Chapter 19

13.3K 922 62
                                    

ATTENTION: HARAP VOTE DULU SEBELUM BACA! YANG GAK VOTE GUE SUMPAHIN GAK BISA KENCING! (Iya mungkin ini kejam bgt. Tapi coba deh apa yang kalian rasain pas udah ngetik chapter ini panjang-panjang, tauknya hp malah mati terus ketikan chapter ini gak sempet kesave jadi harus ngulang lagi. Terus apa yang kian rasain kalo vote yang udah ditargetin bisa sampe 1k sebelum chap ini dipost ternyata gak bisa nyampe. Silent readers makin mewabah sementara para pembaca setia udah ngotot pengen dipost hari ini. Rasanya..nyesek, nyelekit, ngilu tau gak. Jadi dimohon apresiasinya. Sumpah gue suka jadi mujarab loh, serius. Xx)

19

Shay menutup pintu kamarnya dengan cepat lantas menguncinya. Deruan napas terdengar keras keluar dari mulutnya. Ia lantas berderap cepat ke atas tempat tidur seraya membuka sweater yang ia kenakan. Shay melempar sweaternya dengan sembarang lantas menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Jengah. Shay benar-benar merasa jengah karena tak kuat melakukan banyak pekerjaan menggunakan sweater yang membuat sekujur tubuhnya dibanjiri keringat. Maka dari itu, Shay memutuskan untuk meminta ijin kepada Ambre. Setelah sebelumnya ia melakukan aksi sandiwaranya dan berpura-pura merasa pusing. Apalagi, setelah kejadian Justin yang tiba-tiba berlagak aneh dan mengurung diri seharian di dalam kamar setelah Torey mengantarkan minuman kesukaannya. Itu membuat Shay merasa kesal. Ingat? Torey yang mengantarkan minunannya. Dan bukannya Shay.

Shay memejamkan matanya. Berniat untuk tertidur dan mengusir segala pikiran sialannya mengenai Justin si bocah menyebalkan. Ambre hanya memberinya waktu selama dua jam untuk beristirahat dan Shay tidak mau menyia-nyiakan kesempatan hanya untuk memikirkan anak majikannya yang pernah ia setubuhi itu. Oh, itu terdengar sangat tolol. Shay mendengus lantas kembali berusaha untuk masuk ke alam mimpi.

"Ma belle? (Pacarku yang cantik?)"

Seketika Shay berjengit lantas membuka kedua matanya. Ia segera memusatkan pandangan pada sosok jangkung yang kini berdiri di sisi tempat tidurnya. Bertelanjang dada, dan masih mengenakan bokser berwarna abu-abu pucat. Iris mata cokelat milik Shay perlahan bergerak menelusuri sosok tubuh itu hingga sampai tepat di wajahnya. Shay tidak salah lihat. Ada Justin di dekat tempat tidurnya. Sedang berdiri sembari melipat kedua tangannya di depan dada seraya memandang Shay dengan cengiran.

"Apa yang kau lakukan di sini!?" desis Shay seraya melirik pintu kamar mandi yang terbuka. Hebat, Justin kini sudah berani menyelinap ke kamarnya.

"Menemui pacarku, tentu saja." tukas Justin ringan. Ia mulai beranjak lantas merangkak naik ke tempat tidur Shay.

"Mau apa kau!?" gertak Shay. "Sana! Kau harusnya kembali ke kamarmu. Torey sudah memberimu minuman, bukan? Nikmatilah dan selamat bersantai."

Setelah puas menyindir Justin dengan tajam, Shay mengubah posisi tidurnya dengan membelakangi Justin. Ia kembali memejamkan matanya dan berusaha tak memedulikan kehadiran bocah itu. Meski pikirannya mulai kembali melayang ke kejadian tadi pagi, dimana Justin terlihat aneh dan menyebalkan. Dan..oh, Shay tersentak. Kenapa ia harus berkata seperti itu pada Justin tadi? Sial. Ia terlihat seperti..cemburu? Tidak. Sama sekali tidak.

Terdengar kekehan kecil di belakang sana. Dan Shay tidak bisa menahan diri untuk membuka mata lantas mendengus ketika ia merasakan sebuah tangan yang kini melingkari pinggulnya. Tangan itu mendekapnya, begitu erat. Hingga punggung Shay terasa menyentuh dada yang cukup bidang.

"Kau cemburu? Astaga, hari ini penuh kejutan." guman Justin seraya membenamkan wajahnya di sekitar tengkuk Shay. Ia menghirup aroma tubuh Shay dalam-dalam yang terasa memabukkan. Dengan itu saja, Justin sudah merasakan miliknya mulai mengeras.

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now