GEOGRA

By iceynda

2.3M 95.1K 4K

Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat... More

PROLOG
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
CHAPTER 49
CHAPTER 50
CHAPTER 51
CHAPTER 52
CHAPTER 53
CHAPTER 54
EPILOG

CHAPTER 9

39.6K 1.4K 13
By iceynda

Jangan lupa vote&komen yaa
Selamat membaca ><

Awalnya ruangan gelap yang dipenuhi oleh lampu kelap-kelip itu ramai dengan suara musik dan beberapa orang yang sedang berbincang. Namun, setelah kedatangan Geogra yang menjadi sorot perhatian, ruangan itu menjadi hening.

Prok

Prok

Terdengar suara tepuk tangan. Seorang laki-laki berjalan membelah kerumunan. Saat sosok itu tersorot oleh lampu, barulah mereka bisa melihat rupa laki-laki itu yang tak lain adalah Ravion. Penampilan Ravion sedikit berbeda. Laki-laki itu menggunakan jas berwarna hitam. Rambut yang di tata rapi membuat kadar ketampanannya bertambah.

Berbeda dengan Geogra. Laki-laki berjaket hitam itu menutup sebagian wajahnya menggunakan masker. Geogra bersedekap dada saat dirinya tengah berhadapan langsung dengan Ravion.

Sudut bibir Ravion terangkat. "Wow, aku tak menyangka, kau datang."

Tentu saja ucapan Ravion tersebut membuat orang-orang yang berada di sana bertanya-tanya.

"Rav, siapa dia?"

Ekspresi Ravion terlihat senang saat pertanyaan itu yang sedari tadi ia tunggu-tunggu. Inilah waktu yang tepat membuat Geogra sadar akan posisinya. Mungkin membuat Geogra dipermalukan di hadapannya ide yang bagus.

Ravion berbalik, "Mari kita sambut tamu utama kita malam ini. Sang Raja Jalanan-ups maksudku lawan yang telah kalah taruhan denganku, benar begitu Tuan Geogra?"

Hening sesaat, tetapi setelahnya terdengar suara gelak tawa dari mereka semua. Geogra yang berdiri di tengah-tengah kerumunan itu menjadi sosok yang dijadikan sebagai bahan lelucon.

"Sang Raja Jalanan? Apa-apaan itu?" pekik seseorang.

"Dia sungguh tak tahu malu, sudah kalah malah berani menampakkan diri kemari."

Terdengar umpatan dan cemoohan secara terang-terangan di depan Geogra. Namun, bukannya marah. Dibalik masker, ekspresi Geogra sangat datar. Dia terlihat tidak peduli dengan omongan orang-orang bodoh itu.

Puas-puaslah kalian tertawa. Sebelum suara itu berubah menjadi tangis meminta pertolongan dan jerit kesakitan.

Ravion menepuk-nepuk pundak Geogra. Tetapi langsung ditepis oleh laki-laki itu. Ravion tidak terkejut, dia malah tertawa. "Perlakukan tamuku dengan baik," ujarnya pada mereka.

Mereka tak menanggapi ucapan Ravion. Mereka sama sekali tak memperdulikan keberadaan Geogra. Bahkan ada yang dengan berani menubruk pundak Geogra.

Geogra bersikap tak acuh, ia melangkah menuju sofa, mendudukkan diri di sana, disusul oleh Ravion. Ravion tidak sendiri, melainkan membawa seorang wanita dengan make up tebal dan berbaju ketat. Laki-laki itu duduk di hadapan Geogra dengan wanita yang berada di pangkuannya.

"Katakan." Setelah sedari tadi diam, Geogra akhirnya mengeluarkan suara.

"Ah, bukankah terlalu cepat? Minumlah lebih dulu, aku tahu kau pasti lelah bukan?" Ravion memberi titah pada seseorang untuk membawakan minuman.

Ravion mencuri kecupan di pipi wanita itu. Sedangkan sang wanita memperlihatkan semburat merah di pipinya, dia menunduk antara takut dan malu saat tatapannya bertemu dengan netra gelap milik Geogra.

Geogra berdecih, "Mengundangku kemari hanya untuk melihat aksi bodohmu, cih!" Dia meludah tepat di hadapan Ravion.

Sang wanita yang berada di pangkuan Ravion terbelalak. Menurutnya laki-laki itu cukup berani. Wanita itu menegang kala pinggangnya terasa dicengkeram kuat.

Suasana berubah menjadi tegang. Kentara sekali dari raut wajah Ravion yang mengeras. Seakan tak bersalah, Geogra dengan santai mengeluarkan satu batang rokok. Ia membuka masker menampilkan wajahnya yang rupawan lalu mulai merokok, menghembuskan asap hingga mengepul di udara.

