DIA ALSHEILA : THE DANGERAOUS...

Oleh Jessiee33_

67.1K 5.1K 742

[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA, BERI VOTE, KOMEN DAN JADILAH PEMBACA YANG BIJAK] Alsheila Eltheiera Alde... Lebih Banyak

DIA ALSHEILA : THE DANGERAOUS GIRL || Part 00.
DIA ALSHEILA : THE DANGERAOUS GIRL || Part 01
DIA ALSHEILA : THE DANGERAOUS GIRL || Part 02
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 03
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 04
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 05
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 06
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 07
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 08
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 09
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 010
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 011
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 012
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 013
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 014
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 015
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 016
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 017
DIA ALSHEILA : THE DANGEOUS GIRL || Part 018
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRl || Part 019
DIA ALSHEILA : THE DANGEOUS GIRL || Part 020
DIA ALSHEILA : THE DANGEOUS GIRL || Part 021
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 022
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 023
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 024
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 025
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 026
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 027
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 028
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 029
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 030
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 031
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 032
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 033
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 034
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 035
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 036
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 037
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 038
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 039
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 040
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 041
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 042
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 043
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 044
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 045
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 046
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 047
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL ||Part 048
DIA ALSHEILA : THE DANGEOUS GIRL || Part 049
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 050
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 051
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 052
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 054
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 055
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 056
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 057
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 058
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 059
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 060
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 061
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 062
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 063
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 064
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 065
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 066
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 067
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 068
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 069
DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 070 ( ENDING)

DIA ALSHEILA : THE DANGEROUS GIRL || Part 053

446 23 0
Oleh Jessiee33_

Happy Reading.

•••

"Enggak. Because your cheeks are sweeter than a cupcake,"balas Regza.

Sheila membulatkan matanya dan mengangguk singkat, tangannya mengusap kasar pipinya sambil tersenyum sinis menatap Regza yang berjalan di sampingnya.

"Kakaknya gila?"ucap Sheila mengerjapkan matanya pelan.

Regza melotot mendengarkan itu, tangannya menarik pelan pipi Sheila dengan tatapan kesalnya. Regza melirik sinis Sheila dengan kedua tangannya yang berada di pipi Sheila.

"Gue nggak gila,"balas Regza.

Sheila mengangkat bahunya acuh tidak peduli dengan ucapan Regza. Dia berjalan tanpa mempedulikan Regza yang ada di sampingnya, tangannya mendorong pelan tubuh Alarick agar berjalan di samping Regza dengan wajah datarnya.

"Hm, nggak gila, tapi stupid,"cetus Atheiza tiba-tiba.

Regza mendengus kesal, tangannya menarik tangan Sheila agar berjalan di sampingnya dengan wajah kesalnya. Regza melirik sinis Sheila dengan tangannya yang ada di bahu Sheila.

Sheila berdecak kasar dan menepis tangan Regza dengan tatapan tajamnya, tangannya menunjuk kepala Regza sambil terkekeh pelan.

"Otaknya nggak ada. Gue nggak kaya cupcake lo yang manis, bego,"ucap Sheila.

Sheila melirik sinis Regza dengan satu tangannya yang merangkul bahu Eza yang baru saja berjalan di sampingnya sambil tersenyum sinis.

"Kalau lo nggak ada kepentingan, silahkan pergi,"ucap Atheiza.

Alagra mendengus kesal, dia melirik Atheiza yang berjalan di samping Vraka dengan lirikan sinisnya. Alagra mengangkat bahunya acuh tidak memperdulikan ucapan Atheiza.

Sheila melirik Regza sinis dan menatap ke depan dengan wajah datarnya tanpa mempedulikan Regza yang ada di sampingnya.

"Lo gila kalau lo bilang Sheila manis,"cetus Vraka.

Vraka membasahi bibir bawahnya dan tersenyum sinis, tangannya mengacak-acak rambut panjang Sheila dengan kekehan pelan yang keluar dari mulutnya.

Sheila berdecih sinis, tangannya mendorong kasar tubuh Vraka yang baru saja berdiri di depannya dengan tatapan sinis.

"Karena Sheila bukan kue yang bisa lo samain kaya cupcake,"lanjut Vraka.

•••

Ducati Sheila berhenti di depan markas besar Derlasgalions dengan jaket yang melekat di tubuhnya, tangannya melepas kasar jaket kulitnya dan memperlihatkan kaos polos berwarna abu-abu dengan leher yang terdapat kalung choker berwarna hitam.

"AZA!"

Teriakan Sheila menggema di markas Derlasgalions, membuat seorang cewek yang sedang memainkan pistol perak menatap ke arah Sheila dengan wajah datarnya.

Cewek yang di panggil Aza itu menatap datar Sheila sambil memasukkan pistolnya ke dalam saku jaketnya.

"Hm? Semua udah, but there is one that has not, Big Queen,"ucap Aza.

Sheila mengangguk singkat, dia melirik pistol yang ada di saku jaket Aza dengan wajah datarnya dan mengusap pelan wajahnya.

"Terus?"tanya Sheila.

"Ck, yang tinggal di selesain aja Big Queen,"balas Aza menggeram kasar.

"Tau."

Aza melotot dan mendengus kesal mendengarkan ucapan Sheila. Dia melirik sinis Sheila dan mengeluarkan pistol yang ada di dalam saku jaketnya.

