Mistakes In The Past

By tridianasari_2606

25.3K 2.9K 2.1K

Dia Ristian Rakenza Pradipta sang Leader NightStar yang di takuti para berandalan. Seorang pemuda yang menyim... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
Tiga belas
Empat belas
lima belas
Enam belas
Tujuh belas
Delapan belas
Sembilan belas
Dua Puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
End
Epilog
hai

Lima puluh

464 30 22
By tridianasari_2606

Selamat membaca
______________

Kematian adalah di mana semua orang mendadak mencintaimu.

Setiap selamat datang pasti selalu punya selamat tinggal, kedatangan selalu punya kepergian dan kehilangan adalah bagian paling menyakitkan dari setiap kisah perjalanan terpaksa melepas dan di paksa iklas.

Sering kali harapan gugur terlumat kenyataan sering kali kecewa hadir sebagai teman sering kali amarah menjadi raja di setiap sesal.

Beberapa pertemuan hadir hanya sebatas mampir, menyapa lalu hilang tiba-tiba.
Sesuatu yang dulu sekuat tenaga di jaga kini harus sekuat tenaga untuk bisa melupa.

Yang terlama, terkadang lebih mudah untuk di lupa sedangkan yang sebentar terkadang lebih mengakar, ingatan tidak di tentukan seberapa lama namun di tentukan oleh seberapa berkesan.

Daun- daun gugur berjatuhan memeluk rerumputan lalu terurai menjadi serpihan banyak harapan hancur menghantam pahitnya kenyataan lalu melebur menjadi kepiluan.

Terkadang luka yang besar berasal dari orang dalam, seperti biasa mereka menganggap semua ini sebagai mempi buruknya.

Suara isakan tangis terdengar begitu memilukan membuat siapa saja yang mendengar akan iba.

Segerombolan anak muda memenuhi koridor rumah sakit mereka namapak kacau dan berantakan.

Pintu IGD yang tertutup membuat mereka semakin tak tenang air mata terus berjatuhan melupkan semua kepanikan yang kian mendalam.

"Regaa" suara Tao terdengar begitu menyakitkan pemuda yang biasanya selalu tertawa ceria kini terduduk di atas lantai rumah sakit yang dingin sembari menangis.

Tawanya tergantikan dengan air mata, entah mengapa ada sesuatu yang aneh di hati mereka seperti akan kehilangan namun.

"Ta bangun" Raska mengulurkan tangannya Tao hanya menatap uluran tangan tersebut biasanya Rega lah yang selalu mengulurkan tangan di saat Tao butuh bantuan.

"Raska, ini cuma mimpi kan" gumam Tao mata pemuda itu terlihat sangat sembab hidungnya memerah bahakan sudah ingusan.

Tao teringat kejadian tadi malam, tangannya terkepal kuat pikirannya berkecamuk.

"Sejak kapan lo lemah kaya gini?" Tanya Tao.

Rega perlahan bangun dan duduk di antara Dewa dan Tao ia menunduk sebentar lalu menatap lurus kedepan.

"Gue juga gak tau" sahut Rega tanpa mengalihkan pandangannya.

"Setau gue Devisi satu adalah unit keamanan yang kuat" Sahut Dewa.

"Maaf, tapi untuk saat ini gue gak bisa" sahut Rega.

"Gue harap juga gitu ta" sahut Raska sembari membantu Tao berdiri.

"Dewa, Tian sama Rega akan baik-baik saja kan" Tao menatap Dewa yang memejamkankan matanya sembari bersandar pada dinding.

Dewa membuka matanya setelah mendengar suara menyedihkan Tao.

"Mereka pasti baik-baik saja" Dewa memegang kedua bahu Tao yang kembali bergetar.

"Rega sama Tian tidak selemah itu kan?" Dewa terdiam hanya dirinya lah yang tau kesedihan Tian,kelemahan Tian dan semua keluh kesah Tian, bahkan Tian tidak pernah baik-baik saja hanya dirinya selalu memaksakan untuk terlihat baik-baik saja.

Dewa lebih mengenal Ristian melebihi siapapun, Dewa tau apa yang di rasakan Ristian, ia berharap Tian masih memiliki semangat untuk hidup.

Tao kembali meneteskan air mata pemuda itu memanglah cengeng walaupun humornya sangat Receh tapi percayalah ia yang paling cengeng di antara yang lain.

"Mereka kuat kan wa" Ucap Tao di sela-sela isakannya.