Ravion mengubah ekspresinya seperti semula. "Honey, pergilah. Aku akan menemuimu," ucapnya mengelus lembut lengan atas wanita itu yang terbuka. Sang wanita mengangguk lalu pergi begitu saja.

Laki-laki itu membuka satu persatu kancing jasnya karena merasa gerah. Setelahnya, Ravion melempar jasnya ke sembarang tempat, menyisakan kemeja putih yang terlihat mengetat memperlihatkan bentuk dadanya yang bidang.

Salah satu pelayan datang membawakan dua gelas minuman. Ravion langsung meneguk satu gelas wine hingga tandas. Dia terkekeh, "Harusnya kau berterima kasih padaku. Aku mengundangmu menjadi tamu penting malam ini. Aku sangat menantikannya, pesta kemenanganku. Menunjukkan pada mereka bahwa kau telah kalah dan sekarang posisimu berada di bawahku."

"Kau bangga dengan itu?" tanya Geogra, satu alisnya terangkat.

Ravion menyilangkan kakinya. "Ya, aku sangat bangga bisa mengalahkanmu."

"Pffft." Geogra membuang rokok yang tersisa setengah itu. Dia berusaha agar tidak meledakkan tawanya saat itu juga.

Kening Ravion mengerut tak suka. Dia tidak pernah melihat laki-laki itu tertawa. Dan apa yang membuatnya menahan tawa seperti itu.

"Walaupun hanya sekali?" ujar Geogra, dia menetralkan kembali ekspresinya menjadi datar.

"Apa maksudmu?"

"Aku sangat tersanjung kau telah repot-repot mengundangku ke pesta murahan ini." Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Geogra membuat Ravion mengepalkan tangan.

Geogra berdiri, tubuhnya menjulang tinggi di hadapan Ravion. "Jika kau merasa bangga karena telah mengalahkanku hanya satu kali, itu tidak ada artinya dibandingkan denganku yang telah lebih dulu mengalahkanmu berkali-kali."

Ravion ikut berdiri, wajahnya memerah menandakan bahwa amarahnya akan meledak. "Bajingan! Beraninya kau!"

Senyum menyeringai terbit di wajah tampan Geogra. Inilah yang membuat Geogra senang. Musuhnya itu sangat buruk mengendalikan emosi. Dia melangkah mendekat lalu menepuk pundak Ravion yang sedang naik turun. "Nyatanya kau tak akan pernah bisa menang dariku, kau tidak lebih dari seorang hama."

Seolah telah memperkirakan gerakan Ravion yang akan meninju perutnya. Geogra dengan gesit menghindar. Dia membalas tindakan Ravion dengan menendang kakinya.

Ravion mengerang kesakitan, tendangan kuat dari Geogra tidak main-main. "Tangkap dia!" perintah Ravion pada anak buahnya.

Langsung saja segerombol pria berbaju hitam mengepung Geogra. Bukannya takut, Geogra malah semakin melebarkan senyuman yang malah terlihat mengerikan. Orang suruhan Ravion semuanya diam tak berkutik.

"Apa yang kalian lakukan?! Cepat seret dia ke hadapanku!"

Barulah mereka bergerak, maju satu persatu melawan Geogra. Namun dari mereka semua, tak ada seorangpun yang bisa mengalahkan laki-laki itu. Seluruh wajah Geogra dibanjiri keringat. Malah membuatnya semakin terlihat tampan. Para wanita yang ada di sana memekik ketakutan sekaligus terpesona.

Ruangan yang awalnya rapi kini berantakan. Geogra membanting tubuh orang suruhan Ravion yang terakhir pada meja yang terbuat dari bahan kaca. Meja kaca itu hancur berkeping-keping.

Napas Geogra terengah-engah, ia masih bisa berdiri tegak padahal sudah melawan sepuluh orang berbadan kekar. Ravion masih tak mampu membuatnya tumbang.

Tangan laki-laki itu terangkat, dia menunjuk beberapa orang yang ada di sana alias komplotan Ravion.

"Kemari, lawan aku."

***

"Zey mohon, jangan lakukan itu, Camela..." Zeyra menggelengkan kepala, ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya lantaran dirinya diikat pada sebuah kursi.

Camela menulikan pendengarannya. Ia tengah menunggu kedua temannya itu membawakan barang. "Sepertinya mulutmu harus disumpal ya? Berisik sekali," ucapnya. Camela merogoh saku roknya, mendapati sebuah sapu tangan. Gadis itu mendekat, Zeyra berusaha menghindar.