"Terus yang di gedung udah lo pindahin?"

Aza memutar tubuhnya dan menatap Atheiza yang berdiri di belakang Sheila. Dia mengangguk pelan mendengarkan pertanyaan Atheiza.

"Gue pindahin sama Uncle Jack,"balas Aza.

"Gue pikir lo selesaiin sendiri,"cetus Atheiza.

"It's impossible for an Azatrezia Eoullona to finish alone,"ujar Aza bangga.

Azatrezia Eoullona Veggies, cewek salah satu sahabat atau musuh Sheila yang di tugaskan untuk melakukan sesuatu hal di luar negeri. Gadis yang baru saja datang ke Indonesia kemarin malam dengan wajah yang sangat datar dan bersikap acuh ke semua orang. Cewek pemberantas, cewek temperament, cewek mudah emosi jika ada yang mengusik Aza.

Atheiza memutar bola matanya mendengarkan itu, dia membuang mukanya ke arah lain dan berdecih sinis sambil mengusap wajahnya kasar.

"Bangga lo dibantuin sama Jack?"tanya Atheiza.

"Banggalah,"balas Aza.

"Tolol!"umpat Atheiza.

Aza mengangkat bahunya acuh tidak peduli, dia menatap Sheila yang tidak memperdulikan keduanya. Aza mendengus kesal dan berjalan mengikuti Sheila dengan tatapannya yang melempar tatapan sinis ke arah Atheiza.

Atheiza mendengus kasar dan mengikuti Sheila dan Aza yang berjalan meninggalkannya dengan wajah datarnya.

"Terus soal pembakaran gedung gimana, Big Queen?"tanya Aza.

Lemparan belati dari Sheila sambil menatap tajam Aza dengan tangan kanannya yang memegang alat Laboratorium. Tatapan Sheila kembali menatap alat laboratorium yang ada di tangannya dengan tatapan datar.

Atheiza terkekeh pelan, tangannya menyentil dahi Aza sambil terkekeh sinis.

"Mampus!"ledek Atheiza.

Aza menendang kasar kaki Atheiza yang ada di sampingnya sambil menatap tajam Atheiza, tangannya mendorong kasar tubuh Atheiza yang ada di sampingnya.

"Kemarin lo kemana?"tanya Atheiza.

"Gue? Dapet tugas,"balas Aza.

Dahi Atheiza berkerut sambil menatap datar Aza. Dia menaikkan satu alisnya menatap bingung ke arah Raina yang berdiri di sampingnya.

"Tugas?"tanya Atheiza.

"Tanya sama Big Queen,"balas Aza.

Atheiza mendengus kasar dan menatap Sheila yang ada di depannya, tangannya menyentuh bahu Sheila agar menatapnya.

Jleb

Atheiza mengerjap pelan menatap belati yang di lemparkan Sheila yang menembus tangannya, dia berdecak kasar dan melepaskan belati yang ada di tangannya sambil meringis pelan dengan darah yang bercucuran keluar dari jaketnya.

"Bangsat!"umpat Atheiza.

Atheiza menggeram kasar dan menatap sinis Sheila yang berdiri di depannya dengan wajah kesalnya, tangannya mengusap kasar wajahnya sambil tersenyum sinis.

Sheila tidak memperdulikan itu, dia hanya menatap alat laboratorium yang ada di tangannya dengan tatapan datar tanpa mempedulikan kekesalan Atheiza yang sedang menatapnya.

"Emangnya lo lagi ngapain?"tanya Atheiza menggeram kasar saat menatap Sheila yang berdiri di depannya.

Atheiza segera berdiri di samping Sheila sambil menatap alat laboratorium yang di pegang oleh Sheila. Atheiza menatap itu dengan tatapan intens yang terlihat datar.

Aza melirik ponsel milik Sheila yang ada di meja, tangannya mengambil ponsel itu dan menatap pesan yang ada di layar ponsel Sheila.

"Dari Deva, Sheila,"beritahu Aza.

"Hm."

Sheila melirik ponselnya sekilas dan menatap alat laboratorium yang ada di tangannya, dia meletakkan cairan itu di meja dan mengambil ponselnya yang ada di tangan Aza. Sheila menatap datar layar ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya.

Atheiza menatap dokumen yang terbuka tepat di samping Sheila, tangannya mengambil dokumen itu dengan tatapan intens.

"Baru tau gue kalau Keyna adiknya Deva,"ceplos Atheiza.

Aza yang berdiri di samping Atheiza, merampas dokumen yang ada di tangan Atheiza. Dia menatap intens dokumen itu dengan tatapan tidak percaya.

"Musuh dalam selimut nggak sih?"tanya Aza.

"Menurut lo gimana tolol?"sentak Atheiza.

Aza meringis pelan mendengarkan itu, dia menendang kasar kaki Atheiza sambil melirik sinis Atheiza tanpa memperdulikan ringisan yang keluar dari mulut Atheiza.

Mereka berdua menatap Sheila yang tidak ada di samping mereka berdua dengan tatapan kesalnya. Mereka berdua segera berjalan menyusul Sheila yang duduk di kursi dengan ponsel yang ada di tangan Sheila.

Aza berdecak kasar dan duduk di samping Sheila sambil melirik ponsel yang ada di tangan Sheila.

"Lagi ngapain lo?"tanya Aza.

