Heartbeat

By ameiranou

146K 6.5K 218

"Sekali lo berurusan sama Daniel. Kecil kemungkinan lo buat lepas dari dia. Karena Daniel, bukan orang yang m... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Epilog

Chapter 50

1.5K 60 0
By ameiranou

Daniel memfokuskan matanya pada sebuah kertas lusuh yang penuh dengan coretan pena hitamnya. Sudah hampir tiga jam ia menghabiskan waktunya untuk berkutat bersama kertas dan pena itu. Suara deras air hujan di luar bukannya menganggu, tapi malah semakin mempermudah otaknya dalam menciptakan sebuah lirik.

Sesekali ketika merasa menemukan lirik yang pas, ia tersenyum lebar dan segera memetik senar gitarnya seraya bergumam. Tak ayal, beberapa kali terdengar juga suara decakan bersumber dari bibir merah kehitaman akibat nikotin milik Daniel.

Kembali, ia menulis lirik di kertas itu. Mencoba dengan petikan gitarnya. Setiap ada yang kurang pas, ia mencoretnya dan berpikir lagi. Kegiatan itu terus berulang, namun tak ada sedikitpun raut jenuh yang tergambar di wajah Daniel.

Sampai sebuah suara pintu mengalihkan pandangan Daniel sejenak. Daniel tidak membuka suara, tapi yang pasti tukikan di alisnya sudah mewakili jika ia bertanya apa yang cowok itu akan lakukan di sini.

"Lo udah lama di sini?"

"Seperti yang lo liat," jawab Daniel acuh dan kembali fokus pada gitar. Ia pikir, Ares tidak cukup buta untuk melihat dirinya yang masih memakai seragam. Walaupun hanya tersisa kemeja dan celananya.

"Emang ga mau pulang apa gimana?" tanya Ares lagi. Ia membuka bungkusan yang ia bawa. Ketika Daniel meliriknya, ternyata sebungkus kotak karton berisi martabak manis.

"Gue iseng pengen bikin lagu. Kalau dipikir-pikir, udah lama juga gue nggak bikin," jawab Daniel sambil mencomot martabak di hadapan Ares. "Lo sendiri?"

"Lagi males, makanya gue ke sini. Eh, nggak taunya ada lo." Ares merebahkan tubuhnya dengan posisi kaki mengungkung Daniel yang bersandar di ujung sofa.

"Lo buat lagu tentang apa?" tanya Ares lagi setelah beberapa menit hanya keheningan yang menyapa mereka. Di luar, hujan bukannya berhenti, tapi malah makin menjadi.

Daniel menarik napas panjang. "Kepo," jawabannya yang menimbulkan decakan Ares.

"Gue rasa, akhir-akhir ini kita jadi jarang kumpul, Res."

"Kita siapa? Kalau kita yang lo maksud itu gue sama lo, gue jelas ogah. Bukannya dikira kumpul kebo, malah dikira main belok nanti."

"Ck, kita itu, gue, lo, Theo, sama Erick."

"Oh," jawab Ares singkat. Tapi tidak ada jawaban yang pasti atas pertanyaan Daniel. Cowok itu malah menutup kedua matanya dengan lengan dan memejamkan matanya.

Daniel berdecak, tapi cowok itu tidak ambil pusing. Ia kembali berkutat dengan kertas, pena, dan gitarnya.

"Niel," panggil Ares.

"Hm."

"Dingin-dingin gini enaknya kelonan," celetuk Ares ngawur.

Daniel berdecak. "Ya kali lo ngajak kelonan gue."

"Nggak papa kali, Niel," jawab Ares melingkarkan kedua kakinya di leher Daniel yang sukses membuat Daniel megap-megap karena tercekik. Sementara Ares sudah tertawa terpingkal-pingkal tanpa melepas siksaannya pada Daniel.

"Enak nggak bau kaki gue?"

"Tekor lo, bangsat!" maki Daniel yang makin membuat Ares kesenangan. Kesempatan itu Ares gunakan untuk mencuri kertas yang berada di meja samping Daniel. Sedangkan Daniel sudah tidak bisa apa-apa. Ingin merebut, tapi cekikan kaki Ares malah semakin kuat.

Dasar teman laknat. Ingatkan Daniel agar setelah ini melapor ke polisi atas tindak kejahatan yang dilakukan oleh Ares yang sialnya sahabatnya ini. Itupun kalau Daniel masih hidup, tidak mati di kaki Ares.

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Ares akhirnya melepaskan cekikan kakinya. Tapi tidak membuat kakinya pergi dari pangkuan dan pundak Daniel.

Daniel yang sedang mengusap leher dan meregangkan rahangnya melirik kesal pada Ares yang malah tersenyum membaca kertas berisi mentahan lirik yang ia buat.

"Kalau lo mau liat, lo bisa minta baik-baik babi!" maki Daniel membuat suara ledakan tawa Ares menggema.

"Emangnya lo bakal mau ngasih ke gue?" Ares beralih duduk menempelkan kertas itu ke kening Daniel sedikit kasar. Jangan kira posisi kaki Ares sudah berubah, cowok itu terlalu buruk apabila diberi prasangka baik.

