Serafina

By NinsJo

3.7M 397K 22.5K

Dada Sera berdenyut nyeri, seakan tertimpa benda berat tak kasat mata. Pria yang ia cintai selama ini, bertin... More

Blurb
Chapter 1 : Tradimento
Chapter 2 : Accident
Chapter 3 : What happened?
Chapter 4 : Faint
Chapter 5 : Plan
Chapter 6 : Julia Act
Chapter 7 : Debate
Chapter 8 : Bloody
Chapter 9 : Zola and Julia
Chapter 10 : Peeved
Chapter 11 : Diarrhea
Chapter 12 : One room?
Chapter 13 : Absurd
Visual cast
Chapter 14 : Sera vs Julia
Chapter 15 : Geloso
Chapter 16 : Fail
Chapter 17 : Ti amo
Chapter 18 : Possessed by a spirit
Chapter 19 : Warn
Chapter 20 : Verbal attack
Chapter 21 : Pregnant?
Chapter 22 : Sly
Chapter 23 : Non bene
Chapter 24 : Flashback
Chapter 25 : Same love
Chapter 26 : Caldo
Chapter 27 : Chit Chat
Chapter 28 : Parents in law
Chapter 29 : Jealous
Chapter 30 : Pillow talk
Chapter 31 : 2 months later
Chapter 32 : Pistachio Gelato
Chapter 33 : Hurt
Chapter 34 : Reason
Chapter 35 : Angry
Chapter 36 : Not good
Chapter 37 : Chaotic
Chapter 38 : Suspected
Chapter 39 : A mensa et thoro
Chapter 40 : Separately
Chapter 41 : Problem
Chapter 42 : Scandal
Chapter 43 : 24 weeks pregnant
Chapter 44 : Zola vs Raul
Chapter 45 : A little bit more
Chapter 46 : Distrust
Chapter 47 : Which is actually
Chapter 48 : Love or obsession?
Chapter 49 : Siate felici
Chapter 50 : Va bene
Chapter 51 : Incontra Lukas
Chapter 52 : Lionello
Chapter 53 : L'ultimo

Epilog

94.2K 6.4K 358
By NinsJo

Jangan lupa vote dan komen 😚


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

1 tahun kemudian.

Pasangan suami-istri bergumul diatas ranjang. Berciuman dengan erotis, saling membalas dan memuaskan satu sama lain. Tangan Sera mengusap rahang Zola dengan sensual.

Mata keduanya sudah berkabut dikuasai hasrat, saling melenguh dan mendesah. Pakaian keduanya pun sudah tergeletak dilantai. Salah satu tangan Zola terulur membuka laci, mencari sesuatu disana tanpa melepaskan tautan bibirnya dengan bibir Sera.

"Zola..!" Rengek Sera ketika Zola menghentikan ciuman mereka.

Zola sedikit bangkit, mencari sesuatu di laci. Tidak menemukan apa yang dicarinya. Padahal ia yakin ada puluhan pengaman disini.

"Aku sudah membuang semua kondommu." Sera tahu apa yang Zola cari.

Memusatkan perhatian pada Sera. "Lagi?" Zola menghela napas.

"Aku ingin hamil, Zola!?" Sera menarik tangan Zola, dengan agresif menyergap bibir Zola, ingin melanjutkan kegiatan mereka.

Zola menjauhkan wajah, menghentikan tautan bibir mereka. "No, Sera. Aku tidak mau melakukannya tanpa pengaman." Ya, dirinya tidak mau kelepasan mengeluarkan benihnya dirahim Sera.

Bangkit dan memakai pakaiannya kembali. Zola menyudahi keintiman mereka. "Sudah berapa kali membuang pengaman? Kau ini— " Decaknya sedikit kesal.

Sera berwajah masam, sangat masam. "Kau tidak bernapsu lagi denganku? Padahal tubuhku sudah kembali normal." Ucapnya mendramatisir.

"Jangan mulai, Sera." Zola mengalihkan pandangan ke arah lain, tidak mau menatap ke arah Sera. Siapa yang tidak tergoda disuguhkan keindahan seperti ini. Sungguh sial, disaat seperti ini Sera justru berulah.