"Gausah nangis Devisi dua gak butuh Kapten cengeng kek lo" Tao menatap Dewa sembari mempoutkan bibirnya lucu.

"Gue serius wa!"

"Kita sama-sama berdoa untuk kebaikan mereka berdua" ucap Dewa yang di angguki anak-anak yang lain.

Cio menatap Tao yang masih terisak entahlah tadinya ia sangat sebal dengan kaptennya tersebut tapi sekarang ia jadi tidak tega melihat wajah kasihan Tao.

"Dokter bagaimana keadaan teman kita?" Tanya Raska saat dokter baru saja keluar dari IGD.

"Apa salah satu teman kalian belum lama melakukan obrasi?" Tanya sang dokter.

"Iya Ristian menjalankan obrasi jantung satu setengah bulan yang lalu" jelas Dewa.

"Mereka baik-baik saja kan dok?" Tanya Tao sembari menatap penuh harap hatinya bergemuruh tak tenang.

"Bagaimana ke adaan anak saya? " tanya Leo sembari mengatur nafas yang semakin terasa berat.

"Anak anda?"

"Iya dokter rey, Ristian anak saya dia baik-baik saja kan?" Sungguh hati Leo berdebar tak karuan ia berharap semoga anaknya baik-baik saja.

"Mari ikut saya"

Dewa dan Leo mengikuti sang Dokter sedangkan Tao kembali terduduk ia tak henti-henti berdoa untuk kebaikan kedua sahabatnya.

Tao memejamkan matanya bayangan akan sosok Ristian kembali terlintas, tawanya, candanya, ketegasanya, baik hatinya semua yang ada pada diri Tian kembali muncul di ingatan.

"Bertahan yan gue yakin lo kuat" gumam Tao.

________________

"Ristian gue suka tempat ini" ucap Rega sembari tersenyum manis, senyuman yang membuat siapa saja yang melihatnya tidak akan bosan.

Tian memperhatikan sekeliling ia ingat sesuatu sepertinya ia pernah ke tempat ini tapi kapan?.

"Yan lo denger gue gak sih!"

"Iya kenapa?" Sahut Tian sembari menatap Rega yang menatap rohor tepat padanya.

"Ga kita harus pergi dari sini" ucap Tian sembari meraih tangan Rega. Setelah ia menyadari tempat tersebut.

"Ayo ga!"

"Yan di sini nyaman" sahut Rega yang masih berdiri di tempat.

"Ga, gue tau di sini nyaman tapi tempat kita bukan di sini" Tian masih terus membujuk Rega yang mulai keras kepala.

"Gue capek yan, gue lelah" adu Rega sembari menunduk.

"Gue gak sekuat lo" lanjutnya.

"Lo ngomong apa sih! Ayo ga!"

"Gue capek yan, gue gak sekuat lo, gue ingin nyerah" sahut Rega pelan.

"Apa lo pikir gue kuat? Apa lo pikir gue gak lelah? Apa lo pikir gue gak ingin menyerah?" Ucap Tian sembari memegang kedua bahu Rega.

"Ga, gue gak sekuat itu! Gue kecewa dengan semua orang, gue lelah dengan semua ini ga! Kalo gue boleh milih, lebih baik gue mati dari pada harus membuat Nana sedih atas kepergian om Eza! Bukan cuma Nana tapi Rio dan Vito" Sambung Tian sembari menunduk.

"Ristian yang lo lihat tiap hari adalah penipu!" Tangan Rega terulur dan menangkup wajah Tian tatapan keduanya bertemu tepat pada satu garis yang lurus.

"Gue lelah ga, gue ingin menyerah, gue capek" ucap Tian sembari mengulum bibirnya.

"Yan lo hebat" ucap Rega sembari tersenyum.

"Semesta sedang bermain dan kita jadi wahananya"

"Gue bangga sama lo" sambungnya.

"Dulu kita berjanji untuk selalu bersama kan? mau istirahat bersama?" Ucap Rega sembari tersenyum.

Tian menatap senyuman itu hatinya menghangat tapi.

"Gue sudah berjanji untuk selalu melindungi para anggota NightSatr sampai titik darah penghabisan ga, kembali ya, lo gak kasihan sama tao?"

Rega terdiam dan memejamkan matanya bayangan sosok Tao terlintas jelas di ingatannya, tawa pemuda itu, candaan pemuda itu, kejahilannya apa lagi Tao adalah orang yang paling cengeng dari pada yang lain, pasti pemuda itu sudah menangis sampai ingusan.

