DARENZA [END]

__akusa द्वारा

13.2K 2.9K 754

*DARENZA RIGO - SAVIZA EVELYN* "Vi tatap mata gue!" titah Darenza karena sedari tadi Vi terus menunduk. "Apa... अधिक

satu. (DARENZA)
dua. (DARENZA)
tiga. (DARENZA)
empat. (DARENZA)
lima. (DARENZA)
CAST
enam. (DARENZA)
tujuh. (DARENZA)
delapan. (DARENZA)
sembilan. (DARENZA)
sepuluh. (DARENZA)
sebelas. (DARENZA)
dua belas. (DARENZA)
tiga belas. (DARENZA)
empat belas. (DARENZA)
lima belas. (DARENZA)
enam belas. (DARENZA)
tujuh belas. (DARENZA)
delapan belas. (DARENZA)
sembilan belas. (DARENZA)
dua puluh. (DARENZA)
dua puluh satu. (DARENZA)
dua puluh dua. (DARENZA)
dua puluh tiga. (DARENZA)
dua puluh empat. (DARENZA)
dua puluh lima. (DARENZA)
dua puluh enam. (DARENZA)
dua puluh tujuh. (DARENZA)
dua puluh delapan. (DARENZA)
dua puluh sembilan. (DARENZA)
tiga puluh. (DARENZA)
tiga puluh satu. (DARENZA)
tiga puluh dua. (DARENZA)
tiga puluh tiga. (DARENZA)
tiga puluh empat. (DARENZA)
tiga puluh lima. (DARENZA)
tiga puluh enam. (DARENZA)
tiga puluh tujuh. (DARENZA)
tiga puluh delapan. (DARENZA)
tiga puluh sembilan. (DARENZA)
empat puluh. (DARENZA)
empat puluh satu. (DARENZA)
empat puluh dua. (DARENZA)
empat puluh tiga. (DARENZA)
empat puluh empat. (DARENZA)
empat puluh lima. (DARENZA)
empat puluh enam. (DARENZA)
empat puluh tujuh. (DARENZA)
empat puluh delapan. (DARENZA)
empat puluh sembilan. (DARENZA)
lima puluh. (DARENZA)
lima puluh satu. (DARENZA)
lima puluh dua. (DARENZA)
lima puluh tiga. (DARENZA)
lima puluh empat. (DARENZA)
lima puluh lima. (DARENZA)
lima puluh enam. (DARENZA)
lima puluh delapan. (DARENZA)
lima puluh sembilan. (DARENZA)
enam puluh. (END DARENZA)
EXTRA PART

lima puluh tujuh. (DARENZA)

81 6 0
__akusa द्वारा

Tampilan pagi ini benar-benar kacau. Akibat dari pesan yang dikirim Adit, membuat penerima pesan tidak bisa berpikir panjang.

Bayangkan saja, di hari weekend yang seharusnya dipakai untuk bersantai atau bermanja ria di rumah harus terganggu.

Yang membuat kacau adalah pakaian dan keadaan wajah dari masing-masing orang. Setengah 6 pagi, Adit memberi kabar yang mengatakan darurat dan sangat penting. Mereka semua diharuskan datang ke markas MEBDA saat itu juga.

Alhasil mereka datang dengan pakaian tidur yang masih melekat, kolor bergambar kartun, sendal rumahan, rambut cepol asal, dan muka-muka yang masih mengantuk tentunya.

Keadaan yang cukup mengenaskan. Karena tidak sempat bersiap, jadi berpenampilan apa adanya saja.

Sampai di dalam markas, Adit tertawa terbahak-bahak atas kehadiran teman-temannya itu. Konyol. Satu kata yang bisa Adit deskripsikan untuk mereka.

Tidak mau membuang momen langka ini, Adit memotret mereka sebanyak mungkin. Ide jail terlintas di pikirannya. Adit memposting ke IGS salah satu tangkapan layarnya lalu ditambah caption 'Lucu juga ngerjain mereka pagi-pagi.'

“Sini duduk dulu wahai bestie-bestieku,” kekehan seakan tidak mau pergi dari mulut Adit. Karena pemandangan di depannya benar-benar lucu menurutnya.

Darenza, Vi, Mahesa, Fiona, Bondan, Elis, Lana, dan Gemi menghampiri Adit dengan muka merengut kesal.

“Lo apa-apaan sih Dit!” semprot Bondan.

“Jangan marah-marah dulu. Gua beneran punya informasi penting,” ujar Adit.

