Serafina

By NinsJo

3.7M 397K 22.5K

Dada Sera berdenyut nyeri, seakan tertimpa benda berat tak kasat mata. Pria yang ia cintai selama ini, bertin... More

Blurb
Chapter 1 : Tradimento
Chapter 2 : Accident
Chapter 3 : What happened?
Chapter 4 : Faint
Chapter 5 : Plan
Chapter 6 : Julia Act
Chapter 7 : Debate
Chapter 8 : Bloody
Chapter 9 : Zola and Julia
Chapter 10 : Peeved
Chapter 11 : Diarrhea
Chapter 12 : One room?
Chapter 13 : Absurd
Visual cast
Chapter 14 : Sera vs Julia
Chapter 15 : Geloso
Chapter 16 : Fail
Chapter 17 : Ti amo
Chapter 18 : Possessed by a spirit
Chapter 19 : Warn
Chapter 20 : Verbal attack
Chapter 21 : Pregnant?
Chapter 22 : Sly
Chapter 23 : Non bene
Chapter 24 : Flashback
Chapter 25 : Same love
Chapter 26 : Caldo
Chapter 27 : Chit Chat
Chapter 28 : Parents in law
Chapter 29 : Jealous
Chapter 30 : Pillow talk
Chapter 31 : 2 months later
Chapter 32 : Pistachio Gelato
Chapter 34 : Reason
Chapter 35 : Angry
Chapter 36 : Not good
Chapter 37 : Chaotic
Chapter 38 : Suspected
Chapter 39 : A mensa et thoro
Chapter 40 : Separately
Chapter 41 : Problem
Chapter 42 : Scandal
Chapter 43 : 24 weeks pregnant
Chapter 44 : Zola vs Raul
Chapter 45 : A little bit more
Chapter 46 : Distrust
Chapter 47 : Which is actually
Chapter 48 : Love or obsession?
Chapter 49 : Siate felici
Chapter 50 : Va bene
Chapter 51 : Incontra Lukas
Chapter 52 : Lionello
Chapter 53 : L'ultimo
Epilog

Chapter 33 : Hurt

50K 5.8K 424
By NinsJo

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😂 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

"Selamat pagi. Terima kasih sudah mengijinkan saya untuk bertemu dengan anda, Signora." Sapa wanita paruh baya tersebut.

"Selamat pagi, tidak perlu terlalu formal, anda lebih tua dari saya." Sopan Sera seraya menundukkan kepala, membalas sapaan. "Silahkan duduk."

Wanita yang menjadi lawan bicara Sera tersenyum. Ternyata Sera cukup sopan pada orangtua.

Dengan terang-terangan Sera mengamati wanita di hadapannya ini. Sera perkirakan wanita ini berusia 50 tahunan. Pelayan mengatakan jika wanita di hadapannya ini ingin bertemu dengannya dan Zola untuk membahas masalah penting.

"Ibu, ada keperluan apa dengan saya? Siapa nama anda?" Sera mengawali pembicaraan.

"Perkenalkan saya Daria, Sera."

"Tidak perlu terlalu formal." Kata Sera seraya menggerakkan tangannya, pertanda tidak setuju.

Daria mengangguk, "Sebenarnya aku ingin menemui Zola."

"Zola baru saja berangkat." Jawab Sera menanggapi.

"Tidak apa. Aku juga ada keperluan denganmu." Ia menelan ludah sebelum berkata, "Sera, aku bibinya Julia."

Kening Sera berkerut sempurna, mengira-ngira kenapa bibi Julia menemuinya. "Julia?" Ulang Sera.

Daria mengangguk, memusatkan perhatian pada Sera. "Aku ingin berbicara penting denganmu. Mengenai Julia. Kedatanganku kesini untuk meminta keadilan."

Wajah Sera semakin berekspresi rumit, "Keadilan?" Sera kembali mengulang perkataan Daria. "Maaf, tapi saya dan Julia tidak memiliki urusan apapun."