Sheila tidak menjawab, dia hanya melirik Aza sekilas dan fokus ke ponsel yang ada di tangannya tanpa memperdulikan mereka berdua.

"Dokumen tadi lo dapat dari mana?"tanya Atheiza.

Tidak ada jawaban dari Sheila, membuat Atheiza mendengus kasar. Dia melirik sinis Sheila dan beralih ke dokumen yang ada di tangan Aza.

Ting

Aza mengambil ponsel yang ada di dalam saku jaketnya, dia melirik Sheila sekilas dan menatap layar ponselnya yang menyala. Aza membulatkan matanya melotot menatap beberapa dokumen serta file-file yang dikirim oleh Sheila.

"Dari tadi lo urus kaya gini?"tanya Aza.

"Hm."

"Urus apa, Za?"tanya Atheiza.

Aza memberikan ponselnya ke Atheiza dengan tatapan yang menatap Sheila yang ada di sampingnya, Aza memutar otaknya seketika saat menatap file-file yang ada di ponselnya.

"Semuanya ada di file itu,"ucap Sheila.

Sheila berjalan pergi meninggalkan Aza dan Atheiza yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal, dia mengangkat bahunya acuh tidak peduli dengan tatapan keduanya.

Aza mendengus kasar dan berjalan mengikuti Sheila dengan tangannya yang merampas ponsel miliknya yang ada di tangan Atheiza.

Sheila menyandarkan tubuhnya di pohon sambil memainkan pulpen miliknya, tatapannya sangat datar saat menatap ke depan. Sheila tersenyum kecil menatap pulpen miliknya.

"Hm, kayanya file yang lo kirim lumayan lengkap."

Suara Aza terdengar di telinganya, membuat Sheila memutar tubuhnya menatap Aza yang sedang berdiri di sampingnya. Sheila menaikkan satu alisnya menatap datar Aza.

"Hm?"

"Keyna kan? Jadi harus hati-hati, bisa-bisa dia minta bantuan Deva,"ucap Aza.

Sheila berdecak kasar dan menatap ke depan dengan wajah datarnya, dia memasukkan pulpen miliknya ke dalam saku celananya.

"Deva? Bisa aja Deva di perbudak sama anggotanya Keizo bukan?"sinis Sheila.

Aza mengangguk pelan dan melirik Sheila sekilas, dia mengeluarkan satu tangannya yang ada di dalam saku jaketnya dan mengambil flashdick dari dalam saku jaketnya.

"Selain itu, Deva juga akan di bawah kekalahan musuh cowok lo,"sahut Atheiza.

Atensi Aza menatap ke arah Sheila yang ada di sampingnya, dia menaikkan satu alisnya menatap datar Sheila.

"Cowok? Gue pikir lo nggak suka cowok dan fokus lo cuma sama pistol,"ceplos Aza.

Sheila menatap tajam Aza dengan tangannya yang melempar belati tajam ke arah Aza. Dia memutar bola matanya malas dan melirik sinis Aza yang ada di sampingnya. Sheila menggeram marah ke arah Atheiza.

Aza mendatarkan ekpersinya dan menatap Sheila dan Atheiza secara bergantian, dia menaikan satu alisnya menatap mereka berdua.

"Emangnya dia tau identitas Sheila?"tanya Aza.

"Enggak."

"Tolol!"umpat Aza.

Sheila mendengus kasar menatap mereka berdua, dia memalingkan wajahnya ke arah lain dan berdecak kasar.

"Percuma sih kalau dia tau, orang anaknya aja....."

Atheiza menutup mulutnya dan tidak melanjutkan ucapannya saat Sheila menatap tajam dirinya, Atheiza meringis pelan menatap wajah datar Sheila.

"Lanjutin,"suruh Aza.

Atheiza menggeleng pelan dan bergidik ngeri saat tatapan Sheila semakin menajam saat menatapnya. Atheiza menginjak kaki Aza yang ada di sampingnya sambil meletakkan jari tangannya di bibirnya.

Aza meringis pelan menatap wajah memerah menahan amarah milik Sheila saat menatapnya, Aza mengusap lehernya pelan menatap canggung ke arah Sheila.

"Berisik, gue lempar mulut lo pakai kursi,"ancam Sheila.

Aza menutup mulutnya dan memalingkan wajahnya ke arah lain sambil meringis mendengar ancaman yang keluar dari mulut Sheila.

"I'm so sorry big Queen,"ucap Aza.

Sheila mendengus sinis dan berjalan meninggalkan mereka berdua yang ada di belakang markas dengan wajah datarnya.

Aza menatap kesal ke arah Atheiza yang ada di sampingnya, dia berdecak kasar dan menatap datar Atheiza.

"Emang bangsat lo!"umpat Aza.

Atheiza mengangkat bahunya acuh dan berjalan menyusul Sheila tanpa mempedulikan kekesalan Aza saat menatapnya dengan satu tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.

Sheila mengikat rambutnya dan menatap beberapa senjata serta racun miliknya yang ada di meja dengan wajah datarnya. Tangan Sheila mengetuk meja dan mengambil bungkus permen marsmellow yang ada di laci.

Sheila bergumam pelan sambil memakan marshmallow yang ada di mulutnya, tangannya sangat datar saat menatap meja yang ada di depannya.

