Baby İo

By AriraLv

1.9M 232K 4.9K

Kondisi ekonomi Aluna tidak memungkinkan, memaksanya agar bersikap lebih dewasa, bertahan, serta meyakinkan a... More

Baby İo
CHAP 01 🍭İmperative
CHAP 02 🍭İnterview
CHAP 03 🍭İntend
CHAP 04 🍭İnconceivable
CHAP 05 🍭İmperfect
CHAP 06 🍭İndigation
CHAP 07 🍭İrresistible
CHAP 08 🍭İnform
CHAP 09 🍭İntroduction
CHAP 10 🍭İnteresting
CHAP 11 🍭İnvestigate
CHAP 12 🍭İmpress
CHAP 13 🍭İnstinct
CHAP 14 🍭İnsidious
CHAP 15 🍭İnspect
CHAP 16 🍭İdentity
CHAP 17 🍭İmpose
CHAP 18 🍭İnconvenient
CHAP 19 🍭İndignant
CHAP 20 🍭İnterference
CHAP 21 🍭İmprobable
CHAP 22 🍭İmpotent
CHAP 23 🍭İneffective
CHAP 24 🍭İndistinct
CHAP 25 🍭İnconsistent
CHAP 26 🍭İncrease
CHAP 27 🍭İnfiltrate
CHAP 28 🍭İdentity: 2
CHAP 29 🍭İdentity: 3
CHAP 30 🍭İnseparable
CHAP 31 🍭İnconsistent: 2
CHAP 32 🍭İntroduction: 2
CHAP 34 🍭İncident
CHAP 35 🍭İllusion
CHAP 36 🍭İnviolable
CHAP 37 🍭İncessant
CHAP 38 🍭İmplement
CHAP 39 🍭İncorrigible
CHAP 40 🍭İntention
CHAP 41 🍭İnference
🍬 Terbit
🍬 Vote

CHAP 33 🍭İnsider

32.6K 4.3K 30
By AriraLv

"Aries, huh?" Kel menumpu dagu dengan kedua tangannya, duduk dengan kaki menumpang pada kaki lain. Tubuhnya bersandar, pada sofa hitamnya. Kel sudah pulang ketika keributan di kantin sekolah terhenti karena kedatangan Luis dan lima bodyguard sekaligus. Mereka datang menjemput Kel. Tidak bisa melawan saat Luis menatapnya penuh amarah, Kel terpaksa diseret ke dalam mobil dan kini dikurung di ruang bawah tanah.

Sebenarnya, kurungan ini bukanlah hukuman. Ruangan bawah tanah memang ruangan Kel sendiri selain kamarnya di lantai paling atas, ini adalah ruangan di mana dia membawa Aluna dari mall. Ruangan yang selalu Kel gunakan untuk melakukan hal yang membuatnya tersenyum, berhubung Kel tidak terlalu tahu denah rumah Luis. Kel sering mendapat peringatan dari Ethan untuk tidak berkeliling di rumah Luis, apalagi di lantai dua. Entah apa alasannya dan Kel tidak mau peduli.

Kel menolehkan kepalanya ke belakang, dia menyeringai. "Siapa nama Anda, Nyonya?" tanyanya. Selain memikirkan siapa lelaki yang menghentikannya di kantin tadi, sekarang ini Kel tengah mempunyai urusan lain.

"Ne-nedi. To-tolong b-bebaskan saya ... s-saya mohon."

"Apa Anda mengenal saya sebelumnya?" Kel tidak mempedulikan permohonan sosok wanita di balik sofa hitamnya yang sudah tak beradaya. Wanita dengan kedua tangan dirantai serta kakinya yang mati rasa. "Jujur pada saya, Nyonya. Agar saya bisa mempertimbangkan kapan nyawa Anda pergi."

"Tapi ... t-tapi apa? Apa yang harus saya jelaskan lagi? I-ini memang pekerjaan saya. Tolong b-bebaskan saya."

"Kenapa Anda memilih pekerjaan ini?" Kel terus bertanya tanpa menjawab pertanyaan. Dia mengetuk-ngetuk dagunya sampai akhirnya bangkit, berjalan menuju ke belakang sofa hitamnya. "Tidak ada pekerjaan lain, Nyonya?"

"D-dengar ya." Wanita itu mengangkat pandangan, memberanikan diri menatap Kel yang masih menyeringai. "A-anak saya membutuhkan sa-saya. Mereka masih kecil, s-saya harus banting tulang d-dan terpaksa melakukan ini."