"Kau tidak tau jika Julia sedang hamil?" Ucap Daria mengucapkan maksud kedatangannya.

Sera membeku, benaknya dipenuhi pikiran rumit. Wajahnya sudah memucat seakan tidak teraliri darah dengan baik. "Ha-mil?" Ujarnya dengan tercekat.

"Ya hamil. Suamimu yang menghamili Julia." Daria menatap iba pada Sera, pasti kenyataan ini membuat wanita di hadapannya terpukul.

Sera bergeming, menatap kosong ke arah Daria. Dadanya berdenyut nyeri seakan tertimpa benda berat tak kasat mata. Kenyataan ini membuat dunianya runtuh, jiwanya seakan dicabut secara paksa. Mata Sera berkedip disertai dengan air mata yang menetes.

Memegang dadanya yang terasa sesak. Menelan saliva dengan susah payah, "Apa benar itu anak Zola?"

"Zola tidak menyanggahnya." Tutur Daria kemudian.

"Zola pasti menyembunyikannya darimu. Walau bagaimanapun Julia tanggung jawabku sekarang. Kenyataan ini juga sudah menyebabkan ibu Julia meninggal karena serangan jantung."

Sera bergeming, membiarkan wanita dihadapannya berbicara.

Daria mengeluarkan kertas dan hasil usg, dan beberapa foto, meletakkannya ke meja. Sera membaca kertas tersebut, itu adalah surat kematian ibu Julia. Sepertinya ini surat kematian asli. Menatap sekilas hasil usg, meletakkannya kembali. Dan yang terakhir ia mengamati foto-foto yang diberikan Daria. Itu adalah foto-foto kedekatan Zola dan Julia. Ada foto disebuah ruangan rumah sakit ketika Julia memeriksakan kandungan.

Lagi-lagi air mata menetes, seharusnya yang mendapatkan segala perhatian dari Zola adalah dirinya. Pria itu justru sibuk dengan Julia padahal dirinya juga sedang mengandung.

"Jika Zola tidak mau bertanggung jawab, aku akan membeberkan masalah ini ke publik." Ujar Daria kemudian.

"Sebaiknya anda berbicara langsung dengan Zola." Balas Sera, tangannya terulur mengusap air mata di pipi. Perihal nama baik Zola, hatinya sendiri sedang porak poranda sekarang— untuk apa mengurusi jabatan dan nama baik Zola.

"Julia melarangku menemui Zola. Maka dari itu aku memberanikan diri datang kemari." Daria menanggapi perkataan Sera.

Sera menengadahkan kepala, menghalau air mata yang berlomba-lomba ingin keluar. Ia mengusap perutnya sejenak, menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Jadi, apa yang anda inginkan?" Tanya Sera yang sudah sekuat tenaga mencoba tegar.

"Perut Julia semakin hari akan semakin membesar. Hidup Julia sudah hancur, dengan kehamilannya ini tentu saja berimbas pada nama baik Julia. Dan sekarang, pria yang seharusnya bertanggung jawab karena telah menimbulkan penderitaan pada hidup Julia justru bersikap acuh tak acuh." Daria berkata panjang lebar.

"Maaf, Ibu— disini saya yang menjadi korban utamanya. Zola dan Julia menjalin hubungan dibelakang saya, tanpa sepengetahuan saya. Jika anda menuntut Zola menikahi Julia, sebaiknya anda bersabar— tunggu hingga saya dan Zola bercerai." Sera berkata dengan bergetar.

Kenapa Tuhan memberinya kehidupan lagi jika pada akhirnya rasa sakit hati ini tetap hadir? Sera pikir takdir sudah berubah.

Sejauh ini penguasaan dirinya cukup baik. Sera tidak ingin terpuruk untuk kedua kalinya, apalagi keterpurukan yang akan menyebabkan dirinya didera keputus-asaan hingga bertindak impulsif seperti mengakhiri nyawanya.