"Yakin tidak ingin dilanjutkan?" Sera bangkit, mengenakan pakaiannya. Dengan sengaja ia memakai pakaian dihadapan Zola.

Bergeming ditempat, telunjuknya mengusap bibirnya sendiri. Entah sejak kapan istrinya menjadi wanita penggoda seperti sekarang. Netra keduanya beradu pandang. Sera mengenakan pakaian dengan gerakan menggoda.

"Aku akan menyuruh Bruno membeli pengaman." Zola melangkah untuk keluar.

Sera menghadang tubuh Zola sebelum berhasil keluar. "Kau benar-benar tidak mau menghamiliku?"

Zola menggeleng. "Tunggu tiga atau empat tahun lagi." Ia bersikeras menolak rencana Sera yang ingin hamil secepat ini.

Usia putrinya baru satu tahun. Dan, Zola masih trauma. Kala itu ia ikut masuk ke ruang operasi. Walau tidak melihat dengan seksama, melihat pisau bedah yang digunakan dokter saja sudah membuat kakinya melemas. Ia tidak tega melihat perut Sera disayat lagi seperti kemarin. Hal itu masih terngiang-ngiang di benaknya.

"Itu terlalu lama." Sera mengalungkan tangannya ke leher Zola. Mencium dengan agresif, mencoba membangkitkan gairah suaminya.

"Sera— " Gumam Zola disela ciuman mereka. Ia mencekal tangan Sera yang ingin melepas celananya.

Sekali lagi Zola menghentikan keintiman mereka dengan sepihak. Salah besar jika dirinya tidak berhasrat. Justru karena hasratnya tidak tertahankan, ia harus menghentikan ini. Bersenggama tanpa memakai pengaman sangatlah beresiko.

Kali ini Sera gagal. Ia dan Zola memang sering melakukan hubungan intim, tapi Zola selalu memakai pengaman. Entah berapa kali ia membuang semua pengaman di laci. Jika memakai pengaman, kapan dirinya bisa hamil?

Sera menyingkir dari sana, membiarkan Zola lewat. Wajahnya terlihat kesal.

Zola mengulum senyum, "Sudah 10 kali ini kau bertingkah seperti wanita penggoda dan hampir memperkosaku."

Bagaimana tidak, ia baru saja pulang kerja dan disuguhkan pemandangan Sera yang memakai pakaian minim dan begitu seksi. Jelas Sera ingin menggodanya, mengelabuhinya, ditambah dengan semua pengaman yang dibuang.

"Tunggu sebentar." Tutur Zola kemudian.

"Tidak perlu mencari pengaman. Aku sudah tidak mood!" Ketus Sera.

Sebuah ide terlintas, Sera tersenyum licik. Ia melangkah ke meja rias, mematut diri dicermin. "Walau sudah menjadi ibu. Aku masih cantik dan menarik. Apa aku harus mencari pria lain yang bersedia menghamiliku? Pasti banyak pria yang sukarela menyumbangkan benihnya." Berkata dengan keras.

Tangan Zola yang menyentuh knop pintu terhenti. Ia membalikkan badan untuk menghadap Sera. Berjalan menghampiri keberadaan Sera dengan wajah ketat. Setelahnya ia tersenyum dan mengecup pipi Sera. "Ya, kau masih cantik dan menarik. Lakukanlah, cari sumbangan benih sebanyak-banyaknya." Setelah selesai dengan perkataannya. Zola keluar kamar, ia tahu Sera hanya membual.

Bukan tidak senang jika mereka memiliki anak lagi, ia pun tahu apa alasan Sera ingin hamil secepatnya. Zola demikian tidak lain karena mengkhawatirkan istrinya. Kondisi Sera saat hamil tua dan saat persalinan, ia sangat mencintai Sera— maka dari itu ia tidak kuasa melihat Sera kesakitan.