Daniel mendengus, menarik kertas itu kasar, membaca sekilas dan meletakkannya di meja kembali.

"Keren banget, buatnya pake ati, ya?" goda Ares.

"Buatnya pake tangan, tapi dirasainnya pake ati," jawab Daniel ketus.

"Uluh-uluh, anaknya pak Tama bisa aja," goda Ares semakin menjadi. Daniel tidak menggubrisnya. Entahlah, seperti ada sesuatu yang memintanya untuk segera menyelesaikan lagu ini. "Nanti jangan lupa libatin gue, ya? Kayaknya bakal keren lagunya."

"Iya, gampang."

***

"Gayanya sekarang dianter pake mobil, nih?" Nara tersentak begitu kakinya sukses memasuki gerbang sekolah. Ada Safira yang tersenyum menggoda di sampingnya.

"Safira ...." cicit Nara malu. Ia teringat kalau Safira belum mengetahui fakta mengenai dirinya yang sebenarnya putri dari Trisha. Entah mengapa ia merasa bersalah. Safira satu-satunya sahabat yang ia miliki. Ini bukan suatu hal yang sangat privasi hingga dia harus menyembunyikannya dari Safira. Fakta bahwa ia putri dari Trisha, tidak akan berubah dan itu bukan suatu aib.

"Ayo masuk kelas," ajak Safira. Namun, ia menghentikan langkahnya dan mengeryit bingung tatkala Nara menahan lengannya.

"Ada yang mau aku omongin."

"Oh, ya? Kalau gitu ayo sambil jalan ke kelas," saran Safira namun ditolak Nara dengan sebuah gelengan.

"Bisa ikut aku?"

"Boleh."

Safira menganga ketika ia sampai di tempat yang Nara inginkan. Ia tidak menyangka jika Nara akan membawanya di tempat biasa Daniel dan teman-temannya membolos. Meskipun sahabatnya ini pacar dari Daniel. Hal itu tidak membuat serta merta sifat Daniel membaik padanya. Atau paling tidak memberi privilege Safira sebagai sahabat pacarnya. Jadi, tidak ada alasan Safira untuk berani menginjak tempat ini--selain karena ajakan Nara seperti saat ini.

"Lo mau ngomong apa, sih? Sampai ngajak ke sini?" Ia duduk dengan kaku di sebuah kursi yang lumayan bergoyang.

Nara menyusul di sampingnya.

"Kamu kenal Trisha Saraswati?"

"Presenter yang langganan di kafe om gue itu? Ya kenal, lah," jawab Safira.

"Itu, ibu aku."

"WHAT?!" pekik Safira kaget. Nara memperingati Safira untuk memelankan suaranya. Walaupun suasana di sini selalu sepi, tapi bisa saja kan ada orang yang mendengar.

"Sumpah?"

"Hm," jawab Nara mengangguk.

"Kok bisa?" tanya Safira, sedetik kemudian ia menggeleng. "Maksud gue, gimana cara lo tahu kalau Trisha Saraswati itu ibu lo? Gila! Bokap gue aja sering ngaku-ngaku mantan dia, Ra!"

Nara tersenyum lalu terkekeh. "Ceritanya panjang, Ra."

"Lo bakalan resign di kafe om gue?" tanya Safira yang dijawab gelengan oleh Nara. "Lah, kenapa?"

"Ya ... terlanjur nyaman aja." Walaupun ia sering mendapat hal tidak menyenangkan dari salah satu rekan kerjanya, tapi masih banyak dari rekan kerjanya yang memperlakukan dirinya dengan baik.

"Okelah. Tapi kapan-kapan cerita ke gue dong, gimana lo tahu fakta itu."

"Iya, tapi jangan ngomong ke siapa-siapa dulu, ya?"

"O--"

"Apa yang nggak boleh diomongin ke siapa-siapa?" Safira berhenti berkata ketika seseorang datang menyambar ucapannya.

Mereka berdua mengeryit, sedangkan orang itu malah mengulum senyum ke arah Nara lebih tepatnya.

"Gue cari kemana-mana. Eh, ternyata lo di sini." Cowok itu, Nevan menatap Nara dengan pandangan yang dari dulu tidak ada ubahnya. Ia mengambil sebuah cake yang berada di dalam tabung dengan penutup plastik bening dari dalam paper bag yang ia bawa.

"Hari ini gue ulang tahun, ini cake buat lo," ujar Nevan.

Nara mencoba mengingat-ingat tanggal berapa hari ini. Dan ya, hari ini benar ulang tahun Nevan. Dulu, mereka berdua pernah merayakan bersama, hanya berdua. Namun, sekarang Nara malah lupa.

Nara mengangsurkan tangannya bersiap menerima, tapi sebuah tangan lebih dulu mengambilnya. Dan detik selanjutnya, wadah cake itu terlempar begitu saja dalam keadaan kosong. Nara melirik pelakunya yang malah keenakan menikmati cake dari Nevan.