“Kalo sampe gak penting, mau request bogeman berapa dari tangan gue?” tanya Mahesa sarkas.

“Buruan Dit lu mau ngomong apa? Gua beneran masih ngantuk banget ini,” kata Vi berbicara dengan mata yang setengah tertutup.

“Tunggu Alex dulu ya. Sumbernya dari dia soalnya,” ucap Adit.

“Bunuh aja gue sekarang,” ucap Gemi kesal. Ia langsung membanting tubuhnya keras ke sofa. Matanya berat sekali sebab masih mengantuk, lalu tiba-tiba disuruh ke sini. Pas sampai malah disuruh nunggu? Gemi tidak habis pikir. Kalau Adit tadi tidak menerornya dengan pesan yang mengatakan penting, Gemi sungguh tidak mau menuruti permintaannya itu. Kini, ia menyesal buru-buru datang ke sini yang malah zonk.

“Yaudah kalian tidur dulu aja. Ntar kalo Alex udah nyampe gue bangunin,” kata Adit.

“Dit mending lu ngomong sama tembok deh. Seriusan, capek gue ngomong sama lu,” ucapan kesal juga terlontar dari mulut Elis.

Tujuh belas menit kemudian, Alex datang memasuki markas MEBDA.

“Ah, sudah pada kumpul ternyata. Pagi semua,” sapa Alex.

“Hm. Pagi,” balas Darenza.

“Punya informasi apa?”

“Sabar kali Dar. Orangnya duduk dulu,” sela Adit.

Adit mendapat lirikan tajam dari teman-temannya.

“Kita semua di sini tuh dianggap apa yang disuruh cepet-cepet?” sindir Elis sambil melirik pakaian teman-temannya yang acak-acakan. Termasuk dirinya juga.

Alex diam-diam tersenyum mendapati pemandangan lucu di depannya.

“Gak usah ditahan kali. Ketawa mah ketawa aja,” ucap Lana mengedikkan bahunya acuh.

Alex yang merasa tersindir, ia berdehem untuk menetralkan ekspresinya.

“Mode serius nih.” Beritahu Adit.

Alex mengeluarkan beberapa lembar kertas yang sudah ia print lalu juga menyodorkan ponselnya ke hadapan Darenza dkk.

“Saya sudah menyelidiki orang dengan nama Monica Valerie.”

“Terus hasilnya?” Darenza masih membolak-balik kertas di tangannya.

“Orang itu memang benar yang menyebabkan Tuan masuk ICU, sekaligus juga yang menusuk pinggang Tuan di pinggir jalan,” jelas Alex.

Seketika semua mata melotot ke arah Alex. Termasuk Adit. Alex memang belum memberitahunya apa pun karena ia yang tak menanyakannya.

Sedangkan Vi yang sempat terkejut, setelahnya ia malah menunduk sambil memijat jidatnya.

“Orang bisa ya sebego itu demi cinta. Menghalalkan segala cara supaya keinginannya tercapai. Kayak cowok cuma ada satu aja di dunia,” ucap Vi tak habis pikir.

“Pusing Vi?” tanya Mahesa yang melingkarkan satu tangannya di pundak Vi dan satu tangannya lagi untuk mengelus pundak Vi.

“Banget,” jawab Vi keras.

“Orang itu juga yang pernah menyekap Nona Vi di rumah kosong pinggir kota.”

Fakta yang cukup tercengang lagi mereka dengar dari mulut Alex.

Tatapan kini beralih ke Vi. Mereka memberi tatapan penuh intimidasi.

“Jangan bilang yang waktu lu masih pake seragam sekolah, tapi penampilan lu acak-acakan, terus lu pingsan. Yang itu Vi?” Adit mempertegas.

Vi mengangguk.

Markas MEBDA jadi ramai karena umpatan-umpatan kotor dan omongan yang berkata menyayangkan keadaan Darenza juga Vi saat itu. Pikir mereka, andai Monica tidak ada di sekitar mereka, mungkin semuanya bisa baik-baik saja.

“Udah kejadian juga. Sekarang si Monica ada di mana?” tanya Darenza.

🔥🔥🔥

Ting!

Vi yang sedang mencatat rumus Matematika di papan tulis harus terhenti kala dirinya yang kaget mendengar suara ponselnya berbunyi nyaring. Ia lupa mengubah mode silent.