Sera berwajah suram, rencananya gagal kembali. Ia pikir Zola akan marah kemudian melampiaskan kekesalan dengan melakukan percintaan panas bersamanya. Menuju ke walk in closet untuk berganti pakaian. Berjalan sembari menghentak-hentakkan kaki, bibirnya mencebik.

Ia harus mencari cara lain agar Zola mau menghamilinya. Akan membahagiakan jika dirinya bisa hamil secepatnya. Dengan begitu, ketika anaknya menikah dan berkeluarga— ia masih terlihat bugar dan cantik.

"Jika hamil 4 tahun lagi berarti saat aku melahirkan, usiaku 29 atau 30. Bagaimana kalau anak keduaku lelaki? Pasti dia menikah di usia 30-an. Berarti saat itu usiaku 60...?" Sera menggeleng cepat. Ia tidak mau terlihat tua saat pesta pernikahan anaknya.

Baby sitter tersebut menundukkan wajah demi kesopanan kala melihat keberadaan Zola.

Zola menurunkan tubuh, tersenyum melihat putrinya sibuk dengan berbagai mainan yang berada dilantai.

"Xy...?" Panggil Zola.

Xylia menoleh, wajahnya terlihat berbinar. Bayi berusia satu tahun itu berjalan perlahan mendekati papanya.

Zola menangkap tubuh putrinya. Menciumi pipi Xylia yang sangat menggemaskan. Ia menggendong Xylia menuju kamarnya. Zola terkekeh kala Xylia berceloteh tidak jelas.

Begitu tiba dikamar. Zola merebahkan diri diranjang. Xylia diletakkan di atas perutnya. "Kenapa kau sangat cantik dan menggemaskan? Ayo mana suaramu? Panggil pa-pa." Celoteh Zola sambil mengusap pipi Xylia.

"Pa-pa." Cicit Xylia, tangannya sibuk memainkan kancing kemeja Zola.

"Papa Zola." Perintahnya kemudian. Tersenyum, menatap Xylia dengan seksama.

"Ola." Cicit Xylia kemudian. Bayi yang belum lancar bicara itu menguap. Meletakkan sisi wajah ke dada papanya, memasukkan kepalan tangannya ke dalam mulut.

Zola terkekeh, ia menepuk-nepuk pantat Xylia karena ia tahu tidak lama lagi Xylia akan terlelap. Penat dan rasa lelah setelah bekerja pun menguap entah kemana. Hidupnya juga semakin berwarna setelah kehadiran bayi cantik ini. Xylia D' Angelo, ia begitu menyayangi putrinya.

Melihat seseorang mengamatinya, Zola menoleh. Istrinya sedang berdiri tidak jauh darinya. Ia melambaikan tangan pada Sera.

"Saat aku menidurkannya seperti itu, dia justru melotot marah." Gerutu Sera. Ia merebahkan diri di dekat Zola. Menjadikan lengan Zola sebagai bantal. Tangannya terulur mengusap-usap kepala Xylia yang sekarang sedang memejamkan mata.

"Kenapa harus iri?" Bisik Zola.

"Bagaimana tidak iri? Aku yang mengandungnya selama 9 bulan. Mata, hidung, bibir mirip denganmu. Saat bisa mengoceh, kata pertama yang diucapkan juga papa bukan mama. Saat bisa berjalan, yang dihampiri Xy juga dirimu bukan aku." Bisik Sera sedikit kesal.

Zola tersenyum tipis. "Sera, apa aku sudah berterima kasih padamu? Kau sudah menjadi mama yang baik. Melahirkan putri cantik dan membesarkan Xylia dengan sangat baik." Ujarnya dengan tulus.

Tumbuh kembang fisik dan motorik Xylia sangat signifikan. Tidak hanya tubuh yang montok dan terlihat menggemaskan, perkembangan stimulasi jaringan otak pun membuat Xylia mudah tanggap. Tentu ini adalah kerja keras Sera yang memerankan sosok ibu yang baik untuk putrinya.

"Kau juga suami dan papa yang baik untuk kami." Sera mengecup pipi Zola.