"Lo terima tawaran Deva, when Deva asked you to kill Adizan's perpetrators?"

Sheila memutar tubuhnya dan melirik sekilas Atheiza yang berdiri di sampingnya, Sheila menggeleng pelan dan mengusap lehernya.

"Kalau lo pintar, you can't accept it,"balas Sheila.

Atheiza mendengus kasar dan menatap sinis Sheila yang berdiri membelakanginya, Atheiza membuang mukanya dan berdecak sinis.

"Ck, lagian otak lo pinter, so you won't be caught if you accept it,"ucap Atheiza santai.

Sheila mengangkat bahunya acuh tidak peduli, dia tidak mendengar ucapan Atheiza dan hanya menatap datar ke depan sambil mengusap leher jenjangnya.

Atheiza melirik sinis Sheila dan berdiri di samping Sheila dengan wajah datarnya.

"Deva juga mudah dibodohin, so nggak mungkin ketahuan kalau lo yang kurung Adizan,"lanjut Atheiza.

•••

Regza di sebuah tempat yang ada gedung yang setelah kejadian pembakaran dengan ketiga sahabatnya yang berjalan di sampingnya, dia melirik ketiga sahabatnya sekilas dan menatap ke depan dengan wajah datar.

"Lo yakin Zeron yang bakar gedung ini?"tanya Alagra.

"Gue nggak yakin, Za,"sahut Jhovan.

"Gue...... Yakin,"balas Regza ragu.

Regza menatap gedung yang terbakar itu dengan tatapan datar, dia melirik sekilas ketiga sahabatnya yang ada di sampingnya.

"Tolol, bego. Lo mudah dibodohi, Za. you don't believe too much,"cetus Alarick kesal.

Alarick mengedarkan pandangannya menatap gedung tua yang hangus dengan tatapan datar, dia mengeryitkan dahinya menatap  ke belakang saat menatap satu titik yang dia cari.

"CCTV,"lanjut Alarick.

Mereka bertiga mengalihkan pandangannya menatap Cctv yang di tunjukan oleh Alarick. Mereka bertiga mengangguk pelan.

"Gue nggak sadar kalau ada Cctv,"cetus Alagra.

"Elo tolol jadi nggak sadar,"ucap Jhovan.

Regza memutar bola matanya malas dan berjalan meninggalkan mereka berdua untuk menyusul Alarick yang tidak jauh dari gedung tua yang terbakar. Tatapan Regza hanya terfokus pada Cctv yang ditemuin oleh Alarick. Dia mengernyitkan dahinya melihat Cctv itu.

"Lo yakin ada videonya?"tanya Regza.

"Yakin, kalau nggak di deleted,"balas Alarick.

Regza mendengkus kasar mendengarkan itu, dia melirik sinis Alarick dan fokus pada Cctv yang ada di depannya.

Jhovan yang tidak jauh dari mereka berdua, mengerutkan dahinya dengan tangannya yang mengambil ponsel dari dalam saku jaketnya. Jhovan segera menghack cctv yang ada di depannya itu dengan wajah datarnya.

Jhovan mendesis pelan saat menatap ponsel yang hanya tidak memperlihatkan kejadian kebakaran kemarin malam.

"Videonya udah hilang, ada yang deleted!"beritahu Jhovan.

Regza mendesis pelan dan merampas ponsel yang ada di tangan Jhovan. Dia menatap ponsel itu yang memperlihatkan Cctv yang sudah terhapus sambil mendesis pelan.

"Cukup pintar kali yang bakar gedung ini,"ucap Alagra.

"Cerdas,"sahut Alarick.

"Licik,"ceplos Jhovan.

Regza mengetuk pelan ponsel Jhovan dengan tatapan yang menatap Cctv yang ada di depannya dengan wajah datar.

"Gue pernah lihat Sheila disini, sendirian,"ucap Regza.

Seketika mereka bertiga menatap Regza yang berdiri di samping mereka dengan wajah datarnya.

Alarick menaikkan satu alisnya menatap datar Regza bergantian dengan menatap Cctv yang ada di depannya. Alarick menepuk pelan bahu Regza sambil terkekeh pelan.

"Gue yakin, Sheila yang bakar gedung ini,"ucap Alarick.

"Dia cewek woy, yakali bakar ini gedung, You're weird, Al."ujar Alagra.

Regza menggeleng pelan berusaha menepis rasa kecurigaannya pada Sheila. Dia menatap ponsel Jhovan dan menatap Cctv yang ada di depannya sambil menggeleng pelan.

"Nggak mungkin Sheila, Al. Don't take it carelessly,"ucap Jhovan. Alarick hanya mengangguk pelan dan tidak membuka suaranya.

Alarick melirik mereka bertiga sekilas dan menatap Cctv yang ada depannya dengan tatapan datarnya. Alarick membasahi bibir bawahnya dan tersenyum sinis.

"Cari tau aja nanti,"cetus Alarick.

Alarick menaiki Ducati berwarna hitamnya dan meninggalkan ketiga sahabatnya yang sedang menatapnya dengan tatapan datar. Alarick hanya acuh melirik itu.

Regza mengangkat bahunya acuh melirik itu, tatapannya terfokus pada cctv yang ada di depannya dengan tatapan datarnya.

