Baby İo

By AriraLv

1.8M 229K 4.8K

Kondisi ekonomi Aluna tidak memungkinkan, memaksanya agar bersikap lebih dewasa, bertahan, serta meyakinkan a... More

Baby İo
CHAP 01 🍭İmperative
CHAP 02 🍭İnterview
CHAP 03 🍭İntend
CHAP 04 🍭İnconceivable
CHAP 05 🍭İmperfect
CHAP 06 🍭İndigation
CHAP 07 🍭İrresistible
CHAP 08 🍭İnform
CHAP 09 🍭İntroduction
CHAP 10 🍭İnteresting
CHAP 11 🍭İnvestigate
CHAP 12 🍭İmpress
CHAP 13 🍭İnstinct
CHAP 14 🍭İnsidious
CHAP 15 🍭İnspect
CHAP 16 🍭İdentity
CHAP 17 🍭İmpose
CHAP 18 🍭İnconvenient
CHAP 19 🍭İndignant
CHAP 20 🍭İnterference
CHAP 21 🍭İmprobable
CHAP 22 🍭İmpotent
CHAP 23 🍭İneffective
CHAP 24 🍭İndistinct
CHAP 25 🍭İnconsistent
CHAP 26 🍭İncrease
CHAP 28 🍭İdentity: 2
CHAP 29 🍭İdentity: 3
CHAP 30 🍭İnseparable
CHAP 31 🍭İnconsistent: 2
CHAP 32 🍭İntroduction: 2
CHAP 33 🍭İnsider
CHAP 34 🍭İncident
CHAP 35 🍭İllusion
CHAP 36 🍭İnviolable
CHAP 37 🍭İncessant
CHAP 38 🍭İmplement
CHAP 39 🍭İncorrigible
CHAP 40 🍭İntention
CHAP 41 🍭İnference
🍬 Terbit
🍬 Vote

CHAP 27 🍭İnfiltrate

29.6K 4.3K 69
By AriraLv

Aluna itu tidak kuat, tidak tahan banting ataupun tahan terhadap ombak kehidupan yang melebihi besarnya gelombang di samudera. Aluna itu lemah, dia benar-benar lemah sampai hanya bisa menangis sendirian berjam-jam di dalam salah satu bilik toilet mall. Dia bahkan tidak berani keluar dari sana setelah bertemu dengan Nandia. Ketakutan, berharap Danis bisa menjemputnya dan mengatakan bahwa semuanya aman.

Tapi, Aluna sadar, Danis sedang sibuk. Aluna tidak boleh egois, jadinya dia memutuskan untuk tetap menangkan dirinya di dalam bilik toilet sampai jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 19.00 malam. Menduga jika kondisinya berantakan, Aluna merapikan rambutnya terlebih dahulu, dia tidak ingin ada orang yang melihat jika dia sudah menangis, apalagi sampai matanya membengkak dan merah. Aluna memutuskan untuk menunggu 5 atau 10 menit hingga dia benar-benar tenang.

Kali ini, Aluna tidak tahu apakah keputusannya sudah benar ataukah tidak. Sebelum beranjak dari kloset yang tertutup, Aluna mendengar seseorang membuka pintu toilet bagian luar. Tampaknya ada yang datang, terbukti dengan suara langkah kaki yang cepat dan lama kelamaan terasa semakin mendekat.

Aluna meneguk ludahnya susah payah, dia tidak menemukan tanda jika langkah kaki itu akan berhenti, hingga dia dibuat terkejut kala seseorang dari luar mencoba membuka pintu bilik yang Aluna termpati. Orang itu, Aluna yakin dia adalah orang yang baru saja membuka pintu toilet.

"Ada orang, Mbak!" Aluna berteriak dengan suara parau, keadaannya masih kacau setelah menangis. "Nggak ada yang lain apa?"

Aluna pikir, orang itu akan meminta maaf dan buru-buru pergi karena malu. Tetapi Aluna salah besar. Orang di luar sana malah semakin gencar mencoba membuka pintu. Itu semua, sukses membuat Aluna membelalak terkejut.

