Chapter 8°1

17.3K 622 17
                                    

8-1


"A-FUCK! APA YANG KAU LAKUKAN, JALANG!?"

Justin mulai meronta. Namun tambang sudah terlanjur mengikatnya kencang membuat Justin tidak bisa melawan. Matanya mulai menatap nyalang ke segala arah. Ia menggertakkan giginya, lantas mengerang.

Shay memutari tubuh Justin, hingga ia berdiri tepat di depannya. Tanpa banyak bicara, Shay meraih resleting seragam di punggungnya, membuka atasan pakaiannya dan membiarkannya menjuntai di pinggang. Menanggalkan korset dan bra berwarna putih yang ia kenakan. Selama ia membuka semua itu, iris matanya menatap Justin dengan senyuman nakal.

"Jangan Tuan pikir aku tidak bisa melakukan apa-apa." Ujar Shay seraya berjongkok. Ia mulai menggerayangi paha Justin yang hanya mengenakan celana bokser.

"Kau mau melakukan itu lagi padaku?" Tukas Justin sengit. "Cih, kau benar-benar murahan!"

Shay sudah tidak peduli lagi mengenai perkataan menyakitkan Justin. Yang terpenting baginya, Justin harus tahu. Bocah itu harus tahu bahwa Shay bukan wanita biasa. Ia bisa membuat Justin bertekuk lutut hanya dengan perlakuannya yang cukup mudah. Ia tidak mau kalah oleh bocah 18 tahun. Ingat itu.

Shay menarik kasar bokser yang dikenakan Justin. Dan munafiknya, lelaki itu hanya meronta ringan sembari mengumpat. Padahal Shay membiarkan kakinya menjuntai bebas tanpa ditali dan Justin tidak menggunakan kesempatan itu untuk menendang Shay. Persis seperti saat itu.

Hari ini, bocah itu memakai celana dalam berwarna abu-abu. Bordiran Calvin Klein tampak terukir jelas di sekitar karet celana dalamnya. Shit, bocah ini cukup selektif dalam memilih dalaman.

Dan tahu apa? Milik Justin sudah menyembul malu-malu di dalam sana.

"Lihat ini." Shay menunjuk milik Justin yang menyembul. "Begitu cepat eh? Bahkan aku belum telanjang, Tuan muda."

Justin tidak menjawab. Ia memalingkan wajahnya yang merah padam, lantas meludah.

Shay menyeringai. Ia mulai menarik celana dalam Justin dengan gerakan erotis yang mampu membuat para pelanggannya di Pigalle meleleh seketika. Hingga milik Justin muncul malu-malu, bulu rimbun mulai terlihat di sekitar miliknya. Milik Justin tampak seperti biasanya, putih dihiasi semburat kemerahan. Hanya bedanya, itu belum benar-benar tegang.

Dengan kepala mendongak sekilas, Shay meludahi milik Justin. Tangannya mulai bergerak lihai memberikan sentuhan birahi di sekitar sana. Telapak tangan Shay naik turun di sekitar milik Justin, sesekali jemari lentiknya meraih dua biji yang terdapat di sekitar sana bergantian. Dan dengan isengnya, Shay menggabungkan terapi foreplay itu dengan tarikan-tarikan kecil di bulu-buku kemaluan Justin. Membuat Justin mendesis seraya tak berhenti mengumpat.

"Kau benar-benar..he--hentikan!" Justin berteriak. Oh, dan Shay tidak peduli. Persetan dengan semua yang akan terjadi, ia tidak keberatan bila dipecat sekali pun.

"Jalang! Hentikan! Kau--memang..sialan!"

Lagi-lagi, umpatan kasar Justin membuat Shay muak sekaligus terangsang. Ada dorongan dalam dirinya untuk membuat Justin semakin liar agar segera mendapatkan ejakulasi. Maka Shay dengan liar mulai menjulurkan lidahnya, ujung lidahnya bermain-main kecil di sekitar kepala kemaluam milik Justin yang merekah.

"Jalang! Jangan!! A--tidak! Jangan lakukan itu, bastard!"

Keringat mulai timbul di area selangkangan Justin, Shay merasakannya. Penolakan Justin kian menipis membuat ia semakin terobsesi membuat Justin bertekuk lutut. Bocah itu kini memejamkan matanya dengan raut memelas. Mulutnya sedikit terbuka dan dengusan sesekali terdengar di sana. Bam! Siapa yang berkuasa sekarang?

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now