Chapter 20

17.8K 635 58
                                    

20

Shay melirik kamera pengintai yang terpasang di sudut ruangan kamar Justin. Kamera kecil itu tampak hancur dan pecahan lensanya kini berserakan di lantai. Beberapa menit lalu Justin baru menghancurkannya dengan tongkat bisbol. Shay menghela napasnya lantas menegak segelas Le Montrachet dengan santai.

"Mon cher, ma chère salope, Oh
Regardez-moi! Vue!(Sayangku, Jalangku tercinta, Oh lihat aku! Lihat!)"

Shay mendesah, diliriknya Justin yang tengah berdiri di depannya, lelaki itu tampak kacau dengan rambutnya yang berantakan dan wajahnya yang memerah. Terdengar suara cegukkan beberapa kali dari mulutnya, lalu setelah cegukkan, ia akan terkikik pendek dan menjulingkan matanya seperti orang sinting.

Justin Allard Rousseau tengah mabuk, dan dia telanjang.

Ya, setelah Shay masuk ke dalam kamar sambil membawa sebotol penuh anggur Le Montrachet DRC tahun 1978, Justin langsung berhamburan memeluknya lantas menegak anggur yang dibawakan Shay hingga nyaris habis. Shay hanya kebagian sebanyak satu gelas yang baru saja ia minum barusan. Justin tidak mau menjelaskan ke mana ia pergi, dan dia juga menyembunyikan ransel usang kesayangannya yang Shay curigai berisi sesuatu. Sampai akhirnya, kini Justin nekat melucuti pakaiannya sendiri dan dengan bangga memamerkan sebungkus pengaman yang entah ia dapat dari mana. Justin mabuk, benar-benar mabuk. Wajahnya memerah padam dan..miliknya tampak begitu keras.

"Ya, aku melihatnya, Justin." balas Shay datar. Oh, dia tidak tahu harus berbuat apa. Justin benar-benar nekat melakukan ini bahkan Shay sudah menerima amplop berisi tumpukan uang dari bocah itu.

Justin mencebikkan bibirnya, alisnya saling bertaut. "Ayo! Kita lakukan sekarang--lihat! Aku sudah memilikinya!" tangan Justin kembali terangkat memamerkan pengaman yang dimilikinya. "Ayolah, Jess! Jangan membuatku gila,"

"Apa kau bisa menggunakannya?" Shay menaikkan satu alisnya, lantas kembali menegak anggurnya.

"Kau mau bermain-main denganku?" Justin memicingkan matanya sambil memainkan miliknya yang kian mengeras selama beberapa detik.

"Tidak, aku hanya ingin menontonmu saat melakukannya." Shay mengerling. "Melihat bocah belajar memakai kondom sepertinya akan terlihat manis."

Justin tertawa, terbahak-bahak. Ia membungkuk sambil memegangi perutnya lantas tawanya terhenti ketika ia kembali cegukkan. Justin mengerjapkan matanya yang sayu lantas mengusap sekilas rambut cokelatnya. Tubuhnya yang putih bersih membuat Justin tampak seperti bayi besar, Shay bahkan sempat tergelak saat melihatnya telanjang bulat.

"Kau tahu aku tidak bisa melakukannya, Oh, aku tak tahan lagi!" gumam Justin melantur lantas kembali memainkan miliknya.

"Kau akan belajar. Cepat lakukan atau aku tak akan memberimu di bawah sini," Shay menunjuk ke dalam rok seragamnya, Justin mendengus.

"Bajingan!" gumamnya. Dengan terpaksa Justin membuka bungkusan pengaman miliknya lantas mengeluarkan pengaman tersebut. Justin mengernyitkan hidungnya lantas kembali bergumam. "Ini seperti kulit cicak, kau pernah memegang cicak?"

Geez, Shay memutar matanya jengah. Beginikah perangai bocah jika sedang mabuk? Justin tampak bodoh dan menyebalkan. Juga konyol. "Pakai saja dan jangan banyak bicara,"

Justin memandang monoton pengaman di tangannya. Ia kembali terkikik lantas dengan perlahan ia mendekatkan pengaman itu ke miliknya yang untungnya sudah dalam keadaan ereksi penuh. Justin melebarkan pengaman itu dan membuka cincin karetnya. Ia mendengus ketika miliknya mulai ia masukan ke dalam karet pengaman. "Ini terasa aneh,"

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now