"Lo percaya sama Alarick, Za?"tanya Jhovan

Regza hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Jhovan yang berdiri di sampingnya, dia melirik Jhovan sekilas dan tidak membuka suaranya. Regza segera menaiki Ducati hitamnya dan menjalankannya meninggalkan gedung tua itu bersama Alagra dan Jhovan yang mengikutinya dari belakang.

Regza semakin mempercepat Ducatinya untuk menyusul Alarick sambil menekan stir Ducatinya. Tatapan Regza sangat datar di balik helm full facenya saat menatap ke depan.

Jhovan mendengkus kasar menatap Ducati Regza yang melaju kencang, dia segera menyusul Ducati Regza dengan wajah datarnya bersama Alagra yang mengikutinya dari belakang.

Regza menghentikan Ducatinya di depan markas Grivlions dan membuka kasar helm yang menutupi wajahnya. Regza berjalan masuk ke dalam menyusul Alarick dengan satu tangannya yang di masukkan ke dalam saku jaketnya.

Regza mengedarkan pandangannya menatap markas dengan matanya yang menyorot tajam, dia membasahi bibirnya dengan kesal.

"ALARICK ANJING!"

"Hm?"

Orang yang Regza cari berada di atas pohon pinus dengan tangan Alarick yang memegang belati tajam sambil menatap datar Regza.

Regza mendengus kasar dan melempar asa pelurunya ke arah pohon pinus dengan tatapan tajamnya, dia membuang mukanya ke arah lain dan mendengkus kasar.

"Nggak usah teriak-teriak, gue nggak tuli,"lanjut Alarick sinis.

"Anjing!"umpat Regza.

Alarick menyungging senyum sinis saat menatap Regza yang berdiri di bawah pohon pinus dengan wajah datarnya.

"Soal ucapan lo, lo bercanda kan?"tanya Regza.

"Yes, i'm just kidding sama ucapan gue tadi,"balas Alarick.

Regza menggeleng pelan dan mendengus sinis, dia melepaskan pelurunya di ranting yang tidak jauh dari tempat Alarick dengan wajah datarnya.

"Kalau lo percaya, lo bisa caritahu sendiri,"lanjut Alarick.

Belati menancap sempurna di dahi Alarick dengan wajah datar dan tatapan Regza saat menatap Alarick. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain dan berdecak kasar.

Alarick terkekeh pelan menatap Regza dengan siluet matanya, dia membasahi bibirnya dan tersenyum sinis.

"Takut banget kalau benar-benar itu Sheila, Za."

Mereka berdua menatap Alagra dan Jhovan yang ada di atas motor sport, mereka berdua berdecak kasar mendengarkan ucapan Jhovan.

"Sheila cewek, yakali bisa bakar gedung, Za,"sahut Alagra.

"She is mysterious girl,"ucap Alarick dengan nada seraknya.

•••

Sheila menatap datar Aza dan Atheiza yang ada di depannya, dia tersenyum sinis menatap mereka berdua. Tangan Sheila memainkan belati tajam yang dia ambil dari laci mejanya.

"Gue pergi dulu."

Suara Aza terdengar di telinga Sheila dan Atheiza, membuat mereka berdua menatap Aza yang berdiri dari sofa dengan tatapan datar keduanya.

Atheiza menaikan satu alisnya menatap Aza dengan tangannya yang masih memainkan rubik angka milik Sheila.

Sheila melempar belati ke arah pintu dengan wajah datar sambil melirik Aza yang baru saja berdiri dari duduknya. Sheila menaikan satu kakinya di atas pahanya sambil menatap datar Aza.

Aza meringis pelan dan berlari keluar meninggalkan Sheila yang bersama Atheiza dengan satu tangannya yang memegang permen karet rasa blueberry yang dia dapat dari kamar Sheila.

Atheiza menaikkan satu alisnya menatap bingung ke arah Sheila dan Aza yang baru saja meninggalkan mereka berdua.

"Aza, kenapa?"tanya Atheiza.

"Awasin seseorang,"balas Sheila.

"Who?"tanya Atheiza.

Sheila tidak menjawab dan memainkan laptopnya yang ada di meja dengan wajah datarnya, dia melirik Atheiza sekilas.

Atheiza mendengus kesal, tangannya mengambil earpiece yang ada di meja dan memasangkan di telinganya dengan lirikan sinisnya saat melirik Sheila.

"Nanti lo tau sendiri, jangan aneh-aneh buat lo dengerin."

Suara Sheila terdengar di telinga Atheiza, membuat Atheiza mendengus kasar mendengarkan itu. Tangannya meletakkan earpiece di saku jaketnya sambil melirik sinis Sheila.

"Ck, padahal gue mau tau,"ucap Atheiza mendengkus kasar.

Sheila mengangkat bahunya acuh seakan tidak peduli dengan ucapan Atheiza dan fokusnya hanya menatap laptop yang ada di depannya.

"Nanti lo tau sendiri,"ujar Sheila.

Sheila berjalan keluar meninggalkan Atheiza yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal, dia hanya acuh melirik itu dengan satu tangannya yang di masukkan ke dalam saku celananya.

Sheila berjalan ke belakang mansion dengan wajah datarnya dan satu tangan kanannya yang mengambil pistol kecil yang ada di laci. Sheila menatap lurus dengan wajah datarnya.

Sheila mendudukan tubuhnya di kursi kecil dengan tatapan yang menyorot tajam ke depan, dia tersenyum tipis menatap pistol yang ada di tangannya.