Sera menatap Zola dan Xylia bergantian. Setelah mengalami kejadian yang tidak terduga yaitu kehancuran rumah tangga dan nasib tragis dirinya kecelakaan, begitu mendapatkan kenyataan tersebut— Sera sempat menyerah dan mencoba melepaskan Zola. Namun, takdir justru mempererat hubungan mereka walau sempat menghadapi rintangan dan terpisah selama beberapa bulan.

Takdir memang selalu memiliki cara yang tidak terduga agar selalu tampak mengejutkan. Cinta yang tidak lagi bertepuk sebelah tangan, bahkan mungkin cinta Zola lebih besar darinya sekarang. Dan, memiliki Xylia buah cinta mereka. Ternyata takdir memanggilnya untuk berjuang, dan pilihan Sera hanya menjalaninya dengan berani dan menjadi lebih kuat. Siapa sangka, ternyata takdirnya kini begitu indah.

"Sera? Apa yang kau lamunkan?" Suara Zola menyadarkan keterdiraman Sera.

"Aku bahagia memiliki kalian." Kata itu mengucur dari bibir Sera. Ia mengecup kepala Xylia, setelahnya ia mencium bibir Zola sekilas.

"Akupun begitu. Apa hari ini aku sudah mengatakan 'aku mencintaimu'? Tanya Zola.

Sera tersenyum dan mengangguk, "Kau tidak pernah melewatkannya." Benar adanya, Zola selalu mengucapkan kata cinta padanya. Saat bangun tidur, menjelang tidur, sebelum berangkat kerja dan disaat waktu lain.

"Aku mencintaimu." Keduanya berkata dengan bersamaan. Tentu yang barusan membuat keduanya tersenyum.

"Sera, Aku mencintaimu baik hari ini ataupun selamanya. Hanya kau wanita yang aku inginkan untuk mendampingiku, menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku." Ujar Zola penuh kejujuran dan keseriusan.

Sera mencium bibir Zola lagi, hanya sekilas. Kenyataannya, tidak salah sejak lama dirinya melabuhkan perasaan pada pria ini. Ia adalah salah satu wanita beruntung didunia ini. Zola adalah sosok suami yang penyabar, penyayang, penuh kehangatan dan kelembutan.

Menikah atau berkeluarga bukanlah suatu yang mudah. Dalam berumah tangga tentunya akan banyak permasalahan baik dari dalam maupun dari luar, mereka sudah mengalaminya disaat pernikahan mereka yang baru seumur jagung. Tentu mereka jadikan pelajaran dan pengalaman.

Saling terbuka antara suami dan istri merupakan salah satu hal yang penting dalam membangun rumah tangga harmonis, pun sekarang hidup mereka jauh lebih indah dan damai karena tidak ada kecurigaan, serta bisa saling memahami satu sama lain.

Saling bertatapan dan melempar senyum. Keduanya jelas menampakkan binar kebahagiaan yang begitu kental. Zola dan Sera memiliki harapan yang sama, menjalani pernikahan dan hidup bersama sampai menua bahkan hingga maut memisahkan.

**** END ****

🔥 yuhu akhirnya happy ending untuk Sera dan Zola 💕

🔥 yang masih penasaran dengan kisah Lukas dan Julia, akan author ceritakan di extra chapter. Berarti masih ada extra chapter ya? Ada donk 😚

Satu atau beberapa patah kata untuk author yuk 👉🏻👉🏻

Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca cerita 'Serafina' hingga chapter ini. Dan terima kasih juga untuk kalian yang telah mengapresiasi karya author baik dengan cara vote ataupun komen. Author minta maaf jika ada kesalahan, baik dari segi penulisan, sikap atau lainnya. Sampai jumpa di karya author berikutnya 😚

Regards,
NinsJo

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 90.9K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
3.4M 26.7K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
3.3M 48.6K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
12.8K 887 55
Shierra kembali setelah 10 tahun, ia meninggalkan rumah yang dahulu ibunya bekerja disana, sampai dia punya sahabat Laki-laki. Namun Shierra sadar 10...