"Hm ... enak, Sayang." Daniel masih fokus menghabiskan cake sebesar cangkir ukuran jumbo itu tanpa memedulikan tiga orang yang menatapnya dengan arti yang berbeda.

"Daniel," peringat Nara dengan berbisik.

"Hm," jawab Daniel sambil mengelap bibir dengan punggung tangannya. Satu tangannya yang lain sudah bergantung di pundak Nara. Memberitahu pada siapa saja bahwa Nara adalah miliknya. Tak terkecuali Nevan.

"Nevan ...." panggil Nara menggantung.

"Ah, ya. Thanks buat pujiannya, Daniel. Kebetulan cake itu buatan gue sendiri."

"Oh, ya? Makanya tenggorokan gue seret. Semoga gue nggak kena guna-guna dari lo kalau gitu," jawab Daniel asal yang berhasil membuat dua gadis di sana melotot kaget. Apa-apaan Daniel ini, menuduh Nevan memberi guna-guna pada cake yang ia berikan ke Nara? Dasar gila!

"Selamat ulang tahun, Nevan. Maaf," ucap Nara dengan sedikit rasa bersalah di akhir kalimatnya.

"Nggak papa," jawab Nevan santai. Ia kembali merogoh isi paper bag dan mengeluarkan satu untuk Safira dan satu lagi untuk Nara.

"Happy birthday, Van. Thanks." Nevan mengangguk menjawab ucapan dari Safira.

"Kalau gitu gue pamit."

"Yah," jawab Daniel malas.

Sepeninggal Nevan. Nara langsung menatap penuh pada Daniel yang terlihat bodo amat. Cowok itu hanya tersenyum memperlihatkan kerutan di kedua ujung matanya yang sayangnya terlihat lucu di mata Nara.

"Keren banget nggak sih, Nevan, tuh? Udah ganteng, pinter masak, kalem lagi," celetuk Safira sambil tersenyum merona menatap kepergian Nevan hingga punggung tegap itu menghilang.

Salahnya Safira, ia tidak sadar kalau ada Daniel di sini yang langsung memberinya tatapan sinis.

"Kenapa nggak lo pacarin aja?" tanya Daniel ketus yang berhasil membungkam Safira. Cewek itu merenggut, melirik Nara seolah mengadukan sakit hatinya karena ulah ucapan Daniel.

"Daniel," peringat Nara.

Tak berselang lama, suara perdebatan yang diisi dengan penuh makian itu mulai mereka dengar. Daniel sudah menebak siapa mereka, dan benar. Mereka adalah Ares, Theo, dan juga Erick.

Mereka bertiga kaget, Safira jauh tak kalah kagetnya. Mampus, ini kenapa dia berada di antara cowok yang seharusnya ia hindari?

"Waduh, siapa nih?" Safira menggenggam erat bingkisan dari Nevan ketika Ares dan Theo menatapnya dengan menyelidik. Sedang Erick sudah mengambil duduk tanpa memedulikan tindakan dua temannya.

"Ares, Theo. Kamu bikin dia takut." Nara buka suara ketika tak tega melihat wajah panik Safira.

Theo berhenti melangkah. "Gue sama Ares bukan hantu kali."

"Ck, pergi sana lo." Daniel menyuruh setengah mengusir. Safira langsung ngacir meninggalkan Ares dan Theo yang menatap Daniel sinis.

"Cantik juga, siapa namanya, Ra?"

"Udah, diem." Nara belum sempat menjawab, tapi Daniel sudah emosi duluan. Cowok itu merebut roti di tangan Nara lalu memberikannya pada Theo. "Makan, habisin sana."

"Wehe ... rejeki gini siapa yang nolak." Theo berjalan pergi, duduk di sisi Erick yang sudah fokus pada ponselnya.

"Punyaku," ucap Nara nanar.

"Gue bisa beliin yang lebih gedhe dari itu."

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

559K 38.1K 60
Selamat membaca semoga suka -Mendapatkan dan pertahankan- Advines Prakarsa. Lelaki dingin pemilik tatapan tajam seperti elang yang hobinya bolos seko...
226K 6.1K 50
⚠️ 21+ CERITA AKAN DI PRIVATE SECARA ACAK JIKA INGIN BACA PART LENGKAP DI HARAPKAN FOLLOW DULU. JANGAN DATANG UNTUK PLAGIAT! Queenzella atau kerap...
Bumi (HIATUS) By r

Teen Fiction

39.6K 2.2K 71
[[ π—°π—Όπ˜ƒπ—²π—Ώ π—―π˜† π—½π—Άπ—»π˜π—²π—Ώπ—²π˜€π˜ ]] Dia Bumi, Bumi Lantang Dhanajaya. Siapa yang tidak mengenal dirinya? Berasal dari keluarga yang terpandang...
472K 39.5K 58
[CERITA REMAJA] FOLLOW ME DONGS ^^ SEKUEL UDAH ON GOING YA JUDULNYA "I am Here" BISA DIBACA TERPISAH HAWI QYTAR, seorang cowok yang memiliki sejuta...