Atensi murid lain jadi menatap ke arahnya. Vi meringis sekaligus menggumamkan kata maaf. Untung guru Matematika sedang keluar sebentar. Jadi Vi tak akan mendapat omelan sebab suara ponselnya yang gaduh.

Tangan Vi mengecek notifikasi pesan. Ternyata dari Afnan. Ia mengernyit. Untuk apa Afnan mengirimkan pesan padahal mereka satu kelas.

Tidak bisakah Afnan menemuinya dan berbicara langsung saja? Pusing menduga-duga, Vi membaca isi pesan dari Afnan.

Afnan:
Plng sklh kumpulin ank2.
Gue mau bicara.

Vi:
Dmn?

Afnan:
Kafe Green Light boleh.

Vi:
Ok.

Di sinilah mereka berada. Kafe Green Light sesuai permintaan Afnan. Tapi yang mengajak ke sini belum kunjung datang. Vi sudah memberi pesan bahwa anak-anak sudah pada kumpul semua. Afnan hanya membalasnya otw.

Semuanya menunggu sambil ngemil makanan. Mahesa dan Fiona malah membucin tak tau tempat, membuat Bondan yang melihatnya ingin muntah seketika.

Cup...

Mahesa mencium pelipis Fiona.

“Geli anj! Jauh-jauh lo bangsat dari gue!” dumel Bondan, “di mana-mana bucin kayak gak ada waktu berdua aja.”

“Sirik bilang sahabat!” Mahesa malah mengompori.

“Najis gue sirik sama bentukan setan kayak lo.”

“Mangkanya kalo suka sama orang tuh cepet ditembak. Keburu orang yang lo suka jadian sama orang lain. Ntar kalo galbrut 'kan gue juga yang ikutan repot,” ucap Mahesa.

“Menyindir dengan gaya.” Gemi meminta tos kepada Mahesa dan mereka berdua bertos sangat keras lalu tertawa bersama.

“Nyindir siapa lo?” sungut Vi.

“YTTA. Thanks.” Gemi kembali terkekeh lagi.

“Dih gaje,” kata Elis.

“Berisik.” Darenza, Adit, dan Bondan saling pandang sebab mereka berkata bersamaan.

“Ngapain lo ikutan?” sewot mereka bertiga.

“Kok tegang banget sih Mas, kesindir? Iya?” ledek Mahesa.

“Bacot setan!” Mahesa mendapat tatapan super tajam dari ketiga teman cowoknya itu.

“Eh, Nad dateng tuh!” seru Gemi mendapati Afnan masuk ke dalam kafe.

Gemi melambaikan tangan supaya Afnan melihat dirinya. Afnan melihat dan langsung menghampiri.

Sorry gua lama,” ucap Afnan seraya duduk.

“Iya,” balas Vi seadanya.

“Kenapa?” Vi langsung to the point.

“Gue mau pindah ke Kalimantan,” ungkap Afnan.

“Ah? Gimana maksud lo?” Gemi sedang minum, sedikit tersedak mendengar penuturan Afnan.

“Bokap gua dipindah tugaskan ke Kalimantan. Gua sekeluarga harus ikut ke sana.”

“Kapan?” tanya Vi.

“Besok.”

Jantung Gemi berdebar sangat kencang saat itu juga. Perasaan takut kehilangan tiba-tiba menyeruak di hatinya. Sesak yang ia rasakan sekarang.

“Minggu depan kita ujian kenaikan kelas loh,” ucap Darenza.

“Habis itu libur bentar terus kita kelas 12 dan waktu kita belajar di Grana juga tinggal sebentar kalo udah kelas 12 mah. Gak nunggu sampai lulus SMA aja baru pindah?” usul Vi.

“Lu tau Vi di sini gua gak punya sodara.”

“Ada kita-kita Nad!” ucap Gemi setengah teriak.

“Masa gua ngerepotin kalian terus.” Diakhiri kekehan kecil dari Afnan.

Hening...

Afnan menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. “Sebelum gua pergi, gua mau minta maaf kalo gua punya salah yang disengaja atau nggak sama kalian semua.” Afnan berkata dengan sangat tulus.

“Pelaku yang buat Darenza masuk ICU sama yang nyelakain di pinggir jalan ternyata Monica. Gue yang minta maaf karena udah nuduh lo,” ucap Vi.

Afnan mengangguk. “Gua juga sadar gak seharusnya ngelarang lo ini itu dan lo juga berhak bahagia sama siapa pun pilihan lo.”

