Chapter 14

14.1K 602 55
                                    

14


"Lusa nanti, keluarga Rousseau akan mengadakan pesta perayaan atas pembangunan cabang hotel baru di Chicago." Ambre memicingkan matanya. "Kita akan memiliki banyak pekerjaan."

Wanita bertubuh gempal itu berjalan khidmat memutari barisan para nanny yang kini berdiri tegap menunggu interupsinya. Iris matanya menyorot pada seluruh bawahannya dengan pandangan mengawasi, kentara dengan ketegasan yang kuat. Mereka, para bawahannya, berbaris di sekitar dapur yang luas, termasuk para koki yang ikut berbaris bersama para nanny.

"Hari ini, kita akan membersihkan aula dan membantu petugas untuk mendekorasi. Lalu besok, kita akan mulai sibuk untuk berbenah dan menyiapkan hidangan dibantu beberapa koki baru yang direkrut dari restoran terbaik. Dan jangan ada yang lalai pada tugas karena Nyonya besar menginginkan yang terbaik."

Ambre sedikit mengangkat dagunya seraya menaikkan satu alis. Lantas melanjutkan. "Kalian mengerti?"

Para nanny dan koki menjawab 'mengerti' dengan serempak. Setelah itu Ambre menyuruh para nanny untuk kembali melanjutkan pekerjaan hingga barisan itu dibubarkan. Beberapa dari mereka menetap sementara sebagian lagi mulai menyebar keluar dari dalam dapur. Termasuk Shay yang kini berjalan beriringan bersama Hillda dan Torey. Mereka menelusuri lorong yang akan membawa mereka ke ruangan tengah. Bukan tanpa alasan mereka pergi ke ruang tengah, mereka memang ditugaskan untuk membersihkan ruangan besar itu.

"Aneh." gumam Torey ketika tengah berjalan. Shay dan Hillda sontak menoleh.

"Setahuku, pembangunan hotel di Chicago baru dimulai. Kenapa mereka mengadakan pesta lebih awal?" tanya Torey penuh sirat curiga.

"Mungkin itu termasuk cara yang dilakukan Nyonya untuk menarik perhatian media agar kembali menyorot keluarga bangsawan ini." jawab Hillda mengambil kemungkinan dalam sisi yang baik.

"Jangan mulai lagi, Torey." gertak Shay tajam seraya berjalan lebih cepat. Ia mendesis pelan mengingat perangai Torey yang terlalu munafik dan menyebalkan. Bisa dibilang, Torey cukup berbisa seperti ular.

"Mulai apa? Aku hanya bertanya." sangkal Torey seraya mengernyitkan hidungnya. Membuat Shay mendengus.

"Um..omong-omong, ada apa denganmu tadi pagi? Kau terlambat lima belas menit, Jessica. Untung saja Miss Gaulle tengah berada di toilet saat kau datang."

Perkataan Hillda sontak membuat Shay menegang. Ingatanya mulai berputar cepat, membayangkan kejadian tadi pagi dimana Justin yang tertidur bersamanya semalaman, enggan membiarkan Shay untuk pergi. Bunyi alarm yang telah diatur oleh Ambre di setiap kamar para nanny sama sekali tidak dihiraukan Justin membuat Shay semakin panik. Lelaki itu mengancam akan berteriak jika Shay berani melangkah untuk pergi dan bersiap-siap. Justin terus mengurung tubuh Shay dalam pelukannya. Dan Shay berhasil keluar setelah suara ketukan pintu terdengar dari luar. Ketukan pintu itu berasal dari Torey yang berniat membangunkannya.

"Jess?"

Shay tersentak dari lamunan lantas menggeleng kikuk. "Semalam aku demam. Lalu aku tidak bisa tidur dan pada akhirnya, aku bangun terlambat."

"Tapi tadi aku mendengar suara seseorang di dalam?" tukas Torey penuh selidik. "Dan bisa kuyakini itu adalah suara seorang lelaki."

Shay berusaha mengatur napasnya untuk menahan kekesalan yang mulai membuncah di dalam dadanya. Torey benar-benar wanita menyebalkan. Dengan rambut pirang ikal dan bentuk mata yang menyerupai mata kucing membuat Shay semakin kesal saat melihat wajahnya. Apalagi ketika Torey mulai memicingkan matanya sambil membentuk perangai munafiknya saat berbicara.

SLUT [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now