DOR

Sheila menembakkan pelurunya di salah satu pohon yang ada di depannya sambil tersenyum kecil menatap pohon itu.

"Apa yang anda lakukan sekarang, Nona?"

Sheila mendengar suara Jack yang baru saja berdiri di sampingnya, membuatnya melirik Jack sekilas dan menatap datar ke depan.

"Mungkin....."

Sheila tidak melanjutkan ucapannya dan hanya tersenyum sinis menatap ke depan, dia terkekeh pelan dan berdiri dari duduknya.

"Nona melakukan dengan rapi?"tanya Jack.

"Ya, tentu,"balas Sheila.

"Mungkin saja nona bisa minta bantuan, Tuan Gara,"ucap Jack.

Sheila terkekeh pelan dan menggeleng pelan, dia melirik Jack sekilas dan menatap datar ke depan dengan satu kakinya yang terangkat di kursi di sampingnya.

"Bantuan papa? Kayanya nggak,"cetus Sheila.

Jack berdehem singkat dan melirik Sheila yang berdiri di sampingnya, dia menatap datar ke depan dengan satu tangannya yang mengeluarkan belati dari dalam saku jasnya.

"Tuan Gara sudah tau jika nona dekat dengan laki-laki!"beritahu Jack.

"Karena lo yang kasih tau ke papa,"sinis Sheila.

Jack terkekeh dan menggeleng pelan, dia melirik Sheila sekilas dan menatap datar ke depan dengan satu tangannya yang meletakkan belati di saku celana Sheila.

"Bodyguard tuan Gara selalu mengikuti, nona,"balas Jack.

Sheila membulatkan matanya dan mendengus kesal, tangannya mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya dan menekan nomor Gara yang ada di dalam ponselnya dengan dengusan kesal yang keluar dari mulutnya saat panggilan teleponnya tersambung.

"Ada apa kau meneleponku?"

"Berhenti caritahu tentangku, or papa's bodyguard dies at the hands of Sheila."

Setelah mengucapkan itu, Sheila mematikan panggilan teleponnya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya menghiraukan dengusan kesal yang keluar dari mulut Gara.

Jack terkekeh pelan mendengarkan ucapan Sheila yang terlihat kesal saat menelepon Gara. Dia memalingkan wajahnya dan menatap datar ke depan.

"Semuanya udah Tuan Gara caritahu, Nona,"ucap Jack.

Jack mengusap telapak tangannya sambil menatap datar ke depan dan segera memasukkan satu tangannya ke dalam saku jasnya.

"Bahkan tuan Gara sudah tau tentang laki-laki itu,"lanjut Jack.

"Kalau itu, gue udah tau sebelum papa,"ujar Sheila. Jack mengangguk pelan mendengarkan ucapan Sheila.

"Big Queen, lo tau, ada yang aneh sama sikap Keyna."

Suara Aza terdengar di earpiece milik Sheila. Dia mengerutkan dahinya mendengar ucapan Aza.

"Maksud?"

"Aneh, Keyna tiba-tiba datang ke markas Keizo."

Sheila mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celananya, dia menatap GPS yang dia pasang di ponsel Keyna secara diam-diam. Sheila mengerutkan dahinya menatap itu.

"He went there alone, without Deva."

Sheila tidak menjawab, dia hanya diam mendengar ucapan Aza sambil menatap ponselnya dengan tatapan datarnya. Tangan Sheila memainkan pulpen kecil yang dia ambil dari dalam saku celananya.

"Kayanya dia mau ketemu sama seseorang."

Sheila mengangguk pelan tanpa membuka suaranya, dia hanya diam dan mematikan earpiece yang ada di telinganya. Sheila melirik Jack sekilas dan membuka ponsel miliknya yang terdapat pesan chat yang ada di layar ponselnya.

Crazy boy
| blh gue ktmu sm lo, ada yg mau gue tnyain.

Sheila menatap pesan chat itu dengan tatapan datar, dia seakan tidak peduli dengan pesan chat yang ada di ponselnya. Sheila mengetikan pesan chat itu tanpa mempedulikan Jack yang ada di sampingnya.

Alsheila
| ga

Sheila mematikan ponselnya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, dia berjalan masuk ke dalam di ikuti Jack yang berjalan di belakangnya.

Jack melirik Sheila sekilas yang berjalan di depannya dengan satu tangannya yang di masukkan ke dalam saku jasnya.

Sheila menyalakan earpiece yang ada di telinganya dan menatap datar ke depan dengan satu tangannya di masukkan ke dalam saku celananya.

"Lo awasin Keyna, jangan sampai lepas."

Suara Sheila terdengar menyeramkan di telinga Jack, bahkan suara itu membukanya bergidik ngeri saat mendengarnya. Walaupun Jack sudah terbiasa mendengarnya.

Sheila memasukkan pistolnya ke laci meja, setelah mematikan earpiece yang ada di telinganya.

"Cctv yang ada di gedung itu udah kau matikan?"tanya Sheila.

"Sudah nona."

Sheila mengangguk pelan dan meninggalkan Jack untuk menuju motor sportnya yang berwarna putih. Sheila segera menjalankan motor sportnya meninggalkan Jack yang ada di mansionnya dengan helm full face yang menutupi kepalanya.

