Chapter 9

14.9K 656 30
                                    

9

Malam pun tiba. Shay beserta para nanny sudah berjajar rapi memutari meja makan yang sudah disediai banyak hidangan makan malam yang lezat nan menggugah selera. Lampu kristal berukuran besar yang menggantung di tengah-tengah tampak megah menerangi hidangan tersebut. Dan semua hidangan dan jamuan itu dipersembahkan untuk keluarga Rousseau. Seperti biasanya.

Lydia dan Pierre muncul memasuki ruang makan. Para nanny termasuk Shay langsung membentuk sikap sigap dengan menegakkan tubuh lebih tegap disertai tangan yang mengepal di sisi tubuh. Dan tak lama, Justin muncul di belakang. Lelaki itu kini berpenampilan rapi dengan kemeja dan dasi kupu-kupu yang masih melekat di tubuhnya. Aneh, Justin tidak biasanya berpakaian rapi hingga malam.

Lelaki itu berjalan cepat sampai-sampai mendahului Lydia dan Pierre yang berjalan khidmat beriringan. Oh, hubungan Pierre dan Lydia sudah kembali baik seperti dulu, dan Shay bisa melihat dengan jelas kebahagiaan Lydia yang akhir-akhir ini sering tersenyum. Itu membuat Shay ikut merasa senang. Setidaknya, kesedihan mendalam yang dialami Lydia bisa sedikit terobati.

Shay tersenyum memandangi pasangan bangsawan itu. Matanya berbinar melihat wajah Lydia yang cantik dan tampak berseri-seri. Hatinya kembali menghangat melihat itu semua. Semenjak kejadian itu, Shay masih merasakan empati yang besar pada Lydia. Entah mengapa.

Ketika Lydia dan Pierre sudah duduk di meja makam, Shay menyapu pandangan ke sekeliling. Seperti biasanya, ia selalu menilik-nilik hidangan yang tersedia, lalu tatanan posisi makanan yang diatur dengan rapi oleh Ambre. Sungguh, Ambre sangat pandai dalam menata segala hal. Tak heran jika nenek mafia itu bisa menjadi kepala pembantu di keluarga kaya ini.

"Nona Connell."

Shay berjengit. Ia menengok ke kanan dan ke kiri sekilas dan melihat para nanny yang kini memandangnya bingung. Shay pun memutar pandangannya ke asal suara yang memanggilnya. Dan betapa terkejutnya Shay melihat iris mata hazel milik bocah gila yang baru saja melamarnya tadi siang!

Dia, Justin Allard Rousseau.

Suara Justin yang lantang berhasil memecah keheningan yang sekarang dilingkupi ketegangan akibat ulahnya. Shay meneguk ludah menahan canggung disertai pikiran-pikiran aneh yang mulai berkeliaran di otaknya. Kedua mata Shay sempat melihat Lydia yang kini memandangnya lembut, sontak ia jadi merasa bersalah. Bersalah jika mengingat soal Shay yang merebut keperjakaan anak Lydia. Majikannya sendiri.

"Tuan muda." Balas Shay kikuk seraya membungkuk hormat. Siap untuk diberi perintah--meski sebenarnya ia muak.

"Kemari." Tukas Justin singkat dengan jari telunjuk yang bergerak-gerak. Mengisyaratkan Shay untuk menghampirinya.

Dengan enggan, Shay menurut. Ia berjalan malu-malu memutari meja hingga ia berdiri tepat di samping Justin yang tengah duduk. Lelaki itu menyambutnya dengan tatapan mata yang mengintimidasi. Membuat Shay merasa terganggu dan gugup setengah mati. Ini sangat memalukan, Shay dibuat gugup oleh bocah 18 tahun. Catat itu.

Lama Justin mendongak sembari memandang Shay lebih dalam. Adegan di meja makan ini seakan menjadi tontonan para nanny yang begitu memperhatikan mereka, bahkan Lydia dan Pierre ikut mengarahkan matanya pada Justin dan Shay. Tatapan-tatapan itu yang diiringi keheningan membuat Shay ingin pingsan dan lenyap di muka bumi sekarang juga.

"Tuangkan Sampanye itu untukku."

Justin kembali menambah ketegangan. Suaranya yang memeliki aura dingin membuat Shay merinding. Sialan. Lelaki itu menunjuk botol Sampanye di samping makanannya dengan dagu. Dan setelah itu, ia melanjutkan makannya dengan santai. Sontak Shay terkejut. Lebih tepatnya, ia terkejut dalam diam. Ia terlalu tegang untuk berpikir dan mencerna ucapan Justin karena semua pasang mata yang semakin memperhatikannya. Oh, apa bocah itu sengaja mengerjainya!? Sengaja membuat Shay menjadi pusat perhatian seperti ini!?

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now