"Diam bodoh!" Camela yang kesalpun menjambak rambut Zeyra. Dia memaksa gadis itu buka mulut dengan mencakar pipinya. Lalu membekap mulut Zeyra.

"Hmphh!"

Tak lama, Angel datang bersama Seila. Mereka terlihat sumringah dan tak sabar sambil membawa gunting beserta lakban.

Zeyra menggeleng ribut, dia berusaha memberontak tetapi tidak bisa. Kedua teman Camela menahan Zeyra di sisi tubuhnya.

"Kau pantas mendapatkannya!" sentak Angel memukul kepala Zeyra.

"Atas dasar apa kau berani menginjakkan kaki kemari, hah?!" timpal Seila mencubit pipi Zeyra dengan keras hingga timbul kemerahan di pipinya.

Zeyra memekik saat Camela memotong rambutnya secara asal-asalan. Setelah selesai, barulah mereka melepaskan Zeyra. Mereka menahan tawa melihat penampilan Zeyra yang acak-acakan.

"Oh, mana lakbannya?" tanya Camela. Angel mengulurkan lakban tersebut. Lalu Camela menempelkannya di mulut Zeyra menggantikan sapu tangan.

Camela bertepuk tangan. Dia kembali tertawa tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Tanpa permisi, air mata Zeyra mengalir begitu saja. Zeyra sedikit terisak.

"Hahaha, dia menangis!" pekik Seila.

"Dasar lemah!"

Ketika Camela hendak menjambak rambut Zeyra, gerakannya terhenti saat tiba-tiba terdengar pintu yang di buka dengan kasar.

Brak

Camela berdecak kesal, "Siapa yang-"

Sosok jangkung dengan tubuh yang dipenuhi dengan lebam membuat Angel dan Seila menegang. Mereka mundur ketakutan melihat kedatangan Geogra.

"Astaga!" pekik Camela seraya menutup mulut. Lantas dirinya buru-buru menghampiri laki-laki itu. Dia memegang telapak tangan Geogra. "Kak, ada apa denganmu? Kau baik-baik saja?"

Geogra tak menjawab, tatapannya terpaku pada sosok yang tengah duduk terikat pada kursi. Seorang gadis yang tengah menunduk, penampilannya sangat mengenaskan.

"Kak, biar Camela obati. Angel cepatlah bawakan kotak obat kemari!"

Sebelum Angel beranjak, Geogra lebih dulu menyentak tangan Camela. Camela hendak mencekal pergelangan tangan Geogra, tetapi terhenti saat laki-laki itu menatapnya tajam.

Geogra melangkah menuju ke arah Zeyra. Gadis yang tengah terisak itu melihat sepasang sepatu berada di hadapannya. Perlahan Zeyra mendongak, seketika matanya bergetar.

Selama beberapa menit, Geogra hanya diam menatap Zeyra. Tiba-tiba tangannya bergerak, menyentuh wajah Zeyra yang dipenuhi air mata. Tubuh Zeyra membeku merasakan kulitnya bersentuhan dengan telapak tangan laki-laki itu.

Namun, itu hanya sesaat. Raut muka Geogra berubah, rahangnya mengetat. Secara tiba-tiba, Geogra berjongkok membuka paksa tali yang mengikat tubuh Zeyra. Setelahnya ia mencengkram lengan Zeyra dan menariknya pergi meninggalkan tempat itu.

Camela mengepalkan tangan melihat itu. Dia berteriak kesal, menendang kursi hingga tergeletak. Camela beranjak dari sana diikuti kedua temannya sembari menghentakkan kaki.

***
To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

4M 514K 65
Es batu in publick, Bulol aka bucin tolol in private. River Devandro Winter, cowok kaku yang dijuluki es batu berjalan itu, memang terlihat dingin pa...
813K 125K 39
โ แดแด€sษชสœ แด‹แด‡แด„ษชสŸ, ษขแด€แดœsแด€สœ แด„ษชษดแด›แด€ แด„ษชษดแด›แด€แด€ษด.โž #1 kimdoyoung [190612] #1 najaemin [190731] #3 marklee [191029] #4 mark [210315] #1 doyoung [191101] #6 nct [2...
2.8K 143 13
Cerita ini menceritakan tentang kedua remaja berlawanan jenis yang bernama Safa Maisha Camila dan Felix Rajendra, mereka berdua menjadi korban perjod...
LEVANADA By lyraa

Teen Fiction

2M 161K 52
Nada rela datang ke kota untuk bekerja dan rela meninggalkan sekolah nya. Situasi yang memaksa nya melakukan ini, hidup selama bertahun tahun di pant...