Wajah Sheila sangat datar saat menambah kecepatan motor sportnya, dia membasahi bibir bawahnya saat menatap ke depan dengan di balik kaca helmnya. Sorot matanya begitu tajam saat menatap ke depan.

Motor sport Sheila menerobos melewati kedua anggota geng yang berada di jalanan dengan melajukan motor sportnya. Sheila tidak mempedulikan teriakan serta makian yang keluar dari mulut kedua geng itu. Sheila hanya acuh mendengarkannya.

Sheila menyorot tajam menatap mansion besar bernuasa dark, dia segera menghantam gerbang besar yang ada di mansion. Sheila segera turun dari motor sportnya dan berlari masuk ke dalam mansion besar itu dengan tatapan tajamnya.

Sheila menatap sekeliling mansion itu dengan tatapan tajam dan tangannya yang mengepal kuat dengan kilatan amarahnya.

"DADDY, WHERE THE FUCK ARE YOU?"

Teriakan keras itu, membuat pria berbadan kekar itu menghampiri suara itu dengan kaos putih lengan pendek serta jas hitam yang menutupi kaos yang dipakainya.

Gara berjalan santai menghampiri anaknya dengan wajah datar dan tangannya yang meme sebotol wine. Gara menaikkan satu alisnya menatap datar Sheila.

"Ada apa kau kesini? Don't you remember home?"sindir Gara.

"Berhenti mengawasiku dengan bodyguard sialan mu!"bentak Sheila.

Gara terkekeh pelan mendengarkan itu, dia meminum wine yang ada di tangannya sambil berjalan mendekati Sheila. Gara menggeleng pelan menatap Sheila.

"Hm mengawasimu? Cuma untuk hari ini,"ucap Gara.

Sheila mendengkus kasar dan menatap tajam Gara dengan tangannya yang terkepal kuat.

"Urus, urusanmu sendiri dan jangan ikut campur urusan ku,"balas Sheila.

Gara bergumam dan mengangguk singkat, dia melirik Sheila sekilas dan melempar kotak kecil yang dia ambil dari saku jasnya.

"Kau, melupakan latihan mu,"ucap Gara.

"Cuma hari ini aja, kemarin enggak,"ujar Sheila. Gara mengangguk pelan.

"Setidaknya untuk hari ini."

Sheila mendengkus kasar menatap Zealina yang berjalan dari arah belakangnya, dia menatap datar Zealina dengan wajah kasar.

"Besok ke Aussie, ada urusan, jangan kemana-kemana sebelum selesai latihan,"lanjut Zealina.

Sheila berdecak sinis dan memutar bola matanya malas mendengarkan ucapan Zealina. Dia membuang mukanya ke arah lain dan mendengkus kasar.

"Pergi selama sebulan juga bukan urusan ku,"ujar Sheila acuh.

•••

Regza menatap lemari kaca yang terdapat organ-organ tubuh manusia dengan tatapan datar, dia melipat tangan di belakang tubuhnya sambil menatap lemari kaca miliknya.

"By the way, organ yang lo dapat lebih banyak dari punya Alarick."

Regza melirik sekilas Jhovan yang berdiri di sampingnya, tangannya membuka lemari kaca itu dan mengeluarkan jari tengah yang ada di botol kaca kecil. Regza melemparkan botol itu ke arah Jhovan yang berdiri di sampingnya.

"Tangan yang bikin muak,"lirih Regza.

Jhovan terkekeh pelan, dia menatap sekitar mansion besar Calvin dengan berbagai senjata yang ada di dingin mansion Calvin. Jhovan terkekeh pelan menatap interior mansion Calvin.

"Senjata om Calvin terlalu banyak,"cibir Jhovan sinis.

Regza memutar tubuhnya dan menatap dingin yang banyak senjata milik Calvin. Dia mengangguk pelan mendengarkan itu.

"Lo tau Papa gimana,"ucap Regza.

Jhovan bergumam dan mengangguk singkat, tangannya mengambil satu pistol mematikan milik Calvin dengan tangannya yang berlapis sarung tangan.

Jhovan memutar pistol yang ada di tangannya dengan kekehan pelan yang keluar dari mulutnya. Jhovan mengarahkan pistol itu keluar jendela yang terbuka lebar sambil menyeringai pelan.

DOR

Peluru itu melesat jauh di depannya, membuat pekikan keras Security yang berjaga di depan mansion Calvin.

Jhovan terkekeh pelan mendengarkan itu, dia memutar tubuhnya dan menatap Regza yang ada di sampingnya dengan tangannya yang meletakkan pistol itu di dingin.

Regza menggeleng pelan dan mendongak menatap ke atas menatap Cctv yang ada di mansion Calvin.

"Ada Cctv, jangan aneh-aneh, Van,"ucap Regza.

"Nggak. Cuma....... "

"Mencoba senjataku tanpa izin?"

Ucapan Jhovan terpotong saat mendengar suara dari Cctv yang berada di dekatnya. Dia mendengus kasar mendengarkan itu dan membuang mukanya ke arah lain. Itu suara Calvin yang terdengar dari arah Cctv, Jhovan menggerutu kesal dan melirik Cctv yang berada di atasnya.

"Ck, cuma mencoba. Jangan marah, hopefully get old quickly, kill you,"ucap Jhovan.

