Behind The New Life

De pudwidiana

2K 103 5

Bagaimana jika seorang gadis yang bar-bar bertransmigrasi ketubuh gadis yang dingin dan kejam yang merupakan... Mai multe

Rheva Felisya
Aristasia Reva
1
2
3
4
5
6
Sorry
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
70
71
72
73
74
75
76

69

9 1 0
De pudwidiana


  "Tanda tangan kontrak dan Zelo akan aman bersama kami," ujar Reva setelah melempar map itu dengan keras ke atas meja hingga membuat ruangan itu terdiam lagi.

  "Queen?"

  "Tidak ada bantahan, aku pemimpinnya disini."

  Bastian berdecih dan tidak mengatakan apa-apa lagi, melihat itu tuan Grenzo dan Zelo memiliki kesempatan untuk  membubuhkan tanda tangan mereka di map tersebut diakhiri tanda tangan bermaterai. Pada saat terakhir, setetes air mata mengalir begitu saja diujung mata Grenzo tanpa sepengetahuan siapa pun namun polisi Juan memperhatikannya. Sekeras apa pun hati Grenzo, ia akan rapuh jika itu berkaitan dengan Zelo.

  "Bastian, Zelo akan bergabung dengan tim paruh. Ia akan dilatih disana sebelum siap jadi tangan kananku," ujar Reva bersedekap dada menghadap Bastian yang memutar bolanya malas. "Jovan, sekarang dia anak buahmu," ujarnya ke Jovan lalu mendorong bahu pria bermata elang itu sedikit kasar.
 
  "Queen, sampai level berapa saya mengasahnya? Dia kelihatan  pintar untuk dapat merakit bom atau bahkan menjadi mata-mata. Dia kelihatan berguna untuk tim paruh masa depannya," ujar Jovan bersmirk membuat Zelo meneguk ludahnya kasar. Bahkan tidak hanya Zelo, Grenzo dan Reva saja sudah memikirkan yang tidak-tidak jika saja Zelo dijadikan mata-mata ia pasti sudah ditangkap musuh dalam waktu cepat. Mereka juga takut jika Zelo merakit bom lalu bom itu tiba-tiba meledak karena kecerobohannya sendiri. Karena mereka tahu, hanya tampang yang memanipulasi karakter Zelo yang ceroboh dan suka terburu-buru dalam bertindak.

  "Apa yang kamu katakan? Cukup ajarkan dia bela diri, pertahanan, strategi dan menembak. Jangan lupakan kalau dia masih pelajar tuan."

  "Saya tidak pantas dipanggil seperti itu Queen," ujar Jovan merendahkan punggungnya membuat Reva menaikkan satu alisnya," kak Reno, dia siapa? Salah satu tim paruh bukan?" Bisik Reva ke Reno yang berdiri disampingnya.

  "Dia ketua tim paruh nona, bawahan anda."

  "Oh baiklah, sekarang Zelo berada di tangan anda. Jaga dan ajarkan dia seperti saudaramu sendiri mengerti?"

  "Mengerti Queen."

  "Baiklah tuan Grenzo, tuan Juan. Ada lagi yang ingin anda bicarakan?"

  "Tidak ada, kami akan segera pergi," ujar Tuan Grenzo menarik Zelo keluar diikuti polisi Juan. Melihat itu, Reva langsung meminta salah satu bodyguard disana untuk mengantar mereka sampai ke pintu dan menyuruh Zelo untuk kembali ke kamar.

  "Huft, jadi apa yang ingin kalian bicarakan? Kita masih ada waktu 5 menit sebelum rapatku dimulai," ujar Reva terduduk kembali berhadapan langsung dengan Bastian dan Jovan.

  Jovan langsung saja mengeluarkan tabletnya dan menyampaikan informasi apa saja yang telah ia kumpulkan. Namun baru setengah jalan Reva memotongnya karena ia sulit memahaminya, apa dia tidak bisa menjelaskannya lebih sederhana.

  "Jadi markas mereka hanya digedung dibakar itu? Berapa lama mereka beroperasi?"

  "Sesuai informasi, kemungkinan sudah sekitar 1 tahun setengah."

  Reva sedikit termenung, ia sudah biasa melewati gedung kosong itu setiap ia ingin ke supermarket dan selalunya kosong tidak berpenghuni. Jadi, bagaimana mereka beraktivitas tanpa diketahui? Apa mereka bersekongkol dengan hantu.

  "Jadi jadi, apa yang mereka curi? Dan kenapa?"

  "Mereka mencuri file kecelakan 3 tahun lalu, mereka ingin memenjarakanmu," sahut Bastian memggertakkan giginya menahan marah.

  "Apa motif mereka ingin memenjarakanku? Apa alasan sebenarnya?"

  "Tentunya ingin balas dendam Queen, tapi untuk siapa kami tidak tahu. Data pemilik mobil yang Queen tabrak 3 tahun lalu belum ditemukan, sepertinya Queen tidak pernah menguliknya sebelumnya?"

  Reva berdiam, ia mencoba memproses informasi yang baru ia dapat. Jadi 3 tahun lalu Rheva yang asli pernah menabrak sebuah mobil dan sekarang sekelompok orang itu ingin membalaskan dendam dengan mencari bukti yang Rheva simpan? Setelahnya ia akan memenjarakan Rheva? Sungguh berani, tapi mereka siapa?

  "Siapa otak dari pencurian dan pemasukkan mata-mata ini? Apa mereka sudah ditangkap?"

