Chapter 18

12.7K 570 44
                                    

18


        "Kau benar-benar tidak mau melakukannya? Apa aku tidak cukup memuaskanmu, Jess?––Aku akan membeli pengaman sebanyak mungkin! Tapi tidak sekarang. Aku mohon beri aku sekarang dan aku akan membeli pengamannya besok. Aku berjanji!"

        Iris cokelat madu yang indah itu terus menatap sosok di hadapannya dengan penuh sirat permohonan. Sedetik kemudian Justin merengut kesal ketika wanita yang benar-benar ia cintai sama sekali tidak menghiraukannya. Benar-benar gila, sekarang Justin merasa sekarat ketika Shay benar-benar tidak mau memberi apa yang ia inginkan hanya karena masalah kecil; tidak ada pengaman.

        "Sayang!" gerutu Justin sembari mengerucutkan bibirnya ketika Shay hanya meliriknya sekilas lantas kembali terpekur menghadap cermin.

        "Jika kau benar-benar menginginkannya.." Shay mengerling pada pantulan dirinya sendiri di dep cermin sembari melepas bandana yang hinggap di kepalanya. "..kenapa kau tidak mencari pengamannya? Aku yakin ayahmu menyimpan banyak cadangan pengaman di laci nakas kamarnya."

        Justin mendecak. Lantas beringsut mendekati Shay dan memeluknya dari belakang. Justin tidak merasa tersinggung sedikit pun ketika Shay membahas keburukan ayahnya. Rasa cinta yang teramat dalam mungkin membuatnya sedikit tidak waras. "Aku tidak sudi menyentuh barangnya."

        "Well, semua terserah padamu. Tapi aku tetap tidak akan memberinya sebelum kau punya pengaman."

        Justin bergumam tidak jelas. Kepalanya mulai bergerak dan ia membenamkan wajahnya di sekitar pundak Shay. "Kau takut jika hamil, hm? Aku akan bertanggung jawab."

        Seketika Shay tersentak mendengar itu. Ia membelalakkan matanya lantas memukul punggung tangan Justin yang melingkari pinggulnya. Yang membuat Justin langsung meringis dan kembali bergumam tidak jelas.

         "Yang benar saja!" tukas Shay tajam.

        Justin mengerang kecil sembari mengernyitkan hidungnya. Ekspresinya semakin terlihat lucu ketika ia kembali menggerutu dan menggumam tidak jelas. Shay sempat merasa gemas saat melihatnya. Hah, bocah itu. Rasanya Shay selalu merasakan perasaan janggal yang seharusnya tidak ia rasakan; rasa nyaman.

        "Baik, hanya bercumbu, bagaimana? Aku tidak akan lepas kendali." gumam Justin.

        "Tidak." tukas Shay cepat.

        Justin mendecak. "Kalau cium?"

        Shay terkekeh ketika Justin mendekatkan wajahnya dari samping. Iris mata karamel yang indah itu semakin memancarkan sirat permohonan yang kentara. Bulu mata lentik yang terdapat di kelopak mata Justin nyaris saling menyatu karena ia mulai menyipitkan matanya perlahan-lahan. Bocah itu mulai memamerkan raut menggemaskan andalannya. Raut yang tidak pernah Justin perlihatkan pada semua orang. Kecuali pada mendiang Skandar dan..ibunya. Itu pun ketika ia masih baik-baik saja.

        Dan Justin kembali memunculkan raut itu, hanya untuk Shay.

        Untuk beberapa saat, Shay tertegun saat menatap wajah Justin yang sedemikian manis dan tampan. Bocah itu..memang tampan. Shay mendecak pelan lantas menghela napasnya. Perlahan, satu tangannya bergerak untuk menangkup bilah pipi Justin.

        "Well, kenapa tidak? Tapi kau harus berjanji, kau tidak akan mengigit bibirku dan tetap rileks."

        Tanpa basa-basi Shay menggerakkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Justin. Kedua tangannya bergerak untuk meraup kedua bilah pipi Justin hingga akhirnya Shay mulai menyatukan bibirnya dengan bibir tipis yang ranum milik bocah itu. Seketika Justin menyambut bibir sensual Shay dengan lumatan yang menggairahkan. Shay sempat tergelak di sela ciumannya ketika Justin semakin handal menjalankan aksi pagutannya. Lidah mereka mulai saling bermain satu sama lain, memagut begitu hangat. Ketika Justin memainkannya dengang sirat hawa nafsu, Shay beralih menenangkannya. Ia melumat dengan gerakan yang benar-benar lembut sembari mengelus pipi Justin perlahan. Membuat tubuh Justin seketika gemetar dan semakin merapat ke arah Shay.

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now