Regza terkekeh pelan dan berjalan meninggalkan Jhovan yang sedang berdebat dengan Calvin melalui Cctv. Regza hanya acuh dan membiarkannya.

Tangan Regza mengambil ponsel yang ada di saku celananya sambil duduk di sofa yang ada di dekatnya. Regza menatap datar layar ponselnya yang mendapat pesan chat, dia mendengkus kasar dan dan mengetikan pesan chat.

RegzaA
| cm skli, prtnyaan gue pntng bgt.

Setelah mengirimkan itu, Regza meletakkan ponselnya di meja dengan satu tangannya yang mengambil rokok Marlboro dari dalam laci meja. Regza mendengkus kasar menatap ponselnya sambil menghisap rokoknya.

Ting

Regza mengulurkan tangannya mengambil ponsel yang ada di meja, dia menatap datar pesan chat yang ada di layar ponselnya dan segera menekannya.

My Beautiful girl ☠️
| spting apa gue hrs ktmu sm lo?

Regza mendengus kasar menatap pesan chat yang ada di ponselnya, dia mengerutu dan membalas pesan chat dengan wajah datarnya.

RegzaA
| pntng! Intinya gue tnggu 5 mnt, bye syg!

Regza mematikan ponselnya dan mengambil jaket kulit yang ada di sofa lalu memakainya, dia memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya dan berjalan keluar dari mansion Calvin.

Regza menaiki Ducati hitam miliknya dan menjalankannya keluar dari gerbang mansion Calvin dengan wajah datarnya yang tertutupi helm full face hitam miliknya. Regza melajukan Ducatinya dengan wajah datarnya, dia menerobos pemuda yang sedang berdiri di jalanan dengan mempercepat Ducatinya.

Regza semakin melajukan Ducatinya agar sampai di tempat gadisnya, bahkan dia tidak memberhentikan Ducatinya itu. Ducati itu semakin melaju kencang dengan Regza yang menatap datar ke depan.

Regza menghentikan Ducatinya saat menatap seorang cewek yang memakai hoodie hitam dengan celana kulit berwarna putih. Regza segera turun dari Ducatinya dan membalikan tubuh cewek itu.

Regza menatap intens Sheila dengan wajah dan tersenyum tipis, dia mengeluarkan tangan Sheila dari satu hoodie cewek itu.

"20 menit. Lebih dari itu, gue pergi,"ucap Sheila.

Regza mendengus kasar dan melepaskan tangan Sheila. Dia menatap intens tangannya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jaketnya.

"Lo tau pembakaran gedung itu?"tanya Regza.

"Pertanyaan yang sama,"balas Sheila.

Sheila membuang mukanya kesal, dia mengusap wajahnya kasar dan menatap intens wajah Regza yang ada di depannya. Sheila menghelah nafas kasar.

"Tau. Itu dilakukan secara sengaja, kak,"lanjut Sheila.

"Itu elo kan yang bakar?"tuduh Regza.

"Lo mau nuduh gue?"tanya Sheila.

Sheila mengerjapkan matanya polos menatap mata kecokelatan milik Regza yang ada di depannya, dia tersenyum kecil dan terkekeh pelan.

"I don't know anything about that, kak,"lanjut Sheila.

"Sorry, gue nggak nuduh lo,"ucap Regza.

Tangan Regza terangkat mengusap pelan rambut panjang Sheila sambil tersenyum tipis dan mengacak-acak rambut panjang Sheila.

"I mean....."

Sheila menggeleng pelan agar Regza tidak melanjutkan ucapannya, tangannya mengusap pelan rambut Regza yang ada di depannya dan segera turun dari motor sport putihnya.

"Udah? Cuma itu aja?"tanya Sheila pelan.

Regza menggeleng pelan, tangannya mengeluarkan permen marsmellow dari dalam saku jaketnya dan memasukkannya ke dalam mulut Sheila.

"Biar makin manis, kaya orangnya,"ucap Regza terkekeh pelan.

Sheila menatap datar Regza sambil memakan marsmellow yang ada di mulutnya, dia tersenyum kecil dengan wajah datarnya.

"Manis huh?"cibir Sheila.

"Hm, manis. Kaya pipi lo yang biasanya gue gigit,"balas Regza.

•••

TBC

NEXT PART BABY GIRL, SMG SUKA SAMA PARTNYA! LOVE YOU!

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

38K 3.3K 45
Wei ying comes to china for a limited time, from his arrival he encounters events changing his life, like always he will bring happiness wherever he...
1.1M 62.4K 40
Millie Ripley has only ever known one player next door. Luke Dawson. But with only a couple months left before he graduates and a blackmailer on th...
104K 3.2K 30
[ONGOING 🔞] #8 insanity :- Wed, May 15, 2024. #2 yanderefanfic :- Sat, May 18, 2024. After y/n became an orphan, she had to do everything by herself...
2.3K 92 14
'𝐈 𝐰𝐨𝐧'𝐭 𝐥𝐞𝐭 𝐭𝐡𝐞𝐬𝐞 𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬 𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐨𝐮𝐭 𝐨𝐟 𝐦𝐲 𝐦𝐨𝐮𝐭𝐡, 𝐛𝐮𝐭 𝐢𝐟 𝐢 𝐝𝐨 𝐢𝐭𝐬 𝐭𝐫𝐮𝐞, 𝐢𝐭'𝐬 𝐲𝐨𝐮 �...