Bagaimanapun, sekarang ada nyawa yang bersemayam di rahimnya. Tangan Sera kembali mengusap perut, seakan meminta bayinya untuk tidak bersedih.

"Sebaiknya anda meninggalkan alamat. Saya akan meminta Zola menemui anda." Kata Sera kemudian.

"Maaf. Apa aku bisa mempercayaimu? Bagaimana jika kau tidak menyampaikan kedatanganku pada Zola?" Ucap Daria meragu.

"Tidak perlu cemas, Ibu. Saya tidak akan mempertahankan suami yang telah berkhianat." Jawab Sera tetap dalam kesopanannya.

"Sera, kau wanita yang baik. Terima kasih sudah mengambil keputusan yang bijak. Aku begini karena memikirkan masa depan Julia."

"Saya mengerti, Ibu." Jawab Sera seadanya.

Menurut Sera, wanita di depannya ini cukup egois. Daria tidak memikirkan dirinya sama sekali, padahal ia istri sah Zola dan ia juga sedang mengandung sekarang. Tapi tidak mengapa, ia juga tidak ingin berkoar-koar perihal kehamilannya.

Jika benar adanya, untuk apa mempertahankan pernikahannya dengan Zola? Bukti yang di bawa oleh wanita ini cukup jelas, seandainya ini rencana Julia untuk menghancurkan pernikahannya, dan ternyata Julia benar mengandung anak Zola. Sera mengaku kalah.

Entah Zola menghamili Julia karena ketidaksengajaan atau apapun itu, Sera tidak akan memaafkan Zola jika itu benar anak Zola. Kini Sera mengerti alasan Zola bersikap baik pada Julia beberapa minggu ini. Tidak lain karena Julia hamil.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi." Daria berpamitan setelah meninggalkan alamat dikertas. Sera juga sudah berjanji akan meminta Zola menemuinya. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Yang terpenting, ia telah berhasil membicarakan masalah ini pada Sera.

Sera hanya menjawabnya dengan anggukan. Ia lantas melangkahkan kaki ke kamar setelah kepergian Daria. Berjalan dengan gontai, setiap langkahnya diiringi dengan tetesan air mata.

Tidak ada hal yang lebih menyakitkan dari ini. Zola— suaminya tercinta, belahan jiwanya, pujaan hatinya dan ayah dari bayi yang ia kandung telah berkhianat. Ia tidak menyangka Zola akan terjerat pada sosok Julia.

Setiap hari pria itu selalu mengucapkan kata cinta padanya, selalu memuja apapun yang ada di dirinya, selalu mengasihinya dan masih banyak lagi perilaku manis Zola yang terlalu menyakitkan untuk dilupakan.

Setelah berkutat dengan pemikirannya, Sera tidak lantas percaya begitu saja pada perkataan wanita tadi. Ia perlu berbicara pada Zola untuk memastikan tentang kebenaran hal tersebut.

Sera meraih ponsel, mencari kontak Lucia. Hanya Lucia tempat yang tepat untuk berbagi keluh kesahnya.

***
T.B.C

🔥 gimana dengan chapter ini guys? Pada emosi ma Zola yak 😆

🔥 lanjut besok lagi, klo dah rame tentunya 😚

Terus ikuti kelanjutan "Serafina" jangan lupa vote dan komen

Makasih, sehat dan bahagia selalu untuk kalian.

Continue Reading

You'll Also Like

17M 752K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
12.8K 887 55
Shierra kembali setelah 10 tahun, ia meninggalkan rumah yang dahulu ibunya bekerja disana, sampai dia punya sahabat Laki-laki. Namun Shierra sadar 10...
Belong By sf

Teen Fiction

1.3M 178K 44
Berawal dari Leona yang mendatangi pemakaman Stevanno, teman sekelasnya ketika SMA. Tanpa Leona sangka, dirinya kembali ke 7 tahun yang lalu, ketika...
3.7M 370K 58
Bukannya pergi ke alam baka setelah insiden penembakan yang ia alami, namun pada saat membuka mata, pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah w...