"WOI, LO APA-APAAN SIH?!" suara Aluna semakin serak. "GUE BILANG DI SINI--" kening Aluna mengerut, orang yang memaksa membuka pintu itu tidak melakukannya lagi, malah sepertinya melangkah ke bilik toilet di sebelah kiri Aluna.

Itu cukup melegakan, namun tetap saja membuat Aluna heran setengah mati. Orang aneh ternyata ada di mana-mana.

Hendak kembali duduk karena mood-nya kembali buruk, Aluna ingin sekali pingsan saat suara gebrakan terdengar keras diiringi dengan sesuatu yang jatuh hampir menimpanya. Tidak, tunggu. Itu bukanlah sesuatu, tetapi seseorang!

"AAAA--mmmphh!"

Aluna melotot, memberontak kala tangan besar itu membekap mulutnya, sementara tangan yang lainnya melilit sekeliling pinggangnya. Aluna tidak bisa diam, terus berusaha melepaskan diri, bahkan beberapa kali menendang dan menginjak kaki orang di hadapannya, yang ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali. Aluna bahkan kembali menangis, meraung kencang kala gigitannya tidak berpengaruh.

Tubuhnya ditarik ke belakang, Aluna dibuat terduduk kembali di kloset tertutup, tetapi kini dengan seseorang yang duduk tepat di belakangnya. Posisi mereka berdua, akan sangat membuat orang salah paham. Dengan Aluna yang didekap dari belakang, semua orang akan mengira jika terjadi hal yang tak senonoh di toilet mall.

"MMMPHH!!" Aluna kembali menggigit telapak tangan orang yang membekap mulutnya, tetapi tidak bisa. Gigitannya tidak membuat orang itu bereaksi sama sekali, bahkan injakan kakinya terus dihindari. Aluna semakin gemetar. Aluna takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Apalagi begitu merasakan deru napas hangat yang ada di sebelah kiri pundaknya.

Apa yang harus Aluna lakukan sekarang?!

"Ssst!" bisikan pelan itu terdengar. "Don't cry. Keep calm, don't be afraid okay?"

*(Jangan menangis. Tetap tenang, jangan takut oke?)

Ayolah! Jangan takut bagaimana?! Aluna bahkan tidak bisa berpikir dengan jernih lagi saat lelaki masuk ke dalam toilet dan mendekapnya erat seperti ini. Aluna langsung memikirkan seribu cara untuk melarikan diri tetapi semuanya gagal total begitu dia mencoba.

"I'm not a criminal. Uh, maybe yes ... I'm sorry Miss, but it's urgent."

*(Saya bukan penjahat. Eh, mungkin iya ... Saya minta maaf Nona, tapi ini darurat.)

Aluna kembali mengalirkan air matanya, tidak mengerti ada apa, dan kenapa ini bisa terjadi menimpanya. Apa pilihan untuk pergi ke mall dan menenangkan diri itu salah? Kenapa harinya sial seperti ini? Kenapa sangat jauh dari harapan Aluna? Terisak dengan mulut yang masih tertutup, Aluna menajamkan indra pendengarannya begitu pintu toilet bagian luar kembali terbuka, kali ini langkah kaki orang yang masuk terdengar normal. Hanya saja, sama halnya seperti yang pertama, orang tadi berdiri di depan bilik yang Aluna dan lelaki tadi tempati.

Belum siap berteriak, Aluna lebih memilih diam dan pasrah begitu pisau lipat teracung di sebelah lehernya.

"Ssst, you only need to answer the question, Miss."

*(Ssst, kamu hanya perlu menjawab pertanyaannya, Nona.)

"Permisi?"

Aluna terkesiap begitu suara seorang wanita yang terdengar dibalik pintu. Aluna memang ingin langsung meminta bantuan, jika saja pisau lipat itu tidak dia lihat.