Vi mendekati Afnan dan langsung saja menubruk dada bidang Afnan. “Kalo udah di Kalimantan jangan lost contact. Harus terus berkabar sama gue. Kalo mau ke Jakarta lagi bilang. Besok lo hati-hati pokoknya.”

“Iya Vi,” ucap Afnan sambil mengelus punggung Vi.

Vi melepaskan pelukannya. Ia mempersilakan Gemi untuk memeluk Afnan berikutnya. Dilihat dari ekspresinya, sepertinya Gemi akan nangis kejer.

Benar saja!

Baru beberapa detik, seragam sekolah Afnan banjir air mata Gemi. Afnan terus menenangkannya dari mengelus punggung Gemi sampai mencium puncak kepala Gemi.

Setelah cukup lama dan dirasa Gemi sudah lumayan tenang, Afnan melepaskan pelukannya.

Lalu yang lainnya ikut bergantian memeluk Afnan sampai pada akhirnya kafe Green Light menjadi saksi bisu atas kepergian Afnan yang entah akan kembali kapan.

Yang penting mereka semua berpisah baik-baik. Tidak ada dendam dan semua kebenaran terungkap. Cukup lega bukan kalau pergi meninggalkan dengan keadaan yang semua baik-baik saja?

Mereka mendoakan di mana pun Afnan berada, semoga dia selalu bahagia dan mereka tetap akan menjadi teman terbaik Afnan. Kapan pun Afnan kembali, mereka siap menyambutnya lagi.

Namun, Gemi merasa sedih. Ia merasakan perasaan aneh saat Afnan harus benar-benar pergi jauh dari sisinya. Perasaannya tak terdefinisikan, tapi biarlah hanya ia yang tau.

🔥🔥🔥

“Lo seriusan nih?” Pertanyaan yang sudah Vi tanyakan berulang kali ke Darenza untuk memastikan.

“Lu udah nanya ini 100 kali mah ada Vi.” Darenza terkekeh.

“Plis kali ini jawab nggak.” Vi memberi tatapan memohon.

“Dan lo tau jawaban gua gak bakal berubah. Tetep sama. Gua bakal ke sana susulin Monica.”

Vi menghempaskan tubuhnya di atas karpet berbulu dan juga menutup mukanya menggunakan bantal sofa. Diam-diam ia meringis.

Beberapa waktu lalu Alex memberitahu bahwa Monica tidak lagi tinggal di Indonesia. Perempuan itu sekarang berada di Negeri Paman Sam. Semenjak Alex mengatakan itu, Darenza bersikeras ingin menyusul Monica ke sana.

Vi tidak mengizinkan Darenza pergi menyusul Monica bukan semata-mata ada rasa cemburu, melainkan rasa khawatir.

Alex mengejutkan mereka semua dengan fakta tentang Monica. Mantan kekasih dari Darenza itu menetap di Amerika karena ia bekerja.

Pekerjaannya itu yang membuat Vi khawatir kalau sampai Darenza beneran akan menyusul Monica. Tentu ini akan membahayakan nyawa Darenza dan siapa pun orang yang nanti akan Darenza ajak untuk menemaninya ke sana.

Di Negeri Paman Sam itu Monica bergabung dengan kelompok mafia kejam yang cukup terkenal di sana dan juga ia bekerja sebagai wanita penghibur di club.

Untuk urusan pekerjaan Monica di club itu, Vi tidak mau ambil pusing karena itu ya resikonya sama diri sendiri. Tapi untuk yang bergabung dengan kelompok mafia ini, Vi benar-benar pusing memikirkannya.

Kelompok mafia itu bekerja sebagai pengedar obat-obatan terlarang. Tidak hanya menjual itu, mereka juga menjual senjata tajam dan pistol. Parahnya, itu semua ilegal. Mereka tidak mendapat perizinan yang pasti dan tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ada di Negeri Paman Sam itu.

“Kenapa ngebet banget mau susulin Monica sih?” Vi bangkit duduk kembali.

Refreshing aja. Gua ke Amerika-nya 'kan abis selesai ujian. Jadi ya gua ngambil waktu liburan aja buat ke sana.”

“Kita mau kelas 12 loh. Bentar lagi kita lulus-lulusan terus abis itu masuk Univ favorit. Kalo lo udah sampe sana terus gak balik-balik lagi gimana? Tiba-tiba lu kenapa-napa atau lost contact mendadak? Repot Dar,” rengek Vi.

