Chapter 12°1

8.5K 416 26
                                    

12-1



Namun, sial. Aku ketahuan."

Untuk sesaat, Shay menegang. Ada sesuatu yang sulit Shay jelaskan saat mendengar fakta yang terkuak satu persatu. Shay tidak menyangka keluarga Rousseau yang notabene adalah keluarga terpandang, terkenal dan kaya raya, bisa mengalami hal setabu itu. Shay akui keluarga Rousseau benar-benar cerdas menyembunyikan semuanya dari publik. Dan sejujurnya, Shay enggan untuk tahu. Skandal keluarga Rousseau terlalu berat untuk Shay pikirkan. Lagi pula, semua itu bukan wilayahnya. Ia hanya seorang jalang yang tengah bersembunyi.

Namun, takdir seakan memaksanya untuk tahu.

"Jess?"

Shay tersentak mendengar Justin begumam hingga gumaman itu mengalirkan getaran kecil di sekitar dadanya. Shay berdeham saat menjawabnya, meski sempat heran ketika Justin menyebut nama depan samarannya itu.

Tiba-tiba, Justin menggeliat kecil. Shay otomatis melepas dekapannya, namun satu tangan Justin bergerak untuk mencegah pergerakan Shay. Sontak Shay mengernyit seraya mengurungkan niatnya untuk beralih posisi. Dan Justin mendongak.

"Manipulasi aku, sayang."

Shay menaikkan satu alisnya, bingung. Ia menunduk menatap iris hazel Justin yang tampak bening nan memerah. Bekas air mata mengering di sekitar matanya. Wajahnya masih tampak lembab, dan dua bilah pipinya tampak merona. Justin selalu tampak..manis. Ironi sekali jika mengingat kisah hidupnya yang penuh tragedi. Apa Shay boleh bilang, jika Justin terlahir di keluarga yang salah? Karena jika Justin lahir di keluarga yang lebih baik, mungkin..dia akan bahagia.

"Apa maksudmu?" lirih Shay tak mengerti. Secara naluriah, jemari Shay bergerak untuk menghapus jejak air mata di wajah Justin. Sepertinya, Shay seorang jalang yang masih memiliki nurani dan..cinta?

"Aku.." Justin mengerjap. "Oh, ayolah. Jangan bodoh."

"Aku memang tidak mengerti! Manipulasi? Manipulasi apa yang kau maksud? Jangan bertele-tele, Justin." gerutu Shay tak terima. Ia mulai kesal pada bocah yang tentunya masih menyebalkan itu.

"Manipulasi..aku."

"Bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?"

"Kau benar-benar tak mengerti?" Justin kembali mendongak. Mata hazel itu tampak berbinar, seperti meminta sesuatu yang sangat ia harapkan.

"Demi Tuhan! Aku tidak mengerti." balas Shay bersikeras.

"Aku.." Justin memberi jeda. Tampak ragu. "Lakukan itu lagi."

Shay menghela napas panjang. Kesal. Kebiasaan Justin yang gemar berteka-teki membuat Shay jengah. Ia sungguh tidak mengerti. Melakukan apa? Pikirnya. Banyak yang sudah Shay lakukan pada Justin. Menciumnya, memarahinya, mengabaikannya, mengikat tubuhnya, menyetubuhinya..

Shay cukup sadis bukan?

"Ya. Lakukan itu lagi. Buat aku melayang, buat aku melupakan masalahku dan berpikir.." Justin kembali mendongak. "..bahwa seks itu menyenangkan. Itu pelampiasan yang bagus, bukan?"

Justin menatap kedalaman iris mata Shay semakin peka. Mencari sesuatu yang mungkin bisa terbaca di dalam sana. Namun Justin tidak menemukannya. Raut wajah Shay terlampau datar, tidak menampakkan emosi atau terlihat menyembunyikannya barang sedikit pun. Entah apa yang Justin pikirkan saat memikirkan ide itu, yang ia butuhkan hanyalah pelepasan. Pelepasan kemarahannya, pelepasan kesedihannya, pelepasan kekecewaannya. Dan semua itu bisa didapatkan dengan..termanipulasi. Ia ingin mendapat pelepasan yang baik.

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now