicaraan lain sempat membuat Justin terguncang di tempat.

Jessica McConnell seorang pelacur?

Tentu saja bukan. Justin yakin jika Kelvin keliru. Tetapi, jika mengingat segala perangai Jessica selama ini, ia memang terlihat seperti Jalang. Jessica sangat hebat di atas ranjang, ia selalu meminta bayaran jika Justin menginginkannya. Selayaknya seorang Jalang. Tidak. Justin menggeleng dan berusaha mengelak konfrontasi pikirannya sendiri. Dan Jessica pernah mengakui--secara tidak langsung--bahwa ia peminum yang hebat. Banyak fakta lain yang mengarah pada pengakuan bedebah Kelvin yang tidak dapat dipercaya.

Semua asumsi bermunculan, saling beradu, membuat kepala Justin terasa pening dan gila. Justin bersandar di kepala ranjang dengan hati gelisah dan pikiran yang berat. Kini, ia tengah memancing kedatangan Shay kemari untuk membawa makan malamnya. Justin sengaja tidak turun untuk makan malam bersama kedua orangtuanya yang kini--mungkin--sedang sibuk membicarakan pengalihan isu untuk pemberitaan Justin yang batal dilakukan. Justin juga sengaja mengurung diri di kamar setelah Kelvin pulang. Ia butuh pemikiran yang jernih untuk menyikapi masalah apapun yang berhubungan dengan Shay. Apapun.

Tanpa diketuk, derit pintu terdengar. Tanpa perlu memastikannya, Justin sudah tahu siapa yang datang. Dia pun hanya terdiam dengan kepala tertunduk ke arah buku di atas pangkuannya. Tanpa bergeming. Membuat Shay yang baru melihat Justin setelah seharian saling berjauhan dilanda rasa heran. Shay mendengus, lantas melenggang santai untuk menghampiri Justin.

"Hey, ini makanan--"

"Letakkan saja,"

Shay cukup terkejut mendengar respon Justin yang sungguh berbeda dari biasanya. Dada Shay kembali bergolak tidak enak saat Justin menunjuk nakas dengan dagunya lantas bertekur kembali dengan buku di tangannya tanpa bersuara. Hey, ada apa dengan bocah itu?? Ini cukup mengejutkan mengingat mereka yang baru saja kembali dari liburan romantis bersama di Palawan. Apa kedatangan Selena Gomez membawa pengaruh yang begitu besar padanya? Tidak. Ini tidak bisa diterima, batin Shay berucap sarkastik.

"Jadi..." seraya meletakkan hidangan makan malam Justin di atas nakas, Shay melirik lelaki itu yang masih saja bertekur dengan bukunya. "...kedatangan Selena Gomez membawa pengaruh besar bagimu?"

Hening.

"Ooh..." Shay tersenyum kecut seraya mengibas pelan tangannya dengan gerakan hiperbolis. "Bahkan kau enggan berbicara denganku karena artis sialan itu??"

Tidak ada jawaban.

Shay terkejut bukan main. "Justin! Apa yang terjadi padamu!?" jeda satu detik, golakan aneh dalam benaknya semakin terasa menyakitkan. "Oh, kau sudah tidak mencintaiku lagi dan lebih memilih artis bedebah itu!? Begitu!?--Justin, lihat aku!"

Justin menutup bukunya dengan keras, hingga menghasilkan bunyi debuman kecil yang menggaung di tengah keheningan. Bukan buku, lebih tepatnya Injil yang tengah dibacanya. Lantas ia menoleh ke arah Shay dengan rahang yang mengeras. "Apa?"

"Kau--" Shay menggeleng tak percaya. Golakan aneh di dalam dadanya kini terasa meledak. Menghancurkan dinding kokoh yang terbangun di dalam benaknya hingga melemahkannya. Membuat Shay merasa ingin menangis. "Apa yang terjadi padamu!?"

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now