Teman-temannya yang lain memperhatikan saja Vi yang terus merengek seperti ini dari kemarin. Hari ini mereka berkumpul kembali di markas MEBDA dan juga ada Alex di sini yang diajak Darenza. Yang katanya ingin berdiskusi.

“Jangan ya Dar?” mohon Vi.

“Masalahnya lu bukan mau berhadapan sama Ande atau Clovis atau siapalah lawan lu di sini yang gak sebanding itu. Ini lu mau berhadapan sama mafia besar Amerika Dar! Bayangin aja lu, mafia!” tekan Vi.

“Orang-orang yang masuk kelompok mafia itu aja udah dipastikan orang terpilih 'kan bukan orang yang sembarangan? Udah pasti mereka berotot, gede badannya, kuat, jago bela diri, belom lagi mereka punya senjata tajam, terus punya pistol juga. Dengan kelengkapan yang mereka punya, lu mau ngelumpuhin mereka lewat jalur mana hah gua tanya?” Vi menantang.

“Kalo mafianya ada yang cewek, kira-kira mempan gak ya sama jurus gombal andalan gue? Masa iya mereka gak baper sih? Lu aja baper 'kan sama gombalan maut gue?” Darenza menggoda Vi dengan menaik turunkan alisnya.

Vi memberi lirikan tajam. “Coba ngelucu?” sinis Vi.

Darenza memegang kedua tangan Vi. “Gua bakal baik-baik aja.”

Vi membuang muka saat Darenza menatapnya serius. Vi seketika lemah dengan tatapan itu. Matanya memanas, hatinya sesak, pikirannya melayang ke mana-mana. Apakah tidak terasa bahwa dirinya sangat mengkhawatirkan keselamatan lelaki itu?

Tak bisa dibendung lagi, air mata Vi mengalir melewati pipi. Darenza langsung menarik Vi ke dalam pelukannya.

Di dekap erat tubuh Vi. Darenza juga mencium aroma sampo khas rambut Vi ini yang membuat candu indra penciumannya.

“Harus banget nyusulin Monica?” tanya Vi dengan suara serak.

“Harus. Gua harus kejar Monica. Ke mana pun dia pergi, gua bakal susulin. Dia harus tanggung jawab sama apa yang udah dia lakuin.”

Dalam pelukan Darenza, Vi mendongak menatap mata Darenza. Darenza juga ikut menunduk. Mata mereka berdua saling beradu pandang.

“Gak bisa di yaudahin gitu aja? Dan anggap semuanya clear? Gak perlu jauh-jauh ke sana nyusulin Monica,” ujar Vi memelas.

“Gua harus ke sana.”

Vi menunduk. Ia mengembuskan napasnya kasar. Dirinya pasrah. Sepertinya keinginan Darenza kali ini benar-benar tidak bisa diganggu gugat walaupun dirinya mau merengek dan memelas bagaimana juga, Darenza tetap akan terus berpegang pada pendiriannya. Dia harus menyusul Monica ke Amerika. Ya sudah, Vi tidak bisa melarang lagi, ia pasrah.

Vi melepaskan pelukan. “Boleh nyusulin Monica tapi ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?” tanya Darenza mengernyit bingung.

TBC



HAI GUYS! AKU BALIK DENGAN DOUBLE UP NIH!

JGN LUPA VOTE, COMMENT, DAN SHARE CERITA DARENZA INI YAAA!

LOV YOU AND SEE U😙💕💐

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

Roomate [End] asta द्वारा

किशोर उपन्यास

638K 43K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
ATARICK [OFF] Dhifa Madhyapada द्वारा

किशोर उपन्यास

310K 15.9K 24
[HARUS FOLLOW DULU BARU BACA!!] Atarick Madhyapada namanya. Ketua geng Gester di SMA Salakanagara. Cowok dingin, ketus, bermata tajam, dan mematikan...
HAKA NAKA [ belum di revisi ] ziya द्वारा

किशोर उपन्यास

199K 22.8K 36
Kisah singkat tentang Mars dan kedua adik kembar nya. "MALS, HAKA AMBIL CUCU PUNYA NAKA!! " "INI PUNYA HAKA!! " "Nyusahin aja nih bocil" - - - - Cer...
VanCaa[END] Kentang Goreng द्वारा

किशोर उपन्यास

1.7K 343 34
[KUY FOLLOW SEBELUM BACA!] First cerita jadi maklum masih Tremor ENDING!!! ⚠️Terdapat beberapa kata kasar!⚠️