  "Kamu tidak membaca emailku?" Selidik Bastian membuat Reva menggeleng polos. Setelah ia mampir sebentar di lokasi kejadian, ia langsung pergi ke kantor dan mengecek semua tugas yang sudah Langit kerjakan. Jadi ia belum sempat melihat email itu, Lagipula Bastian sudah tahu apa yang ia lakukan tanpa komando, seperti pengarahan tim paruh ini semua arahan Bastian.

  "Dalangnya sudah ditangkap, beberapa bawahannya yang ingin menyelamatkannya pun sudah kami tahan. Dan inilah pelakunya..."

  Drrrrtt...

  Ponsel di saku Reva bergetar membuatnya urung melihat si pelaku, ternyata ponselnya memberi alarm getar tentang rapat perusahaan yang akan ia handle. "Aku harus rapat, nanti aku sempatkan melihat emailnya. Jadi setelahnya apa yang akan kalian lakukan pada pelaku itu?"

  Jovan menarik tabletnya lalu menyimpannya kembali ke tas. " sekarang kita masih mengulik informasi darinya sembari menunggu tim Mata untuk mencari informasi lebih lanjut."

  "Baik kalau begitu, jika ada sesuatu aku ada di mansion. Aku pergi dulu, ayo kak Reno."

  Ting

  "Bastian, kita mendapat informasi dari tim Mata," ujar Jovan mengambil ponselnya dengan mata berbinar, setelah ada keterlambatan akhirnya mereka mendapatkannya.

  "Apa itu?"

  "Tentang siapa dia melakukan itu, ternyata untuk anak atasannya yang Queen tabrak. Aristasia Reva."


•••


  "Ganti kalian yang makan, kita sudah selesai."

  "Baiklah, apa menu kita hari ini?" Tanya seseorang itu meregangkan otot-otot tangannya karena sedaritadi ia gunakan untuk memukuli tahanan yang belum mau mengaku.

  "Semur jengkol, enak tahu buatan bibi yah yang di depan sana."

  "Benarkah? Ayo kita pergi sebelum anak-anak lain habiskan."

  Setelah perginya kedua penjaga itu, dua penjaga baru berganti menjaga sel tahanan yang pak Hakim tempati. Sedangkan di dalam sana pak Hakim terus merintih merasakan sakit di sekujur tubuhnya yang dipenuhi luka menganga bekas cambukkan. Tidak berselang lama seorang pria berseragam lainnya membawa segelas air untuk diberikan ke tahanan."biarkan kami yang membawakannya ke dalam."
  
  "Aku ikut masuk, sudah lama aku tidak melihat tahanan tersiksa seperti ini."

  "Karena kamu minta cuti break kuliah, seakan-akan lupa dengan tim paruh."

  "Mana mungkin, yang penting aku sudah kembali bukan?"

   Kedua pria itu lantas mengambil kunci disamping lalu membuka jeruji, masuk ke dalam untuk melepaskan satu ikatan tangannya dan membiarkannya menghabiskan minumnya. Mereka tidak ingin susah-susah menyodorkan minumannya langsung ke mulut, lebih baik seperti ini dan mereka akan mengikatnya kembali.

  "Sepertinya segelas air ini tidak cukup," ujar pembawa air itu lalu meletakkan gelas kosongnya ke meja samping dan dengan perlahan menjatuhkan sesuatu di pojok meja tanpa sepengetahuan siapa pun, bahkan cctv hanya memperlihatkan ia sedang bersandar pada meja.

  "Kita sudah baik masih memberinya air, jika tidak dia akan pingsan dalam hitungan menit ke depan."

  "Baiklah, aku pergi dulu. Aku akan membawakan si keluarga bajingan ini air juga."

    Setelah pembawa air itu pergi, kedua penjaga itu mengunci kembali jeruji itu dan menjaga diluar. Tidak berselang lama sekelompok teman-teman mereka datang ingin masuk ke dalam, namun karena takut membuat pelaku mati mereka hanya memberikan satu per satu pukulan dan setelahnya mereka puas pergi. Sekitar 3 menit kemudian listrik di markas paruh mengalami konseting dan sebuah gudang belakang terbakar mengalihkan semua anggota disana.

  Lampu seluruh markas mati, tidak lama kemudian sebuah asap tebal muncul dari dalam jeruji membuat kedua penjaga itu terbatuk-batuk dan akhirnya pingsan. Pak Hakim yang sedang menahan nafas melihat sorot senter itu padam lalu memanfaatkan situasi untuk melepaskan diri, tali yang mereka lepas tidak diikat kencang membuatnya dapat melepaskan tali untuk tangan satunya. Karena pintu jeruji terkunci, ia pun meludahkan kunci yang tadi dimasukkan ke dalam air minumnya dan ia tahan di bawah lidahnya. Setelah berhasil keluar, ia berlari ke lorong-lorong penjara dan langsung menemukan anak dan istrinya.

   Pak Hakim pun menggunakan kunci itu lagi untuk membebaskan mereka. Namun setelah ia keluar, seseorang mengetok titik saraf belakangnya membuatnya langsung pingsan. Melihat itu anak dan istri pak Hakim ingin kabur namun langsung dihadang beberapa orang besar dan menarik mereka kembali dibalik jeruji.

  "Ada orang dalam."

Continuă lectura

O să-ți placă și

107K 8.3K 24
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...
553K 2.8K 18
Cerita ini bagian dari @fantasibersama
892K 61.9K 49
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
7.4M 439K 54
⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ⚠️Rawan Typo! ⚠️Mengandung adegan romans✅ ⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅ Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari d...