"Terpaksa tapi Anda bersenang-senang." Kel menggertakan gigi. "Anda tidak tahu bagaimana anak-anak Anda bertahan kala Anda tidak ada di sampingnya. Anda tidak tahu bagaimana mereka membutuhkan Anda sekarang, ingin Anda berada di dekat mereka dengan senyuman Anda. Mereka ingin Anda mengatakan semuanya baik-baik saja. Apa Anda tidak bisa melakukannya? Apa itu lebih berat dari pekerjaan Anda, hah?" 

Kel melihat wanita itu menangis, kali ini lebih deras hingga tidak bisa menjawab pertanyaan Kel selanjutnya. Berjongkok untuk menyeimbangkan tingginya, Kel mengangkat dagu wanita itu, tatapannya tetap tajam.

"Asal Anda tahu, pekerjaan ini tidaklah salah. Semua orang bebas memilih. Tapi jangan lupakan satu hal. Siapa yang menemani Anda sekarang, jangan tinggalkan. Dan anak-anak itu ... mungkin mereka menganggap Anda telah membuangnya." Kel menaruh dua foto yang sebelumnya disimpan dalam saku celana. Foto itu memperlihatkan dua orang anak laki-laki dan perempuan, sedang terdiam di atas trotoar dengan pandangan kosong. Kondisinya lusuh, sangat tidak terawat.

Mata wanita itu membola, terkejut dengan foto anak-anaknya. "Ke-kenapa ... kenapa fo-foto ini ...."

"Karena saya tahu Anda berbohong." Kel mencekik kuat wanita tadi, menatapnya dengan bengis. "Saya tahu Anda bekerja hanya untuk memuaskan diri. Jangan pikir Anda akan hidup setelah keluar dari sini."

Ruangan gelap dan tersembunyi itu kini dipenuhi dengan teriakan kesakitan, teriakan yang keras hingga lama-kelamaan mulai lenyapa. Menyisakan Kel yang menepuk-nepuk debu pada pakaiannya. Lelaki itu merapikan rambutnya sejenak, sebelum akhirnya melangkah menuju pintu.

"Kel, there's a problem?"

*(Ada masalah?)

Kel menyipitkan pandangan, Ethan sudah berdiri di hadapannya dengan kemeja berwarna biru laut. Lantas Kel mengedik. "Bajumu akan kotor, biar saya urus nanti," jawab Kel dan berlalu pergi dari hadapan Ethan.

Ethan mengembuskan napas pelan, melirik sejenak ke dalam ruangan bawah tanah itu, tampaknya ada sesuatu yang akan diurus lagi nanti. Ethan akhirnya berbalik dan meniti tangga, kembali mengikuti Kel ke atas.

"Are you still looking for her, Kel?"

*(Kamu akan terus mencarinya, Kel?)

"Hmm."

"Until when?"

*(Sampai kapan?)

Kel berhenti sejenak, dia menoleh pada Ethan yang ada di samping kanannya. "Until I die."

*(Sampai aku mati.)

"Tapi--"

"Setidaknya jangan menghalangi jika kamu tidak mau membantu." Kel memotong ucapan Ethan, mengarahkan tatapan serius padanya, lantas berjalan cepat meninggalkan lelaki itu. Kel menuju ke luar rumah, mengabaikan atensi Luis yang masih duduk di ruang tamu.

"Kel hukumanmu belum selesai!" Luis berteriak, menatap tajam punggung Kel yang membuka pintu rumah.

"Do I care about that?" Kel memutar bola matanya, tidak menghentikan langkahnya sedetik pun.

*(Apakah saya peduli tentang itu?)

"Kel, dengar--"

"I TOLD YOU, I DON'T CARE ABOUT IT! AND DON'T BOTHER ME!"

*(Sudah saya katakan, saya tidak peduli itu! Dan jangan ganggu saya!)

Luis menggeram, dia bangkit dari duduknya namun Ethan menahan. Lelaki di sampingnya menggeleng.

"Kel baru saja menghabisi wanita lagi, Om. Jangan gegabah."

Mata Luis sedikit membola, pria itu kembali duduk dengan helaan napas berat. "Kapan Kelio akan kembali, Ethan? Kapan semuanya berakhir?"

Ethan terdiam melihat Luis yang terduduk lemas di tempat, pria paruh baya itu terlihat sangat lelah dan pasrah dengan keadaan Kel. Tidak ada bedanya dengan Ethan. Apa yang harus dia lakukan agar Kelion kembali dan menghilangkan sosok Kel?

🍭

Aries terpaksa menghentikan langkah karena tarikan di lengan hoodie-nya dari arah belakang. Tujuan utamanya untuk memasuki kelas menjadi tertahan di ambang pintu, segera dia berbalik, menemukan sosok gadis dengan rambut tergerai indah.

