Chapter 1

12.9K 581 14
                                    







Cerita ini termasuk ke dalam konten dewasa. Mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang mengandung unsur buruk dalam cerita ini. Saya sarankan para pembaca sudah berumur 17+ untuk membaca cerita ini. Terimakasih.







Folie's Pigalle

Merupakan tempat prostitusi ternama seantero Paris, Perancis. Dan cukup terkenal di kancah dunia. Tempat yang berdiri ditahun 2004, memiliki saham yang cukup besar hingga dapat terus beroperasi sampai saat ini. Tempat yang dikenal menjual berbagai macam alat yang berhubungan dengan seks, tempat legal para pemaksiat. Yang menyediakan 89 pelacur siap melayani hingga ratusan pelanggan setiap hari. Dan tujuan utama didirikannya tempat semacam ini adalah: agar para pelacur tidak berkeliaran di tempat yang tidak seharusnya.

Folie's Pigalle memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan tempat-tempat prostitusi lain. Di tempat ini tersedia panggung teater besar yang mementaskan adegan bercinta dengan berbagai macam konsep setiap hari. Dan tempat ini juga memiliki hotel sendiri. Sehingga para pelanggan tidak perlu susah payah mencari hotel di luar kawasan Pigalle. Selain di suguhkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan seks dan seks, para pelanggan bisa menikmati fasilitas lain seperti mesin pinball, biliar, bar besar dan juga jukebox.

Dan siapapun yang menginjakkan kaki di tempat ini, akan sulit untuk tidak kembali.



Rita alias Shay McConnell merupakan salah satu dari 89 pelacur di Pigalle. Ia sudah bekerja selama dua tahun. Kehidupan yang keras menjadi alasan utamanya menghabiskan sisa hidup di Paris, bersama ibunya. Dan tepat dua tahun yang lalu, ibunya meninggal dunia. Membuatnya hidup sebatang kara di hiruk pikuk kota metropolitan ini. Membuatnya semakin jatuh pada hidup dan pilihan yang sulit. Meninggalkan Shay dengan tanda besar yang membekas dalam batinnya. Yakni, mental yang kuat.

Dua tahun merupakan masa dimana seorang pelacur di Pigalle tengah menikmati masa tenangnya. Masa dimana ia mulai menerima pekerjaan tabu-nya, masa dimana perekonomian sang pelacur mulai menaik secara siginfikan. Masa yang sedang begitu stabil, lurus, dan maksimal.

Dan kini Shay tengah merasakan itu. Sangat merasakannya. Bekerja semudah ini rasanya begitu nikmat, hanya melayani dan ikut merasakan sensasi liar di atas ranjang lantas mendapat uang banyak setelahnya. Sekarang pun ia tengah mendesah pelan dan sesekali meliukkan tubuhnya merasakan nikmat birahi yang mulai meletup-letup dalam desiran darahnya. Merasakan kecupan-kecupan hangat di sekitar dadanya serta remasan-remasan lembut di kedua payudaranya. Sesekali matanya mengerjap, hanya takjub memandang pelanggan pertamanya seorang pria asal Brazil yang begitu tampan. Mereka tengah bercumbu ria di kursi penonton. Panggung teater yang menampilkan adegan panas antara gadis oriental dengan dua pria negro yang tengah bersetubuh seakan tak berpengaruh apapun akan pergumulannya kali ini. Shay selalu merasa kalap jika melayani pria tampan yang berduit.

Pria itu semakin liar menjelajahi tubuh Shay yang masih terbalut mini dress seksi berwarna biru. Seakan gemas dan ingin segera membukanya. Kecupan di bibir penuhnya berangsur naik hingga menjilati leher dan sampai di sekitar rahang Shay. Shay semakin menggila dan hanya bisa meremas rambut coklat pria itu dan sesekali mendesis. Desisan yang semakin mengeras, segera tersendat oleh ciuman panas yang kini begitu membara diantara mereka. Melumat, menjilat, bahkan menggigit penuh nafsu. Dan entah mengapa Shay begitu terlena oleh pelanggannya kali ini. Ia berharap banyak bisa melakukannya lebih dari satu ronde dengan sang pelanggan nanti. Dan mendapatkan bayaran dua kali lipat setelahnya. Sungguh kehidupan yang sangat indah.

Tiba-tiba segenggam tangan mencengkram keras lengannya. Sontak Shay dengan tak rela membuka matanya yang tengah terkatup rapat meraih kenikmatan, terkejut karena kini tangan itu terasa menariknya. Bibir Shay yang masih menyatu padu dengan pelanggannya, spontan terlepas dan menghasilkan suara cup yang begitu keras. Shay merasakan tubuhnya terangkat perlahan dari kursi. Sang pelanggan yang sedang menikmati masa-masa foreplay-nya, ikut terkejut seraya membelalakkan mata gelapnya lebar-lebar dan mengerjap beberapa kali. Dengan nanar ia melihat Shay yang diangkat oleh dua orang pria tegap berotot berbadan besar yang tengah membawa wanita itu ke pintu keluar. Meninggalkannya dalam keadaan tanggung. Sungguh ironi.

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now