"Y-ya?" Aluna menjawabnya dengan gemetar, tepat saat bekapan di mulutnya dibuka. Tangan lelaki tadi beralih melingkari pinggangnya. "S-siapa?"

"Maaf saya mengganggu waktu Anda. Saya Yona dari pihak kepolisian. Kami sedang mencari pelaku yang sedang diincar, lokasi terakhir dari palacakan menunjukkan pelaku ada di lokasi ini, apa Anda melihatnya?"

Untuk yang kesekian kali, Aluna meneguk ludahnya dengan kasar, dia melirik ke samping kiri, dan yang dia dapat hanyalah deru napas lelaki tadi. Sosok penjahat yang sedang polisi cari.

"M-maaf, tapi saya ... saya tidak tahu." Aluna menunduk, tetap gemetar dengan pisau di samping lehernya.

"Apa Anda yakin? Apa Anda tidak mengalami pemaksaan? Anda benar-benar sendirian di dalam?" Polisi wanita tadi terus bertanya dengan menyelidik, terdengar sekali jika dia ragu dengan jawaban Aluna. "Bisa saya meminta Anda keluar sebagai bukti?"

Aluna memejamkan matanya, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia berharap polisi itu peka dan bisa menyadari keadaannya yang sedang terdesak. Tetapi seseorang di belakangnya, membuat Aluna harus membuka paksa kelopak matanya. Pisau itu kini sudah menyayat pipinya.

"Mbak, maaf ya, saya lagi di tengah jalan!" Aluna menekankan suaranya yang serak, menghalau rasa perih di pipi bagian kiri. "Walaupun Anda polisi tapi apa Anda tidak mengerti masalah perut?"

Untuk sementara waktu, Aluna tidak mendapat respons, dia pikir sudah berakhir, tetapi belum.

"Lalu, bisa Anda jelaskan mengenai kondisi Anda sekarang? Saya mencurigai Anda karena suara Anda yang parau. Apa Anda menangis?"

Aluna merutuki dirinya sendiri, pilihannya menangis di toilet benar-benar kesalahan yang fatal.

"Terus saya harus ketawa saat pacar saya selingkuh, Mbak?!" tanya Aluna yang entah kenapa terbawa emosi sendiri, dan Aluna tidak tahu kenapa harus mendapatkan ide yang buruk itu. Di satu sisi pipinya perih, di sisi lain dia geram dengan polisi wanita itu yang terus bertanya, bukannya menolong malah membuat posisi Aluna terancam. "Saya harus apa, Mbak?! Pacar saya selingkuh, mana saya diare! Saya harus apa?! KENAPA GINI BANGET SIH HIDUP!!" Aluna kelepasan, tidak sadar jika dia sedang berbicara dengan polisi.

"Baik, terima kasih atas waktu Anda. Mohon maaf mengganggu."

Tak lama setelah itu, pintu toilet di luar kembali terbuka dan tertutup setelahnya. Polisi itu pergi, Aluna menangis kembali, lebih dari sebelumnya membuat lelaki di belakangnya segera beranjak.

"Is that you?" suara lelaki tadi terdengar di telinga Aluna. "It's you ... Big baby girl?"

"Hah?" Aluna menoleh, mengerjapkan pandangannya pada lelaki yang ternyata mengenakan hoodie, tidak lupa dengan tudungnya yang menutupi setengah wajah. Aluna seakan-akan ditarik paksa pada masa lalu. "ARIES?!"

----🍭

Malam-malam enaknya overthinking dulu, yaa heheheheh.

Nanti aku update lagii! Diusahain secepatnya biar kalian gaak terlalu lama nunggu.

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 202K 41
(T A H A P R E V I S I) [BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!]⚠️ Terkadang, sebuah 'kebetulan' hanyalah takdir yang sedang menyamar; S...
10.5K 4.7K 96
INCUBO dalam bahasa Italia artinya adalah "Mimpi Buruk" Siapa yang tidak tau dengan Abimanyu Putra Dewantara ketua DEVIL generasi ke-dua yang mendapa...
831K 11.6K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.6M 130K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...