"Gue lelah yan, hidup gue juga gak akan lama lagi" ucap Rega, seketika Tian mengerutkan keningnya apa maksudnya ini.

"Lo ngomong apa sih ga! Ayo kembali"

"Gue, mengidap penyakit leokimia setadium akhir"

Deg.

Bak di hantam ribuan batu Tian terdiam dadanya kembali sesak apa ia tidak salah dengar, Rega mengidap penyakit mematikan itu.

"Lo bercanda kan?" Tanya Tian.

"Gue serius yan"

"Ga, bercanda lo gak lucu sumpah!"

"Mau mati bersama?"

_____________

Leo menatap Tian yang terbaring lemah di atas breanker hatinya terasa tersayat melihat keadaan anaknya yang kembali terluka.

Leo mendekat dan menggenggam tangan Tian, perlahan tetapi pasti mata Tian terbuka.

"Tian" ucap Leo pelan.

"Daddy" Leo mengangguk dengan cepat.

"Tian minta maaf dad, Tian kalah" suara Tian terdengar begitu pelan.

"Tian kamu kuat" ucap Harkan yang baru saja memasuki IGD.

"Om, Tian boleh minta tolong?" Tanya Tian pada Harkan.

"Iya tian boleh minta apa saja sama om"

"Jaga jodoh tian ya om"

"Tian capek om, Tian ingin istirahat" lirih Tian sembari memejamkan matanya kembali.

"Dad, bilangin sama mama kalau Tian sudah memaafkan mama" gumam Tian dan perlahan kesadarannya kembali menghilang.

_________

Dewa menatap wajah pucat Rega ini adalah kali pertamanya ia melihat seorang Arega Frazetta lemah tak berdaya seperti ini.

"Wa" gumam Rega matanya masih terpejam menikmati rasa sakit yang semakin menjadi.

"Iya gue di sini" sahut Dewa.

"Gue boleh minta tolong" Ucap Rega sembari membuka matanya.

"Katakan apa yang bisa gue bantu?"

"Tolong hibur Tao saat gue gak ada ya"

"Lo ngomong apa sih ga!"

"Gue sayang kalian"

Mata Rega kembali terpejam beriringan suara nyaring dari alat medis.

"Dok keadaan pasien semakin melemah" ucap salah satu suster.

"Segera ambil tindakan"

Rega dan Tian sama-sama mengalami penurunan denyutnya semakin melemah mereka berdua seakan sudah tidak memiliki semangat hidup lagi.

Beberapa alat medis di pasangkan di tubuh Rega dan Tian, Harkan dan Reyan segera menyalakan alat pacu jantung itu.

Kerigat mulai membanjiri pelipis Harkan setelah di beri tahu jika Ristian kecelakaan oleh pihak rumah sakit ia langsung melesat menuju rumah sakit.

"Tian kamu kuat" ucap Harkan yang sudah semakin panik.

Berbagai alat medis telah di gunakan untuk mengembalikan detak jantung kedua pemuda itu tapi detak itu semakin lama semakin melemah dan menghilang.

Hingga garis lurus terpampang jelas seketika tubuh Harkan langsung melemah ia kehilangan tenaganya ia tidak salah liat kan?.

"Tian kamu kuat, ayo kembali nak"













Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca !!

Hargai karya orang lain!

See you♡

"Gue gak mau, liat sahabat tengil gue ini sedih, jadi tolong hibur dia saat gue sudah tiada" Arega Frazetta.

"Dia memang ngeselin tapi dia begitu istimewa, ya allah selamatkanlah teman hamba" Gretao Prasetyo.

"Tian adalah seorang penipu yang hebat! Gue harap dia masih memiliki semangat untuk hidup" Dewanta Aldebaran.

"Rega adalah kapten devisi satu unit pertahanan yang sangat kuat, dia juga bisa menjadi sebuah panutan untuk anggotanya, dan gue yakin dia pasti kuat untuk melawan rasa sakit ini" Dewanta Aldebaran.


"Teruntuk kalian semua, NightStar adalah rumah buat gue, dan gue harap kalian jaga baik-baik rumah gue ini, gue akan melebarkan sayap NightStar seperti janji gue satu tahun yang lalu" Ristian Rakenza Pradipta


Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 126K 57
Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Jeffrey Alexander...
51.8K 8.4K 32
Gatau baca aja!
292K 3.1K 4
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
859K 24.3K 63
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...