"Saya tahu kamu bingung, Aluna." Aries tersenyum. Dia tahu Aluna akan menanyakan kejadian di kantin tadi, yang menggemparkan murid-murid sekaligus dengan guru yang berdatangan akibat pebisnis ternama datang ke sekolah dengan banyak sekali bodyguard. "Tapi saya belum bisa menjelaskannya secepat ini, saya juga belum mempunyai bukti."

Aluna mengembuskan napasnya, tangannya tetap mencengkeram hoodie milik Aries. "Jelasin sekarang, gue mohon. Menurut perasaan gue, lo jauh lebih tahu dibanding gue."

"Ini belum pasti."

"Terus gue harus gimana?!" Aluna sedikit mengeraskan suaranya, geram dengan ketidaktahuannya ini. Semuanya masih belum jelas, semua permasalahannya bercabang, menambah beban baru yang lebih kompleks. "Sekarang gue cuman bisa tanya sama lo, satu-satunya orang yang bisa jawab gue!"

Aries menggeleng, tetap pada pendiriannya. "Tidak sekara--"

"Gue mohon."

"Tidak--"

"Semua yang lo tahu, semua yang lo duga. Bilang ke gue, Ar. Bilang semuanya."

"Kamu itu terlalu keras kepala." Aries menyandarkan punggungnya pada dinding, menatap Aluna yang balas menatapnya tajam. "Kemungkinan besar keras kepala kamu yang satu ini tidak akan berakibat baik."

Aluna berdecak, dia maju selangkah dan mendekat pada Aries. "Tapi gue harus tahu," ucapnya dengan penuh penekanan pada setiap kata. "Gue tahu Kelio nggak baik-baik aja, dan gue juga tahu kalau lo udah tahu itu lebih dari gue. Ar ... gue mohon bantu gue, jawab semua pertanyaan gue, Ar. Gue sayang sama Kelio. Gue nggak bisa diem kayak gini dan nyaksiin dia menderita. Ar ... gue mohon."

Aries berdeham, mengalihkan pandangan ke samping kanan saat melihat Aluna berkaca-kaca. Sebenarnya, Aries juga masih mempunyai banyak pertanyaan, dalam kepalanya tersimpan banyak sekali benang-benang kusut yang perlu dia luruskan.

Mengembuskan napasnya dengan pelan, Aries melangkah mendekat pada Aluna, mengulurkan tangan untuk menepuk kepala gadis di hadapannya. "Tapi ada syaratnya, Aluna. Anggap ini bayaran saya karena sudah membocorkan hal yang sangat penting. Berjanji pada saya, apapun yang terjadi nanti, kamu harus mencari tahu, bantu saya mengumpulkan bukti."

Aluna mendongak. "Gue ... gue janji."

Tampaknya apa yang dikatakan Aries mengenai Aluna yang keras kepala ini memanglah benar tidak akan berakibat baik. Tapi semua ini sudah terlanjur membuat Aluna tidak peduli.

Pertama kali bertemu, Aluna tentu saja terkejut dengan semua perilaku Kelio. Gadis itu tidak bisa berkata-kata, nyaris pingsan. Tetapi, seiring dengan berputarnya waktu, Aluna terbiasa. Dalam diam mengagumi bagaimana Kelio berpikir dalam kondisi sulitnya. Akibat dari semua itu, perasaan Aluna yang selalu membeku mulai mencair. Binaran mata lucu, tingkah unik serta senyum ceria Kelio, menghangatkannya. Aluna mulai merasakan sesuatu yang seharusnya tidak dia terima. Mungkin lebih jelasnya, Aluna sudah jatuh. Aluna jatuh cinta pada Kelio, lelaki berumur 18 tahun yang bertingkah layaknya anak kecil.

Dan itu hanya Kelio, bukan Kel.

"Aluna." Aries berkata dengan suara agak pelan. "Jika kamu menyayanginya, terima dia dalam apapun kondisinya. Saya tahu, kamu belum menerima dan belum tahu bagaimana Kelio dan Kel."

----🍭

Ayo tebak-tebakan dulu. Aries siapa ya?
Udah ada yang nebak mengenai identitas Aries belum?

Maaf beberapa hari nggak update. Aku emang udah PAS tapi kok malah makin banyak kegiatan sekolahnyaaa, kesellll. Pengin cepet liburan ajsjsksksk.

Kabar kalian semua baik kan?

Bisa dong nunggu chapter berikutnya!

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 192K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
4.4K 483 55
Tentang si pria misterius yang memiliki banyak rahasia dibalik muka polosnya "lo tuh orang ternyebelin yang pernah gue kenal" - Adindayani Damara Ha...
801K 22.2K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
118K 8.7K 36
[ FOLLOW AKUN KU DULU SEBELUM BACA CERITA INI ] Dunia memang kecil. Takdir mempertemukan Alaskar kembali bertemu dengan sosok wanita yang mirip denga...